"GUE GAK PACARAN AVIRA ACHA!" suara Naa menggelegar. Aku menutup telingaku rapat rapat.
"Tapi gemes banget ya sampai pulang berdua" godaku lagi.
Sebuah bantal empuk menimpuk wajahku. Rupanya, Naa sudah menerbangkan senjatanya untuk menyerangku.
"Ngajak perang bantal ceritanya?" sindirku tajam.
"Siapa takut!" Naa balik menatapku tajam.
Aku memasang kuda kuda. Detik berikutnya, dua guling empuk yang ku genggam sedari tadi memdarat dengan sempurna di tubuh Naa. Gadis itu terlihat meringis kecil. Namun dengan kilat ia balik menimpuk wajahku.
"NAA GUNAWAN!! GUE LAPORIN ARYO YA! PACARNYA AGRESIF" teriakku tanpa ampun.
Naa mengelus dadanya. Sepertinya gadis itu sudah lelah beradu mulut tentang Aryo dneganku sedari tadi. Namun pandangannya teralih pada kondisi kamarnya.
"AVIRA ACHA AISY!!! KAMAR GUE UDAH KAYAK KAPAL PECAH TAUU!!!"
Memang benar, tidak dapat dipungkiri, kondisi kamar Naa sudah sangat berantakan. Bantal dan guling berserakan. Novel novel yang tadi Chacha baca juga berserakan di lantai. Kasur busa Naa sudah telanjang dengan kain sprei yang terlepas sedari tadi.
"Iya- iyaa"
"BERESIN!!" tegas Naa.
"Lo juga lah"
"Acha!"
"Nana!"
"Beresin Acha!"
"Gak mau!"
"Chaaa"
"Lo juga tapi"
"Enggak!"
"Kok gitu?!"
"Kan lo yang ngajak perang bantal"
"Tapi lo kan juga ikut"
"Hhh, udahlah capek gue"
"Beresin bareng bareng ayo, nanti Kak Ify ngamuk kalau liat kamar kayak gini" final Naa.
Kami berdua pun membereskan kamar Naa. Aku sedikit menyesal sudah menantang Naa untuk perang bantal. Seorang Chacha jadi harus menguras tenaga lagi untuk merapikan kamar sahabatnya.
-
Aku menutup laptopku. Lalu berjalan keluar kamar, menuju ke dapur. Selepas pulang dari rumah Naa, entah mengapa aku merasa amat lelah. Padahal disana aku hanya membaca novel, menonton drama dan mengobrol dengan topik yang tidak jelas.Batang hidung Mbak Lala tidak kunjung kutemui di dapur. Sepertinya ia sedang pergi. Aku membuka kulkas. Lalu mengambil sebungkus coklat dan sebotol susu segar. Awalnya aku ingin membawa coklat dan susu itu ke kamar, namun kuurungkan. Aku memilih menikmati cemilan itu sambil menyaksikan film di televisi.
DRTT TING
Bunyi itu. Tentu tidak asing bagiku. Bunyi yang kerap kali kudengar jika ada pesan masuk di ponselku. Aku meraih benda persegi panjang pipih itu. Lalu mengutak atiknya hingga menemukan pesan yang baru masuk tadi.
From: 081234567890 (unknown)
gue mau minta nomor Naa
Aku menaikkan sebelah alisku. Aku mencoba berpikir positif. Siapa dia? Mengapa harus Naa? Aku menggigit bibir. Haruskah kujawab? Haruskah kuberikan?
Aku menekan nekan tombol huruf di keyboard handphone. Rasanya tidak solutif jika aku langsung memberikan nomor Naa. Jadi aku memutuskan untuk bertanya tentang si pengirim pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDARANKU
Teen Fiction"Manusia tak luput dari kesalahan, sahabat juga tak luput dari perbedaan. Semua tak harus sama. Yang harus adalah mengerti" Tuhan, aku tak mau menyia nyiakan gadis cantik yang mau memahami diriku ini. Namun aku takut jika suatu saat aku melukainya...