Chapter 8

268 11 0
                                    


Pagi ini, Nazneen tengah bersiap-siap. Saat ingin keluar kamar, tidak sengaja Nazneen menabrak seseorang yang secara tiba-tiba masuk.

Brukk ....

"Awww ...." Ringis Nazneen tersungkur kebelakang. Sedangkan yang menabrak hanya berdiam tanpa berniat membantu.Nazneen pun mendongakan kepalanya keatas, dan yang menabraknya adalah Gus Fariz. Seketika raut wajah Nazneen berubah datar. Nazneen bergegas berdiri dan melewati Gus Fariz.

Kelas saat ini masih agak sepi, Nazneen sengaja datang lebih pagi karena dia tidak ingin berlama-lama berada dirumah, yang akan membuatnya sering bertemu Gus Fariz. Setelah duduk di bangku miliknya, Nazneen berpikir bagaimana nasib pernikahannya kedepan? Apa semua akan berakhir atau ....

"Ya Allah, hamba tidak tau harus berbuat apa lagi," gumamnya sambil menenggelamkan wajahnya di atas meja.

••••••

Saat ini semua santri-santri sedang berada di dalam kelas, mereka sedang menunggu ustad/ustadzah yang akan memberikan kisi-kisi. Saat sedang menunggu, tiba-tiba ada seorang santri yang mengetok pintu.

"Assalamualikum ... Kak Nazneen mana?"

"Kenapa?" tanya Nazneen

"Kak Nazneen dipanggil Ustadzah Alya di kantor," jawabnya.

"iya," balas Nazneen sambil tersenyum.

"Kak Arika mana?" tanyanya lagi.

"Kenapa? Aku juga dipanggil Ustadzah Alya?" tanya arika.

"Bukan ustadzah Alya, tapi Gus Fariz juga di kantor."

Seketika semua yang ada di kelas riuh

'Cie-cie dipanggil calon imam.'

'Ada yang PDKTan nih.'

'Beruntung banget sih, Arika.'

'Aku aja yang gantiin."

Nazneen yang tidak salah dengar Arika dipanggil Gus Fariz seketika diam. Senyum yang tadinya mengembang kini surut, ketika mendengar Arika dipanggil Gus Fariz.

Arika yang mendengar dirinya dipanggil Gus Fariz, seketika sangat senang ditambah lagi pujian-pujian yang diucapkan teman-temannya. membuatnya merasa bangga, karena tidak sia-sia selama ini dia mendekati Gus Fariz.

Arika mendahului Nazneen untuk sampai ke kantor, karena tidak sabar ingin bertemu pria idamannya.

Saat sampai di depan kantor mereka mengucapkan salam bersamaan. Arika, mendahului Nazneen masuk. Saat itu Gus Fariz tengah duduk di kursi dekat pintu.

"Gus manggil aku?" tanya Arika sok manis.

"Duduk," perintah Gus Fariz menyuruh Arika. Arika menarik kursi yang terletak di depan Gus Fariz, yang membuatnya semakin leluasa melihat wajah Gus Fariz.

Nazneen bergegas masuk, dan melirik sekilas ke arah Arika dan Gus Fariz. Ada rasa sesak di dadanya, namun dia tidak ingin terlihat lemah.

"Ustadzah Alya panggil Nazneen?" tanya Nazneen dengan nada sopan.

"Ehh ... iya. Ini Ustadzah mau minta tolong kamu bagikan ini kepada teman-temanmu," pinta ustadzah Alya sambil memberikan satu tumpuk kertas yang diketahui adalah sebuah kisi-kisi.

"Iya Ustadzah, Nazneen akan bagikan. Kalau begitu, Naznen pamit dulu Ustadzah," balasnya sambil mengambil kertas itu.

"Iya, makasih yah."

"iya Ustadzah, Assalamu'alaikum."

"walaikumsalam," balas Ustadzah Alya.

Saat melewati Gus Fariz dan Arika, Nazneen melihat keseriusan mereka berdua berbicara. Namun, Nazneen tidak tau apa yang mereka bicarakan.

Cintai Aku GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang