Chapter 15

234 23 10
                                    

Maya menyodorkan secangkir teh hangat  pada wanita yang duduk di depannya. Ia tersenyum tipis saat menyadari wanita itu berusaha tampak tenang di hadapannya. Sungguh konyol. Mana mungkin ia bisa tenang setelah mendengar kalimat singkatnya barusan.

"Tolong urus perceraianku dengan Masumi. "

Maya meluruskan punggungnya. Helaan napasnya terdengar begitu berat.
"Aku tidak meminta kau melakukannya dengan segera, Mizuki. Aku tahu Masumi  sedang mengalami masalah berat di Hongkong. Bagaimana keadaannya ? "

Mizuki mengernyit, membetulkan letak kacamatanya.
"Kenapa tak kau tanyakan sendiri ? Dia suamimu. Kau tahu dia sedang mengalami masalah berat, jadi bersabarlah. Kalau dia bisa, dia akan kembali ke Jepang dan menemanimu.Kau bukan anak kecil lagi, kenapa masalah seperti ini saja sampai membuatmu ingin bercerai ?"

"Masalah seperti ini? ", Maya menunduk, mengulas senyum sinis. " Katakan, Mizuki... Bagaimana tepatnya aku harus menghadapi masalah ini? Kau tahu sejak hari itu, berapa banyak wartawan mengikutiku ? Berapa banyak rumah produksi yang entah bagaimana bisa menemukanku dan menawarkan pementasan bidadari merah ? Berapa kali orang-orang dari persatuan drama mempertanyakan kelayakanku ? "
Suara Maya mulai meninggi dan Mizuki bisa mendengar suara itu sedikit bergetar.
"Kau tahu apa yang paling kubenci dari keadaan ini, Mizuki? Kenyataan bahwa aku tidak bisa lari, tidak bisa menghindar dari keadaan ini."

"Kau tidak harus mementaskan bidadari merah."

"Dan membiarkannya mati bersamaku ? Apakah kau pikir aku sanggup melakukannya ?"

"Kau bisa memilih pewaris yang lain."

"Bila aku memang layak untuk itu. Dan setelah itupun, aku tidak bisa menyerahkan hak pementasannya bukan ? Dan selama itu... Apakah aku benar-benar bisa hidup tenang di luar sorotan lampu ?"

"Tuan Masumi akan menanggungnya bersamamu. "

"Dan apa yang akan dia hadapi? Aku tidak bisa bernaung di bawah rumah produksi manapun, cepat atau lambat mereka akan tahu kalau kami sudah menikah. Saat itu, tidakkah perusahaan kalian juga akan menerima serangan ? Lalu Masumi...dia...apakah ada yang akan percaya kalau dia tidak mengambil keuntungan dariku?!", Maya mencoba mengatur napasnya.
"Katakan, Mizuki... Apakah kata-kataku benar atau salah ?"

Mizuki terhenyak memandang Maya. Dia tak mengenali tatapan tajam itu. Ada luka dan keputusasaan terbersit di manik mata hitam itu. Mizuki hanya bisa terdiam. Mengakui bahwa apa yang dikatakan Maya semua benar adanya.
Wasiat yang ditinggalkan untuk Maya telah mengikatnya seumur hidup. Maya benar, dia tidak dapat bernaung di bawah manajemen manapun. Berdiri sendirian, memegang hak pementasan drama yang paling diinginkan di Jepang saat ini. Seumur hidupnya. Melarikan diri  berarti hidup terasing seperti sang guru. Bertahan berarti hidup di bawah cahaya... Dilihat... Dicari... Diburu...
Jalan manapun yang Maya pilih sungguh tak ada bedanya... Semuanya berakhir dengan penjara tak kasat mata.

Maya tersenyum tipis, seakan dapat mendengar  semua yang dipikirkan Mizuki. Ia berdiri, menggenggam tangan Mizuki erat-erat saat berpindah duduk di sebelah wanita itu.
"Mizuki... Apakah kau bisa membayangkan bagaimana penderitaan Masumi bila kami tetap menikah ? Tak berdaya... Tak mampu melakukan apapun untukku... Apapun yang dia lakukan hanya akan menjadi bahan untuk menjatuhkanku... Saat itu... Apakah dia akan tahan ? Kalaupun dia bisa, aku yang tidak sanggup melihatnya. "
Mizuki bisa melihat kepedihan yang nyata di wajah Maya.

Perlahan, dia menganggukkan kepalanya.

Maya meremas tangan Mizuki.
"Terima kasih. Aku yakin kau dan Hijiri akan memastikan Masumi baik-baik saja. Aku tidak akan membiarkan seorangpun menyentuh Masumi. Mizuki... Tolong... Buatlah dia mengerti...Aku akan bertahan dalam kutukan ini, hanya karena aku tahu aku sedang melindunginya. Tolong buat dia mengerti... Hal terbaik yang bisa dia lakukan untukku adalah melepaskanku. "
Kali ini Maya tak mampu membendung air matanya. Pandangannya kabur karena air mata mengalir deras, menyesakkan dadanya.

.
.
.
Maya memandang langit kelam di luar jendelanya... Matanya masih pedih, hatinya masih sakit... Tapi keputusannya tidak berubah..

"Masumi... Mulai saat ini kau tidak akan melihat Mungilmu lagi. Kutukan Bidadari Merah sudah jatuh padaku... Aku tak kan lari... Aku tidak mau hidup seperti Guru. Aku akan menunjukkan pada semua orang bahwa aku lah sang Bidadari Merah. Aku akan naik sampai ke puncak hingga semua orang dapat melihatku. Dengan begitu mereka tak akan mengejarmu.
Jalan ini... Hanya aku seorang yang dapat melaluinya."

It Will Be ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang