Chapter 2

133 62 144
                                    

"Setiap orang memiliki kecepatan sendiri dalam menggapai mimpi."

~~~

Kaira sekarang sudah berada di cafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaira sekarang sudah berada di cafe. Ia mengembuskan napas berat sambil meletakkan tasnya di kursi. Kejadian memalukan itu masih terngiang-ngiang dalam ingatan Kaira.

Biar kuceritakan sedikit. Sebelum ke sini, Kaira mampir ke sebuah minimarket yang berada di seberang cafe. Ia ingin membeli coklat karena sudah lama ia tidak memakan makanan manis itu.

Kaira membuka pintu minimarket dan seperti biasa petugas kasir pun mengucapkan salam khasnya, "Selamat datang di Artamart. "

Kaira hanya mengangguk dan tersenyum singkat untuk membalas sapaan itu. Kaira mulai memanjakan matanya dengan berbagai makanan dan minuman yang tertata rapi di sana. Kaira pun memilih beberapa snack dan segera menuju bagian kasir. Ia mengambil dua buah coklat batangan ukuran besar. Kemudian, Kaira menyerahkannya kepada kasir.

"Tambah ini, Mbak, " ucapnya singkat.

"Sudah, Kak? Ini ada promo beli dua gratis satu tidak sekalian, Kak? "

Seperti biasa pula, petugas kasir tersebut menawarkan beberapa produk lainnya.

"Engga, Mbak. Lain kali, terima kasih," balasnya dengan sopan.

Petugas kasir itu mengangguk sembari tetap tersenyum dan kemudian berkata, "Total lima puluh tiga ribu, Kak."

Kaira langsung mengulurkan sejumlah uang. Ia kemudian mengambil handphone di tasnya karena mendapat notifikasi pesan.

***

Room Chat

Bujang Lapuk
Oy, dah sampek belum?

Asem Jawa
Belum, lagi di minimarket.

Bujang Lapuk
Ke kafe nyuwun ditraktir, tapi malah jajan.

Asem Jawa
😁😁

Bujang Lapuk
Yodah ntar tungguin dulu ya. Aku lagi keluar bentar

Asem Jawa
Nggih, Bos!!!!

Kaira memasukkan ponselnya ke dalam tas lagi, kemudian melihat ke arah luar sebentar. Ia kagum melihat cafe yang ada di seberang sana. Cafe itu merupakan salah satu bukti kerja keras Hanif selama ini. PAPA CAFE, tulisan itu yang terpampang jelas di bagian depan cafe. Entahlah, hingga sekarang ia tak tahu apa makna dibalik nama itu. Hanif tidak pernah mau memberi tahu Kaira soal itu, katanya sih rahasia. Bahkan, Hanif tidak pernah bercerita tentang keluarganya. Kaira pun tak ingin memaksa, walaupun sebenarnya ia sangat ingin tahu.

One WeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang