Si cantik rupa

614 72 6
                                    

Jika seorang perempuan terlahir cantik, maka setengah permasalahan hidupnya telah terselesaikan.

Kalimat diatas benar nyatanya jika kita berbicara tentang Diajeng Ayundasyila, atau yang lebih sering disapa dengan nama panggilannya, Syila.

Syila tidak pernah malu atapun marah tentang semua gossip yang beredar tentang dirinya.

Modal cantik doang, padahal bego.

Cewek ga bener, tiap malem ke club.

Masuk kampus ini karna duit sogokan, maklum keluarganya tajir.

Ia tidak pernah menanggapi semua berita miring tentangnya, karna jika dipikir-pikir berita-berita itu ya tidak sepenuhnya salah. Syila memang cantik, dan ia tau itu, makanya ia selalu memanfaatkan good-lookingnya itu dalam berbagai kesempatan.

Tiap malam ke club? Benar, walaupun tidak setiap malam, tapi Syila sering mengabiskan waktu dan uangnya disana. Itung-itung menghindar sejenak dari rumahnya yang menurutnya tidak nyaman.

Syila tinggal bersama budenya, atau kakak perempuan kandung dari mendiang ayahnya. Ya, ia memang anak yatim piatu, ayah ibunya meninggal sejak ia berusia 2 tahun.

Keluarga Syila amatlah terpandang dan masih sangat menerapkan norma-norma adat jawa. Bahkan, budenya pun masih kerap memakai kebaya sehari-hari walaupun hanya di rumah.

Semua anggota keluarganya adalah orang hebat, atau setidaknya calon orang hebat. Hanya Syila, hanya ia yang tidak memperdulikan masa depan. Mengandalkan uang kekayaan keluarganya hingga akhir hayat. Budenya pun sudah tidak mengerti harus pakai cara apalagi untuk mendidik Syila yang hidupnya makin tidak jelas ini.

"Haduhhhhh gusti!" Rianti, bude yang merawat Syila dari kecil, sampai terduduk memegangi puncak kepalanya yang langsung cenat-cenut ketika melihat penampilan baru Syila.

"Kenapa lagi sih, bude?" tanpa ada rasa bersalah, Syila malah membalonkan permen karet yang sedari tadi ia kunyah.

"Rambutmu kok mbok cat koyo ngono kui to!? Haduhhhh bocah iki"

"Emang kenapa sih?" Syila berjalan mendekat ke sebuah cermin besar yang ada di ruang tamu rumahnya yang megah. "Makin cantik kan ya?"

Karna budenya tak kunjung menjawab, iya mengeraskan suaranya sambil tersenyum sumringah tanpa beban "Iyo to, bude? Nambah ayu to???" Karna dari lahir hingga sebesar ini tinggal di Jakarta, Syila tidak bisa berbahasa jawa, namun sedikit-sedikit ia bisa, apalagi untuk membuat budenya makin naik pitam.

"Ayu! Ayu! Wong koyo rambut jagung ngono kok ayu!"

"Ah bude mah ga gaul" jawabnya sambil mengibas rambut. "Ndeso hihihi" lanjutnya sambil cekikikan dan berjalan meninggalkan budenya yang terduduk.

"Syila! Sini dulu bude mau bicara!"

Bukan Syila jika menuruti semua perintah budenya. Yang ada dia malah memasangkan airpods ke kupingnya.

"Syila kuliah mu piye? Kamu katanya udah ga masuk 3 hari, kemana aja kamu?" Rianti seperti sedang berbicara pada tiang yang berjalan. "Syila!!!"

Syila yang sedang asyik berjalan tadi, tiba-tiba ditarik tangannya oleh seseorang, yang tenaganya jelas lebih besar dari pada Syila. "Aduh!!! Lepas ga?! Lo apaan sih?!" protesnya seraya melepas kedua benda putih dari telinganya.

MAJANESIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang