"Bagiku, ikhlas ialah salah satu kenikmatan terbesar yang kurasakan."
~~~
"Nif, makasih ya udah nganterin aku jemput Abdul, " ucap Kaira sambil mengelus lembut kepala Abdul.
"Hmm... " jawab Hanif singkat.
"Eh, napa kamu? Marah? Kenapa? Atau jangan-jangan kamu keberatan nganter aku? "
Hanif masih diam, belum menjawab. Ia tenggelam dalam fokusnya. Tiba-tiba Hanif mengerem mobil. Kaira sedikit terhempas ke depan, tetapi ia mampu menahan tubuhnya untuk tetap bersandar.
Yap, itu karena lampu merah!
Hanif pun memandangi Abdul. Entahlah, rasanya masih aneh. Abdul?? Kucing?? Wah, ini lumayan tidak masuk akal baginya!
"Kagak, cuman- " Hanif menggantung kalimatnya dan membuat Kaira semakin penasaran. Sementara itu, Kaira mengerjapkan mata dan menatap Hanif bermaksud menanti jawaban darinya.
"Ya gue tu taunya Abdul manusia. Gue kira si Abdul pacar lu, tapi lu sembunyiin dari gue. Tapi kan lu udah bilang gamau pacaran, harusnya lu tepatin dong. Tiba-tiba kamu bilang kalo Abdul temen deket kamu, pikiran gue ya kesitu. Mana gue tau kalo lu punya kucing, " jelas Hanif lumayan panjang.
Kaira hanya tertawa kecil mendengar celotehan Hanif. Hal ini sudah biasa, Hanif akan mengoceh sesuka hati dan Kaira hanya mendengarkan setiap kalimat yang dilontarkannya.
Emm, sebentar, kalimat ini ...., "Tapi kan lu udah bilang gamau pacaran, harusnya lu tepatin dong." Mengapa tiba-tiba Hanif menjadi sedikit posesif? Atau cuma perasaan Kaira saja?
"Pliss, Kai. Kamu sukanya keGR an. Stop!" celetuknya dalam hati.
Kaira menggeleng pelan dan mengubah haluan pikirannya.
"Emm, jadi, nih aku kenalin deh buat formalitas, hehe. So, kamu dah tau kan ya namanya Abdul. Aku baru ketemu sama dia satu bulan lalu. Dan aku kasian, akhirnya aku rawat deh. Tapi, lama-lama aku nyaman. Setiap dia aku biarin keluar dia selalu balik ke rumah. Jadi, ya dah kayak temen deket gitu, " jelas Kaira lumayan panjang.
Di sisi lain Hanif sedang mencoba menahan tawanya.
"Pfft, ah elah Kai. Lu kenalin kucing aja kek ngenalin doi. "
Tawa Kaira lepas begitu saja. Ia baru menyadari bahwa caranya mengenalkan Abdul terlampau formal. Sesaat kemudian, ia mencoba mengontrol tawanya yang dirasa berlebihan.
"Say hai, dong!" pinta Kaira sambil menggerakkan tangan, eh kaki Abdul.
"Assalamualaikum, Dul! " sapa Hanif sok ramah. Kaira tidak bisa lagi menahan tawanya. Ia tertawa puas setelah Hanif mengatakan hal itu.
Lampu merah sudah berganti menjadi hijau. Mobil Hanif melaju dengan kecepatan standar membelah jalanan. Sore ini, jalanan cukup padat oleh kuda besi yang berlalu lalang. Ya, seperti biasa, jalanan hanya akan lengang di saat tengah malam ataupun pagi buta. Banyak orang yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada tranportasi umum.
Ah, iya! Hampir saja aku lupa. Mungkin kalian bertanya-tanya bagaimana bisa Hanif tidak tau jika Kaira memiliki kucing.
Sepertinya aku harus memberitahu kalian beberapa hal tentang hubungan Hanif dan Kaira.
1. Hanif jarang ke rumah Kaira. Bahkan, Ayah dan Ami Kaira tidak tau jika Hanif adalah teman dekat Kaira.
2. Kaira juga sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah ke rumah Hanif. Sebab, hampir setiap hari Hanif berada di cafe. Jadi, setiap ketemuan ya di cafe.
