Serpih ke Empat : KITA PERNAH

3.4K 311 5
                                    


KITA PERNAH

.

.

.

Their Childhood

.

"Narel agak ngedeket sini. Jangan jauh-jauh,"

Hara kecil melambaikan tangan mengajak Narel yang berjalan tertatih ke arahnya. Melayangkan senyum tipis ketika pandangan matanya menangkap Narel yang sedikit kesulitan meraihnya bersama dua gelas jus mangga di tangan. Dia terlihat begitu menggemaskan.

"Kak Hara jahat, ih. Masa aku disuruh bawa ginian sendiri, sih,"

Narel meletakkan dua gelas mangga itu sembari bersungut-sungut lucu. Ia membawa tubuhnya untuk bersila di sisian sang kakak yang tengah lebih dulu duduk manis menghadap air mancur besar di hadapan. Mereka terlihat begitu manis ketika sama-sama menatap pada percikan air yang menerpa wajah.

"Kurang jusnya?"

Pandangan mata sewarna jelaga itu menatap pada gelas sang adik yang telah kehilangan isinya. Menyadari bahwa mungkin sang adik kehausan setelah membawa gelas yang cukup besar itu sendirian. Sedang Narel di sisinya melayangkan senyum manis sembari menggeleng pelan, menolak halus tentang jus mangga segar yang di buatkan ibunya khusus untuk mereka.

"Narel udah kenyang minum jus sebanyak ini. Itu buat Kak Hara aja. Mama buat itu kan khusus buat kita. Masa dikasih ke aku, sih,"

Kikikan Hara pelan menyapa gendang telinga Narel. Tawa Hara adalah salah satu suara favoritnya setelah suara tegas sang ayah dan ucapan lembut dari sang bunda. Bagi Narel berada di antara Nagarjuna menjadi salah satu hadiah Tuhan yang terbaik untuknya. Narel begitu menyayangi sosok di sampingnya dan begitu berterimakasih karena Hara telah menjaganya dengan baik.

"Narel,"

"Hm?"

Tubuh yang sedikit lebih tinggi dari Narel itu bergerak perlahan mengadap Narel. Mengundang degung halus Narel yang balik menatapnya. Mereka begitu serupa. Mungkin hanya pada rambut Hara yang sedikit lebih gelap sedang milik Narel sedikit lebih terang. Hara tersenyum sembari mengusap surai Narel yang sedikit lebih panjang.

"Kakak sayang Narel,"

Senyum cerah Narel terpancar. Membawa damai dan bahagia bagi Hara dihadapannya. "Narel juga sayang Kakak,"

.

.

Hari-hari berjalan tidak pernah menjadi membosankan bagi keluarga Nagarjuna. Pagi yang cerah akan dimulai dengan sarapan bersama di sebuah meja panjang bersama hidangan berjejer yang menjadi favorit kedua pangeran di sana. Sedang kedua orang tua di sana hanya menatap gemas kedua putranya yang terkadang berebut daging. Bahagia yang membuat siapapun berharap berada di antaranya.

"Hey, Prince, bagaimana kalau kita pergi ke danau nanti?"

Wayan Nagarjuna, kepala keluaga Nagarjuna berucap sembari menatap harap pada kedua putranya yang tengah melihat sang ibu yang tengah membereskan meja makan. Yang lebih muda mengangguk antusias dengan manik yang berbinar menggemaskan. Sedang Hara di sisinya tersenyum bersama anggukan setelah melihat Narel yang menyetujui usulan Wayan barusan.

"Bagaimana, Ma?" tanya Wayan menatap pada istrinya yang sibuk mencuci piring membelakangi posisi mereka.

"Kedua pangeranku setuju, untuk apa Mama menolak?"

You're Doing WellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang