Terkadang, menjadi pohon juga ingin sekali terbang. Mencari burung yang biasa hinggap kini tak lagi ada berkunjung. Bahu-ku merindukan pijakan kaki yang menggelitik itu.
Sarang dari rumput dan jerami masih ada di sini, tak ada yang menempati, tak ada yang mengusik. Jika saja ingin kembali, tempatmu masih tersedia di sini ... juga jadi alasan mengapa rindu ini selalu saja ada.
Karena dulunya, aku itu tujuanmu untuk pulang.
Sayang sekali, Tuhan tidak mengajarkan aku untuk terbang agar bisa terus bersama.
Tapi, menjadi tempat persinggahan pun aku merasa bersyukur.
Karena telah mengizinkan aku untuk masuk ke dalam kisah hidup mu, burung.
Sampai jumpa, semoga tetap baik-baik saja. Soal sarang kalian, akan tetap aku jaga selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Dirinya Hinggap
Randomadalah kumpulan curahan pendek yang akan update saat yang aku maksud dengan "dirinya" kembali berbisik. Sebuah usaha untuk kembali menemukan jalan dan alasan untuk bertahan hidup. Ini bukan sebuah ajakan, namun sebuah curahan. Apabila tulisan ini m...