3. Hanif memanggil Kaira dengan panggilan "Lu" atau "Kamu".
4. Kaira memanggil Hanif dengan panggilan "Kamu".
Oke, sepertinya cukup TMI-nya.
***
Hanif baru saja pulang. Sebelumnya, lelaki itu mampir sebentar untuk sekadar berbincang ringan dengan Kaifa. Seharusnya, kalian sudah bisa menebak siapa dia terlebih karena namanya hampir mirip dengan Kaira. Yap, Kaifa adalah kakak Kaira. Di keluarganya, hanya Kaifa yang tau jika Hanif adalah teman dekat Kaira. Terkadang, jika Hanif mampir ke rumah, Kaifa akan mengajaknya bermain game online.
Kedatangan Hanif di rumah Kaira selalu karena 'mampir'. Maksudnya, jika ia datang ke rumah Kaira, ia tidak pernah merencanakan hal tersebut. Pasti karena ada sesuatu hal yang terjadi sebelumnya. Itu pun pasti hanya sebentar, tidak sampai 2 jam.
"Kafa, kok dah pulang? Katanya tadi kerja?" tanya Kaira menyelidik. Jangan-jangan tadi Kaifa berbohong padanya.
"Iya, tadi ada meeting. Cuman, habis itu kepala Kafa pusing banget. Akhirnya, Kafa pamit pulang."
"Eh, Kafa pusing? Kenapa? Makan es terus ya?" Kaira menunjukkan sisi kepeduliannya. Emm, sebentar benarkah itu bentuk kepedulian Kaira?
"Kenapa sih kalau kepala pusing selalu dibilang makan es? Apa hubungannya ya Neng Kaira? Tolong jelasin! Kan kamu anak biologi," sahut Kaifa sambil memijit pelipis kepalanya yang memang benar terasa pusing.
"Beneran pusing kah?" Kaira memegang dahi Kaifa. Kaira baru percaya bahwa Kaifa tidak berbohong ketika tangannya terasa hangat.
"Eh, beneran dong. Kafa, istirahat gih! Nih, aku kasih cokelat biar cepet sembuh. Buruan ke kamar, nanti aku masakin sayur asem-asem kesukaan Kafa, deh. "
Kaira menghujani Kaifa dengan perintah. Ia meminta Kaifa untuk beristirahat di kamar. Kaifa pun menurut saja. Dengan lenguhan berat, Kaifa berjalan gontai ke kamarnya.
Sementara itu, Kaira masuk ke kamarnya dan berniat untuk membersihkan diri. Tetapi, pada akhirnya ia malah tertidur karena merasa sangat lelah.
•••
*Kafa : Panggilan Kaira untuk Kaifa. Itu karena dari kecil Kaira suruh panggil 'Abang' atau 'Kak Kaifa' ngga mau. Kalau 'Abang' katanya aneh, kalau 'Kak Kaifa' katanya kepanjangan.
*TMI : Too Much Information.
Assalamualaikum, Readers!!! Thanks buat yang udah baca. Gimana seru ngga?? I hope u like...😄
Menurut kalian 2K (Kaira&Kaifa) itu kakak adik idaman ato malah sebaliknya nih?Alhamdulillah, selesai chapter 3.
Jangan lupa vote, coment, follow, and share me and my story if u like!! 💕💕💕U are amazing, Readers! Tungguin part selanjutnya. Kalian harus tau masa lalu Haniff😆 Ups, spoiler...
Jangan lupa belajar dan sholat ya....
Thank u!! Enjoy your day🙌💕
KAMU SEDANG MEMBACA
One Week
RomanceASSALAMUALAIKUM ... Baca aja dulu, siapa tau suka!! Yuk, mampir ke ceritaku!! PLAGIAT❌❌ "Ketika engkau dekat denganku, aku menjauh. Tetapi saat engkau menjauhiku, aku mendekat. Mengapa takdir begitu mempermainkan kita?" ~Hanif "Aku hanya ingin a...