Matahari pagi
Hangat dan menerangi
Dunia yang gelap
Hati yang dingin
-Kicauan burung memenuhi ruang alam. Udara segar kubiarkan masuk dari jendela kamarku yang terbuka lebar. Bilur bilur embun masih nampak jelas di kaca jendela. Suara Bejo dan bapaknya yang sedang beradu pantun terdengar samar dari balkon kamarku. Pagi ini, aku bangun tanpa paksaan.
Suasana yang menyenangkan. Memperkuat semangat atas perasaan bahagia. Hari Minggu ini sempurna. Langit cerah tanpa bercak mendung sedikit pun. Hawa dan suhu bersahabat. Tidak dingin namun tidak panas. Tidak membuat menggigil juga tak membuat gerah. Segar. Itulah yang kurasakan.
Aku keluar dari kamar. Lalu memutuskan untuk turun ke bawah. Sekedar menyapa Mbak Lala. Bejo dan bapaknya juga.
"Pagi mbak," sapaku disertai senyum sumringah.
"Hehe, pagi juga Chacha cantik" balas Mbak Lala.
Aku tertawa kecil.
"Mau sarapan Cha?" Tanya Mbak Lala.
"Boleh,"
Aku melangkahkan kaki keluar. Lalu duduk di kursi teras sambil bersenandung pelan. Aku memperhatikan Bejo dan bapaknya yang masih sibuk beradu pantun.
"Siti suka makan nasi,
Nasi goreng ditambah cumi cumi.
Kamu beli mercy,
Tapi itu hanya halusinasi"Tepat sekali, pantun itu keluar dari mulut Bejo. Ia mencibir ke arah bapaknya. Aku tertawa kecil mendengarnya.
"Ada batik di Ramayana,
Ada berita di Suara Merdeka.
Kita pasti bisa dapatkan apa yang kita suka,
Asal kita mau berusaha" balas Pak Tejo, bapak Bejo."Bagus pak, mantap!" ucapku setengah berteriak sambil mengacungkan kedua ibu jariku ke arah Bejo dan Pak Tejo.
Bejo dan bapaknya yang baru menyadari keberadaanku pun tercengang.
"Ada Mbak Acha toh?" Bejo berlari menghampiriku di teras. Bapaknya menyusul dari belakang.
Aku tersenyum kecil.
"Iya jo, sini" aku melambaikan tanganku ke arah Bejo.Bejo segera duduk di sampingku.
"Pagi mbak!" Sapanya disertai senyum sumringah yang menghangatkan.
"Pagi juga, Bejo"
"Mbak Acha mau pantun?" Tanya Bejo dengan lugunya.
"Boleh,"
"Mau tentang apa?"
"Pagi" jawabku asal.
"Oke, siap!" Seru Bejo bersemangat.
"Pagi ini langit cerah,
Secerah senyum Mbak Acha yang merekah.
Kamu cantik, jangan suka marah,
Karena kamu sepenting penunjuk arah" ceplos Bejo sambil terkikik."Oke, itu lebih ke gombal ya," sindirku sambil tertawa.
"Hehe, abis Mbak Acha cantik banget"
"Masaa?" Godaku.
"Iya, serius" balas Bejo dengan rait wajahnya yang menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDARANKU
Teen Fiction"Manusia tak luput dari kesalahan, sahabat juga tak luput dari perbedaan. Semua tak harus sama. Yang harus adalah mengerti" Tuhan, aku tak mau menyia nyiakan gadis cantik yang mau memahami diriku ini. Namun aku takut jika suatu saat aku melukainya...