XXVII. Akhir

8.8K 513 21
                                    

    Hujan membasahi sebagian kota Semarang hari ini. Dingin bercampur sunyi menerobos raga Andini, terutama kenangan di masa dirinya menemani Bharata semasa taruna. Tepat hari ini Bharata bersama seluruh rekan angkatan nya akan di berangkat kan ke Jakarta untuk melaksanakan gladi Prasetya Perwira. Tak terasa, sebentar lagi orang yang dulu ia benci sekarang akan di lantik menjadi Perwira Polisi yang mengemban tanggung jawab besar.

  Bahagia? Tentu. 

  Bangga? Sudah pasti!

  Mungkin dekat dengan yang nama nya Abdinegara sudah menjadi hal yang lumrah bagi Andini yang lahir di keluarga medis. Namun tetap saja, ada perasaan campur aduk antara bahagia, bangga, sedih dan lain-lain yang hinggap di hati nya. Dan di lubuk terdalam hati Andini, ia menyimpan rasa bersalah yaitu tentang Almira, mantan kekasih Bharata.

  Apakah ia telah merebut apa yang seharusnya milik orang lain? 

  Tapi dari awal Bharata sudah menyebutkan bahwa ia tidak mencintai Almira dan secara kebetulan Andini hadir di kehidupan Bharata. Lantas apa itu tidak salah?

  Dan tak terasa dua jam Andini memikirkan semua itu hingga ia mengabaikan telepon dari Bharata. Ia segera mengambil handphone nya dan menelepon balik Bharata.

   "Halo, assalamualaikum mas. Maaf aku baru jawab habis dari kamar mandi dulu."

  "Waalaikumsalam. Saya pikir kamu kemana gak jawab telepon dari saya."

  "Ada apa telepon? Udah sampe di Jakarta?"

 "Baru tadi berangkat masa udah sampe lagi. Kamu pikir saya pake jin express apa?"

"Ya kirain. Gimana, deg-degan gak sebentar lagi di lantik?"

"Tentu. Tapi saya harus tetap profesional, pelantikan memang momen bersejarah bagi saya tapi saya gak harus lebay kan?"

  "Bener sih. Oh iya, apa aku boleh nanya sesuatu?"

  "Apa?"

  "Apa aku gak merebut milik orang lain? "

  "Maksud nya gimana?"

  "Ya maksud aku gini loh. Apa aku ini merebut kamu yang harusnya milik Almira? Gak tau kenapa akhir-akhir ini aku kepikiran terus mas. Aku jadi gak enak sendiri, kan Almira yang udah nemenin kamu dari awal masuk menjadi taruna hingga akhirnya--"

  "Kamu masih aja kepikiran dia? Saya kan udah bilang berkali-kali sama kamu, bahwa saya pacaran sama Almira karena terpaksa. Jadi apa salah nya kalau saya minta putus setelah menemukan orang yang sehati sama saya?  Udah lah. Jangan pikirkan apa yang enggak seharusnya di pikirkan, kamu gak ada kerjaan banget mikirin dia."

  "Bukan gak ada kerjaan, cuma kalo kepikiran terus kan..."

   "Pokok nya kamu fokus menata masa depan kamu! Jangan mikir yang gak penting!"

  "Siapp pak Polisi."

  "Yaudah, sekarang kamu mandi sana. Saya mau istirahat dulu, nanti di sambung lagi ya."

  "Okee, dah.."

  Andini langsung berguling-guling heboh di kasur milik nya. Karena ia sudah tak sabar melihat Bharata mengenakan seragam dinas lengkap dengan seluruh atribut nya. Lalu datang menghadap orang tua nya dan melamar nya.

  "Aaa gilaa. Udah gak sabar banget!!" Seru Andini.

  Tiba-tiba handphone Andini kembali berdering. Ternyata Bharata menelepon Andini lagi sehingga membuat ia kebingungan.

  "Kok telpon lagi?" Gumam Andini.

   "Halo, mas?"
 
  "An--dini.. Tolong saya."

   "Mas!? Mas kenapa?!"

   "Tolong saya."

  "Mas kenapa? Ada apa?" Ujar Andini cemas karena suara Bharata terbata-bata.

  "Tolong. Saya di tikam, sakit banget!"

  "Apa? Di tikam? Sama siapa mas??"

  "Sama rindu untuk mu."

   Tak ada jawaban dari Andini sehingga Bharata bingung apa Andini senang atau malah marah.

  "JOKES BAPAK-BAPAK GARING KEK KERUPUK!"
 
  "Ya ampun, Din. Gitu aja ngambek. Kan saya belum sempet bilang kangen sama kamu loh!"

  "Kangen sih kangen, tapi gak gitu juga dong mas! Bikin panik aja."

  "Yaudah maafin saya kalo bikin kamu khawatir. Habis kapan saya ketemu kamu, padahal udah kangen berat ini."

  "Mau gimana lagi mas. Kamu kan belum ada cuti, aku juga kangen. Bang Rega nanyain terus kapan kamu ke sini."

  "Udah gak sabar punya adik ipar ya?"

  "Dih geer banget."

  "Kamu mandi sana. Masih teleponan aja."

  "Lah kan situ yang mulai duluan, gimana sih!"

  "Iya canda. Yaudah, bye..."

  "Bye..."

   Tidak terasa langkah terakhir menuju masa depan sudah di depan mata. Tak pernah terbayangkan juga  oleh Andini sebelum nya bahwa akhirnya ia akan berlabuh di hati seorang Bharata yang pernah menilang nya dulu.

  Padahal ia sudah hampir di jodohkan dengan Rangga tapi takdir berkata lain, Bharata berhasil meyakinkan hati orang tua nya untuk menjadi calon suami Andini meskipun penantian masih panjang.

  Intinya, jodoh itu seperti kumpulan tempe. Tidak ada yang tahu.





    To Be Continue

Haloooo!! Kangen gak? Enggak lah, masa kangen. Kerjaan ghosting anak orang mulu. Udah update langsung ngilang sebulan😂 maaf ye maklum lahh nama nya juga masih pelajar, banyak godaan nya. Apalagi gak ada libur semester😪 terima kasih sudah membaca dan see youuuu
 

 











Kecantol Mas Akpol  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang