Seakan Dia tak mengizinkan aku untuk menghela napas di tempat berdebu. Menikmati santap siang seadanya sembari menatap jalan ramai bersama beberapa orang asing. Dimarahi, dipuji, diuji, dibandingkan, lalu mengeluh soal pekerjaan. Mungkin sedih tapi akan berbeda rasanya maka tak apa jika itu terjadi.
Jika menarik lagi ke dalam masalah Negara yang susah untuk diharapkan, keperluan lain juga sepertinya datang mendadak tak sesuai dengan rencana yang padahal itu adalah ongkos untuk bersaing dengan ribuan orang. Seperti tak ada daya lagi.
Melangkah, hanya untuk menghindari ucapan yang mencaci. Meski tak tahu apa yang aku lakukan ini.
Mati?
Aku sudah mati 2 tahun lalu.
Orang aneh mana yang hidup dengan motivasi orang mati. Ya, aku orang mati. Apa yang harus aku lakukan? Aku, kan orang mati?
Sehingga rasa takut itu perlahan sirna. Bahkan memegang pisau pun bisa menggenggamnya dengan sangat mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Dirinya Hinggap
Diversosadalah kumpulan curahan pendek yang akan update saat yang aku maksud dengan "dirinya" kembali berbisik. Sebuah usaha untuk kembali menemukan jalan dan alasan untuk bertahan hidup. Ini bukan sebuah ajakan, namun sebuah curahan. Apabila tulisan ini m...