Bisik itu selalu ada saat tengah terdiam dalam sunyi pun kala mendengarkan alunan musik tenang, yang membuat mata terarah ke atas menatap lampu menyala sekuatnya.
Sebenarnya kenapa dan mengapa dia itu ada...
Ucapannya begitu sakit, bukan terdorong untuk bergerak namun membuat semakin jatuh lebih dalam. Seakan tenaga tak lagi ada untuk mengungkap jawab dari pertanyaan yang Ia lontarkan.
Sosok itu begitu kuat, seperti telah membangun sebuah istana megah di dalam diri.
Tak jarang aku menangis guna membasuh sakitnya, akan tetapi sampai kering pun rasanya masih tetap menyesakkan.
Aku kehabisan cara untuk mengabaikannya ... sulit untuk berbohong, karena dia tahu jika aku tengah meronta di balik senyuman.
Hingga sampai pada masanya, aku berbalik bertanya.
Dengan senyum angkuh itu ia berdiri dari singgasana, menunjuk mataku lalu mengatakan hal yang tak ingin lagi terdengar.
"Pergi dan lakukan apa yang sering kau lihat, kau dengar, kau baca, dan kau niatkan,"
Aku mengatakan bahwa itu tidak mungkin dilakukan. Semua yang dekat denganku tak ingin jika hal itu dilakukan. Berbagai alasan yang pernah tersampaikan oleh mereka aku ungkap di hadapannya.
Akan tetapi, dia selalu memberikan aku jawaban. Membuat ungkapan penyelamat seakan tamat tak berkarisma.
"Siapa mereka? Aku yang mengetahuimu, mengenalmu, selalu bersamamu. Itulah Alasanku tahu semua jawab dari berbagai macam tanya darimu."
Tolong hentikan...
"Pergilah, akhiri hidupmu, wahai diriku yang tak berguna,"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Dirinya Hinggap
Randomadalah kumpulan curahan pendek yang akan update saat yang aku maksud dengan "dirinya" kembali berbisik. Sebuah usaha untuk kembali menemukan jalan dan alasan untuk bertahan hidup. Ini bukan sebuah ajakan, namun sebuah curahan. Apabila tulisan ini m...