VI. Can i call you baby?

16.3K 1K 7
                                    

Can i call you baby?

Can you be my friend?

Can you be my lover up until the very end?

Let me show you love, oh i don't pretend...

Stick by my side even when the world is givin in...

  ~~~

 
  "Emh. Ada yang galau deh kayak nya," celetuk salah satu taruna kepada Bharata yang tengah asyik sendiri mendengarkan musik. Hari ini para taruna Akpol sedang mengikuti kegiatan pesiar.

  "Ta! Bharata!" panggil seorang taruni yang membuat Bharata kesal. Entah kenapa pada saat dirinya tengah memikirkan sesuatu, pasti ada saja yang mengganggu.

  "Bisa gak sih kalian gak ganggu gue mulu?" tanya Bharata sangat kesal sehingga ia kembali memakai pods nya dengan volume cukup kencang sampai teman-teman lain yang tengah mengobrol tak bisa ia dengar.

  "Nama kamu siapa sih?" batin Bharata.

  "Bisa gak sih aku jadi milik mu?" batin Bharata lagi.

  "Halu mas bro!"

  Suara Andini yang kencang membuat telinga Rangga rasanya akan pecah. Meskipun audio panggilan telepon nya tak Rangga keras kan, tapi tetap saja telinga Rangga seakan-akan pecah.

  "Please lah, Din. Saya mau ajak kamu jalan-jalan keliling Semarang masa gak mau? Saya gak bakal bawa kamu ke batalyon tempat saya dinas," rengek Rangga dalam sambungan telepon nya dengan Andini.

  "Dih ngemis-ngemis. Kalo aku mau berarti secara gak langsung aku perlahan nerima kehadiran kamu di hidup ku! Enggak lah, sorry!"

  Rangga menggaruk tengkuk nya yang tak gatal sama sekali. Ia hari ini sangat ingin sekali jalan-jalan berdua di kota Semarang bersama Andini, tapi ketangguhan Andini membuat Rangga kehabisan akal.

  "Yaudah, sekarang saya ke rumah kamu ya. Mau minta izin nya sama orang tua kamu."

  "Gampang, sekarang aku mau kabur. Dan yaa, kalau punya urusan tentang ku ya ke aku, jangan bawa-bawa orang tua! Situ gak punya nyali?"

  Rangga merasa benar-benar kesal dengan perilaku Andini kepada nya yang terlalu berani. Pokok nya hari ini ia harus bersama Andini, apapun yang terjadi meskipun Andini akan berontak.

 
  ~~~

  "Pokok nya gua harus cepet-cepet keluar dari rumah! Biar si Om pedofil itu gak bisa ngejar gua," ucap Andini bergegas memakai hoodie berwarna hijau nya tak lupa membawa tas selempang kecil lalu helm dan masker agar Rangga tidak mengetahui kalau seandai nya bertemu di jalan.

  Saat Andini sudah bersiap dan sudah membawa kunci motor ia pun membuka pintu dan dirinya dibuat kaget karena Rangga sudah berdiri dengan tegap di depan pintu menyambut nya.

  Sontak Andini langsung menutup pintu dengan kencang. Tapi tangan kekar Rangga berhasil menahan pintu itu di tutup oleh Andini.

  "Cie yang udah janjian, sana jalan-jalan!" goda ibunda Andini yang kebetulan masih ada di rumah dan belum berangkat dinas.

  "Bu—bukan And—Andini—"

  "Ayo, ibu mu saja sudah setuju." Rangga menggenggam tangan Andini dan segera berjalan menuju motor nya.

  Dengan terpaksa Andini jalan-jalan dengan Rangga yang nampak tampan dengan jaket warna hitam dan blue jeans yang bagian bawah nya digulung sedikit.

  Satu jam berkendara, Rangga memutuskan untuk berhenti di sebuah kafe. Andini hanya bisa diam menuruti Rangga, kali ini ia membiarkan Rangga bersama nya tapi besok tak akan Andini biarkan Rangga membawa nya dengan semena-mena.

  "Mau pesen apa? Saya yang bayarin kok," tawar Rangga dengan ramah. Andini hanya bisa menatap malas lalu memegang perut nya yang memang lapar.

  "Kalo gini cerita nya aku makan dulu kek di rumah tadi," batin Andini.

  "Yaudah lah dessert aja," balas Andini singkat. Rangga mengangguk dan segera memanggil palayan di kafe itu untuk mencatat pesanan nya.

  "Oh ya, Din. Kalau seandainya kamu terima perjodohan in—"

  "Sorry gak mau terima!" tegas Andini memotong pembicaraan Rangga.

  "Dengerin dulu! Seandainya kamu terima perjodohan ini, saya gak bakal langsung nikahin kamu gitu aja. Mungkin kita bisa pendekatan dulu, habis itu kita pacaran—"

  "Lalu putus dan akhirnya aku bisa keluar dari perjodohan ini," sela Andini.

  "Bisa gak sih kamu gak motong pembicaraan saya!?" tanya Rangga geram. Andini hanya memutar bola mata nya dengan malas.

  "Enggak," lirih Andini.

  Rangga menarik napas dalam-dalam, jika dirinya berhadapan dengan Andini memang dibutuhkan kesabaran yang tinggi. Andini akan menolak sekuat tenaga, atau bahkan melebihi batas normal.

  Saat mereka berdua tengah mengobrol, pandangan Andini dibuat tak fokus kala melihat segerombol pria berbaju coklat ketat masuk kedalam kafe yang Andini singgahi.

  Andini teringat lagi kepada salah satu taruna Akpol yang menilang nya beberapa hari yang lalu. Tapi ia lupa siapa nama nya, padahal Andini melihat jelas nama yang terpampang di name tag taruna itu.

  "Ba... Ba—ta? Aish ya kali namanya batu bata? Atau batu bara?" batin Andini bertanya-tanya.

  Saat tengah fokus menatap beberapa taruna yang memasuki kafe, tiba-tiba jantung Andini berdetak dengan cepat ketika melihat seorang taruna dengan bibir tipis berjalan masuk kedalam kafe itu.

  Mereka berdua saling menatap satu sama lain. Kedua nya mengetahui masing-masing hanya saja lupa dengan nama nya.

  "Itu  taruna yang nilang aku bukan?" batin Andini.

  Taruna itu berjalan medekati Andini, bahkan melewati Andini dan duduk di bangku sebelah kanan dari bangku Andini berada. Andini masih tak bisa berkedip, entah ini mimpi atau apa, tapi jantung nya berdebar kencang dan hati nya gembira meskipun ia tengah dengan siapa hari ini.

  "Seandainya aku bisa tau nama mu. Ya gak tau juga seengak nya bisa aku panggil kamu milik ku?"


  To be continue...

Haloo!! Maaf baru update setelah ngilang beberapa hari T_T pasti kalian udah rindu kan sama Andini? Yq gak rindu juga gak papa lah, nasib jomblo. Terima kasih sudah membaca dan see youu
 

 
 

  

 

 
 

 
 

Kecantol Mas Akpol  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang