Chapter 3

1.6K 25 12
                                    

Maya menatap dengan takjub pemandangan di depannya. Setelah sekian tahun, gemerlapnya Tokyo di saat malam tak terlalu banyak berubah. Entah sudah berapa lama ia berdiri menatap keluar. Dari kamarnya di lantai teratas hotel itu, kota Tokyo tampak luar biasa indah. Tak jauh darinya Masumi tersenyum mengamatinya istrinya. Mereka baru saja tiba tapi Maya tidak tampak lelah sama sekali. Mereka memutuskan menyewa salah satu penthouse di hotel ini karena tak tahu harus berapa lama berada di Tokyo. Masumi melangkah mendekati istrinya dan melingkarkan tangannya di pinggang mungil itu.

“Mau jalan-jalan, Mungil ?”, bisiknya lembut

“Aku bukan anak kecil lagi !”, Maya pura-pura memberengut kesal mendengar panggilan suaminya

“Tapi bagiku tak ada bedanya. Aku masih bisa mengangkatmu dengan mudah.”

Maya terpekik saat Masumi dengan cepat menyelipkan lengan di bawah lututnya dan menggendongnya. Spontan Maya mengalungkan lengannya ke leher pria itu. Dan pipinya segera memanas saat matanya bertemu dengan tatapan penuh cinta dari pria itu. Masumi membawa mereka duduk di sofa dan membiarkan Maya duduk di pangkuannya. Bibirnya kembali menekan bibir Maya dengan lembut dan tak perlu waktu lama kecupan ringan itu berubah menjadi semakin menuntut. Masumi menghela napasnya....napas keduanya terdengar berat. Ia mengusap bibir Maya yang kini memerah karena ulahnya. Betapa inginnya ia kembali merasakan manisnya bibir mungil itu dan menjelajahi kehangatannya dengan lidahnya. Tapi ia tahu istrinya pasti sangat lelah. Masumi tahu Maya tak akan menolaknya. Maya tidak pernah menolaknya. Karena itu ia sendiri yang harus membatasi dirinya.

“Masumi ?”, bisik Maya ragu-ragu saat pria itu menariknya ke dalam pelukannya

“Haaah...”, Masumi menghela napasnya. “Kau selalu membuatku tidak bisa menahan diri.”, ujarnya gemas

“Hmm ?”, Maya menatap suaminya bingung. “Menahan diri dari apa ?”

Masumi mengecup ujung hidung istrinya lalu beralih ke keningnya...tapi saat dilihatnya kembali bibir mungil itu...ia kembali memagutnya.

“Kau membuatku hilang akal.”, bisiknya parau, berusaha menahan hasratnya yang mulai terbakar

Maya menatap suaminya lekat-lekat, mengenali kabut di mata pria itu...merasakan kerinduan Masumi akan dirinya. Maya tersenyum tipis. Ia menyurukkan kepalanya di lekukan leher suaminya dan berbisik lembut..

“Mungkin aku bisa membantumu mendapatkannya kembali.”, dan Masumi pun mengerang saat merasakan kecupan-kecupan kecil di lehernya. 

Masumi mengangkat tubuh mungil itu dan membaringkannya di sofa. Sejenak ia mengagumi pemandangan indah di depannya. Wajah mungil yang cantik dengan rambut hitamnya yang tergerai. Sepasang mata yang menatapnya penuh cinta. Masumi tersenyum dan kembali menghanyutkan istrinya dalam pusaran gairah mereka berdua.

Maya melangkah dengan cepat saat mendengar pintu kamar hotelnya diketuk. Ia sangat bersemangat membuka pintu itu karena ia sangat menantikan tamu tersebut.

“Nona Mizuki !!”, serunya girang sambil membuka pintu lebar-lebar, membiarkan wanita itu masuk.

Sulit bagi Mizuki untuk menyembunyikan kekagumannya melihat penampilan Maya saat ini. Rambut hitamnya yang ikal tergerai hingga ke punggung. Tubuhnya yang mungil dibalut gaun berpotongan sederhana namun berkelas. Di luar dugaan, Maya telah menjelma menjadi seorang wanita muda yang anggun. Tampak binar kebahagiaan di mata gadis itu, terbukti dengan senyum manisnya yang begitu cerah.

“Maya...kau...benar-benar membuatku terkejut.”

“Hah ? Apakah suaraku terlalu keras ?”, Maya memelankan suaranya

It Will Be ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang