Sehabis makan Albus dan Scorpius tertidur lelap di kamar Draco, sedangkan James bermain dan belajar melihat-lihat merak putih peliharaan keluarga Malfoy ditemani Tippy. Sekarang hanya tersisa Draco dan Narcissa di ruang keluarga, berbincang hangat tentang semuanya.
"Mereka anak-anak Potter?" Narcissa bertanya pada Draco, matanya tak lepas dari putranya sedari tadi.
"Mom namanya Harry, dan ya mereka anak-anak Harry." Draco menjawab datar dengan raut wajah yang datar pula.
"Dan kenapa mereka bisa bersama denganmu Drake?" Narcissa bingung. Seharusnya kedua anak itu ada di rumah bersama ibunya bukan?
Draco terkekeh sinis mengingat bagaimana dia bertemu James dan Albus.
"Kau kenapa Drake?"
Apakah perubahan suasana hati Draco secepat itu?
"Hanya sedikit marah mengingat wanita yang tak tahu diri itu menelantarkan James dan Albus dalam kelaparan juga tak pulang sejak pagi. Itu lucu bukan? Wanita merah sialan." Draco berkata dengan penekanan serta nada sinis disetiap kata yang ia ucapkan.
Narcissa tahu siapa yang Draco umpati, wanita Weasley itu.
"Aku tadi berkunjung ke kediaman Balck dan menemukan Albus menangis kencang karena kelaparan. Lalu aku bertanya kepada James dimana ibu mereka dan dia menjawab ibunya tidak pulang sejak pagi."
Narcissa tak bisa berkomentar apapun, wanita itu keterlaluan! Bisa-bisanya ia menelantarkan anaknya hingga kelaparan. Setelah mendengar cerita Draco, walaupun dia tak berbicara secara gamblang tapi Narcissa ikut marah akan kelakuan tak terpuji si rambut merah. Walaupun Narcissa bukan lah seorang ibu yang baik tapi dia tak akan pernah menelantarkan Draco apalagi sampai kelaparan seperti itu.
"Ibu, aku masuk ke kamar dulu. Aku ingin menulis surat untuk Harry, dan bila James bertanya tentangku tolong beri tahu keberadaanku."
Narcissa mengangguk setelahnya dan Draco berlalu pergi.
Draco mendekati meja kerjanya menyiapkan perkamen dan alat tulis. Dia harus mengabari Harry keberadaan kedua anaknya dan juga kelakuan si Weasley merah.
***
"Draco!" Suara teriakan itu mengejutkan Draco, mata yang semulanya tertutup seketika terbuka lebar akibat teriakan yang memekakkan telinga.
Iris abu dengan sedikit sentuhan biru milik Draco mendapati keberadaan Harry di ambang pintu kamar ditemani ibunya.
Ah ini akan menarik. Harry di depan sana terlihat sangat marah dengan wajah memerah menahan marah, akan sangat menarik melihat Harry yang meledak pada si wanita merah itu.Harry berjalan cepat mendekati Draco, Narcissa? Dia pergi, dia hanya mengantar Harry ke kamar Draco.
"Jangan berteriak love, kau hampir membangunkan Scorpius dan Albus." Draco berkata lembut.
Setelah mendengarkan perkataan Draco sontak Harry melihat sisi lain ranjang Draco, ada Scorpius dan Albus disana sedang tertidur nyenyak dan hampir saja Harry membangunkan dua malaikat kecil itu.
Amarah Harry sedikit turun setelah melihat Scorpius dan Albus. Harry menarik nafas dalam dan menghembuskannya, matanya memandang manik Draco meminta penjelasan terperinci atas kejadian tak menyenangkan hari ini.
"Tenangkan pikiranmu love dan duduklah disini." Draco menunjuk tempat kosong disebelahnya.
Harry tak menuruti perintah Draco dan malah duduk di atas paha si pirang. Reaksi Draco? Tentu saja senang, jangan ditanya lagi.
Tangan pucat milik si pirang mengelus lembut pipi halus berlemak bayi milik Harry dan membisikan kalimat penenang. Draco memang sangat daoat diandalkan saat Harry dirundui duka.
"Kau tahu Dray, saat surat itu sampai aku sedang mengajar di kelas." Harry menghembuskan nafas dan mengubur wajahnya di perpotongan leher Draco.
"Setelah membaca surat darimu, aku benar-benar khawatir dan tanpa berpikir panjang aku segera membubarkan kelas. Mungkin kau berpikir aku tidak profesional tapi aku sungguh khawatir dengan keadaan mereka. Aku sampai berlari ke kantor kepala sekolah dan tak ingat untuk ber-apparate." Harry mengangkat wajahnya dan memasang raut menggemaskan dengan bibir yang mengerucut. Ah Harry benar-benar menggemaskan.
"Aku segera pergi ke sini setelah diberi izin Minerva."
Draco mengusap lembut rambut Harry, mengecup sayang pipi Harry.
"Aku tahu kekhawatiranmu Rry, aku pun pasti akan seperti itu bila menyangkut keluargaku."
Harry semakin menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Draco dan memeluk Draco erat. Draco sangat bisa menenangkan dirinya dikala hatinya diterpa badai.
Draco mengelus punggung Harry yang sepertinya sedang menangis."Tidurlah Rry, aku tahu kau lelah." Kalimat Draco bagaikan lullaby baginya, memberikan ketenangan bagi jiwanya, memberikan suntikan energi bagi raganya. Mata bermanik emerald milik Harry akhirnya tertutup juga mengantarkan Harry pada dunia mimpi.
Setelah menyadari bahwa Harry telah jatuh tertidur Draco segera menidurkan Harry di kasur miliknya di sebelah kedua anak mereka dalam dekapan hangat Draco.
***
Draco tak permah menyangka semua hal menakjubkan ini benar-benar terjadi dalam hidupnya. Bahkan dalam mimpi paling liarnya dia tak pernah menyangka Harry, ibunya, dan anak-anak akan berada dalam ruang yang sama berbagi senyum dah kehangatan.
Dengan mata telanjangnya, Draco dapat melihat pemandangan paling mengharukan dimana ibunya sedang mengajak bermain ketiga anak-anaknya bersama Harry. Draco sudah mematenkan gagasan bahwa James dan Albus adalah anaknya juga, Dia hanya cukup memastikan bahwa hak asuh jatuh pada Harry saat pengadilan nanti dan Draco sudah memikirkan rencananya sangat terperinci dengan semua kemungkinan-kemungkinan yang ada dan Draco akan memastikannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Anomaly (Revisi)
RomanceDalam cinta tak ada kata terlambat bukan? Kejarlah dia dengan cara mu, genggam tangannya dan jangan pernah kau lepaskan sumber kebahagiaan mu. OoOoOoO Di hari pernikahan Harry, Draco memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya. Di atas altar dalam bi...