Part 15

636 56 24
                                    

Seera terdiam di sepanjang jalan. Ingatannya masih terbayang pada mayat pria tua yang mati mengenaskan dan meninggalkan misteri itu. Sejauh ini, Seera tidak bisa memikirkan hal lain selain Abercio pelakunya. Namun, Seera mengenal Abercio bukan sebagai makhluk yang dengan mudah mau membunuh. Abercio tidak akan menghabisi sesuatu jika tidak ada perintah atau dalam keadaan terdesak. Terlebih membunuh manusia lemah seperti pria tua itu.

Seera mengacak rambutnya dengan frustasi. Satu-satunya hal yang harus Seera lakukan adalah menemui Abercio untuk mencari tahu kebenaran itu sendiri.

"Seera, kamu oke?"

Seera terkejut dari lamunannya, lalu menoleh kearah Dante di sebelahnya. Seera baru sadar jika mereka berdua masih berada di jalan hendak pulang.

"Kamu masih kepikiran tentang kematian pria tua yang melecehkanmu itu ya?"

Seera mengangguk. Dante mengulurkan tangannya, mengusap lembut rambut wanita itu dan tersenyum.

"Lupakan itu. Ini sudah malam dan kita harus segera pulang."

Dante segera menggandeng lembut satu lengan Seera, mengajaknya berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Seera mengamati genggaman tangan itu dalam diam. Hangat. Seera merasa nyaman dan tenang ketika Dante menggenggam tangannya. Membimbingnya dan melindunginya. Seera seperti mendapatkan apa yang selama ini dia inginkan dari Abercio.

"Dante, ini bukan jalan menuju kos-kosan tempat kita tinggal bukan?" Seera menoleh kearah Dante dengan ekspresi penuh tanda tanya. Pasalnya, jalanan yang mereka lewati kali ini berbeda dari gang sempit yang biasanya mereka lewati.

"Ya. Kita akan pindah sekarang," kata Dante tersenyum.

"Tapi, bagaimana dengan barang-barang kita yang masih tertinggal disana?"

"Aku sudah membayar orang untuk memindahkannya."

Seera tersenyum, menggoda pemuda itu, "Wah, jadi kamu sudah punya banyak uang rupanya."

Dante tertawa canggung, sambil mengusap belakang lehernya salah tingkah. Semoga saja Seera tidak menyadari jika koin emas miliknya telah Dante curi.

Dante berjanji akan mengembalikannya nanti. Ya, nanti jika dia masih ingat.

"Woah, serius? Ini tempat tinggal kita sekarang?"

Seera menganga takjub. Kedua matanya tak berhenti berkedip melihat gedung tinggi dihadapan mereka saat ini. Dante terkekeh gemas melihat respon wanita disebelahnya itu.

"Ini namanya gedung. Kita akan tinggal di dalam salah satu unitnya Seera. Ayo masuk."

Dante menarik lembut satu lengan Seera, menuntunnya masuk kedalam tempat raksasa itu. Seera terus berdecak melihat beberapa manusia yang berlalu lalang di dalam sana, padahal ini sudah cukup malam. Lalu, ketika keduanya telah memasuki lift, Seera bertepuk tangan riang melihat benda kotak itu bergerak naik membawa keduanya naik ke lantai atas.

"Seera, apa kamu tidak pernah naik lift?" Dante terkekeh geli melihat respon berlebihan Seera.

"Tidak. Ditempatku tidak ada yang seperti ini."

Dante menggelengkan kepalanya, "Aku jadi penasaran dengan tempat tinggalmu. Bolehkah aku berkunjung kesana suatu saat nanti?"

Seera mendadak terdiam, kikuk.
"Itu, bisa diatur," kata Seera sekenanya. Dante kemudian menghadap kearah pintu ketika suara denting lift terdengar, pintunya terbuka tepat di lantai yang Dante inginkan. Lagi, pemuda itu segera menarik lembut tangan Seera dan membawanya keluar dari dalam lift.

"Apa nama benda kotak yang kita naiki tadi itu?"

"Lift."

Seera mengangguk-angguk. Keduanya berjalan lurus melewati lorong dengan banyak pintu. Dante terus tersenyum, tidak sabar segera memperlihatkan kamar apartemen mewah yang telah dia sewa. Namun, tampaknya Seera lebih tertarik pada hal lain yang tak sengaja tertangkap oleh kedua matanya.

Mate Bond | Short Stories (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang