01. Cigarettes and Night

151 105 127
                                    

Malam yang indah dihiasi oleh bintang-bintang dan bulan yang bulat penuh. Gemerlap lampu-lampu dari gedung-gedung menjulang tinggi di kota besar itu juga ikut menerangi malam.

Lily, seorang gadis yang pada hari ini akhirnya menginjak umur dewasa, sedari tadi sedang mendongak keatas melihat langit kota yang indah itu. Ia memakai dress panjang berwarna putih dengan lengan yang terbuka. Padahal, angin malam yang dingin berhembus cukup kencang hari ini. Tentu, karena Lily berada di rooftop suatu hotel bintang lima di kota Jakarta.

Hari ini, orang tua Lily menyelenggarakan pesta mewah di hotel tersebut untuk merayakan ulang tahun Lily yang ke 20. Sebenarnya pesta tersebut bukan keinginan Lily. Bahkan Lily menganggap itu sangat kekanak-kanakan. Pesta tersebut adalah keinginan orang tua Lily.

Orang tua Lily adalah pengusaha kaya raya yang memiliki cabang puluhan di seluruh Indonesia. Dari kecil apapun keinginan Lily selalu terpenuhi. Semakin dewasa Lily sadar bahwa keinginan terbesarnya adalah kasih sayang tulus dari mereka. Tapi sampai sekarang Lily tidak merasakan itu. Yang dia rasakan hanya menjadi boneka milik orang tuanya.

Itulah alasan Lily meninggalkan pesta malam itu dan berdiri sendiri di rooftop sambil intropeksi diri. Pesta yang seharusnya ia nikmati justru malah menjadi tempat pertemuan orang tua Lily dengan para pengusaha-pengusaha.

"Selama ini gue hidup buat apa.." Lily bergumam setelah menghembuskan nafas panjangnya.

Angin malam meniup badan Lily hingga bulu kuduknya berdiri. "Duh, kenapa anginnya kenceng banget sih. Males banget gue balik ke dalem."

Lily mengelus-elus lengannya dengan kedua tangannya agar rasa dingin saat itu dapat berkurang.

"Ahh dingin bangett ga kuattt. Apa gue balik aja ya ke dalem? Tapi males banget dih, ntar gue di jodoh-jodohin sama anak-anak pengusaha itu." ucap Lily yang ragu-ragu.

Tiba-tiba blazer hitam mendarat di pundak Lily menutupi kedua lengannya yang terbuka. Sontak Lily kaget dan perlahan ia menoleh ke belakang.

"Dingin ya.." ucap seorang lelaki yang memasangkan blazer itu di pundak Lily.

"E-egar." jawab Lily terbata-bata. "Lo ngikutin gue ya? Kok tau gue disini?"

Egar, dia adalah teman Lily sejak kecil. Tetapi hubungan mereka tidak begitu dekat sampai ke persahabatan. Hanya saja orang tua Lily adalah teman bisnis orang tua Egar baru-baru ini. Makannya Egar diundang ke pesta ulang tahun Lily. Dan mereka juga menjadi sering ketemu, walaupun hanya saling tegur atau menyapa di kampus.

"Nyebat." Egar menyodorkan rokok yang ada di tanggannya ke arah Lily.

"Enggak, sorry gue ga ngerokok." jawab Lily spontan.

Egar tersenyum tipis mendengar jawaban Lily. "Maksudnya gue kesini karna mau nyebat."

Seketika Lily memalingkan wajahnya dari Egar dan merasa sangat malu karena ia telah menyangka bahwa Egar mengikuti dirinya. Padahal Egar hanya ingin menikmati satu putung rokok miliknya.

"O-ohh. Bukannya di dalem juga ada ruangan khusus ya?" tanya Lily terheran-heran.

"Enakan di sini. Lebih sehat."

"Sehat? Sama aja kali, namanya ngerokok ya ga sehat! Ga ada hubungannya sama tempat lo ngerokok dimana." jawab Lily dengan nada sedikit naik.

Lagi-lagi bibir Egar membentuk senyum tipis. "Setidaknya gue nggak nyumbang penyakit ke orang lain yang ngehirup asap rokok gue."

Seketika Lily langsung menjepit kedua lupang hidungnya dengan tangannya. Padahal rokok yang dibawa oleh Egar masih utuh dan belum sempat ia nyalakan.

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang