10 - Menjauh

82 8 3
                                    

"dahh" kaku melambaikan tanganku ke arah Daisy. Dan tentu saja ia membalasnya dengan lambaian tangan pula.

Sosok Daisy sempurna menghilang dari tatapanku. Aku segera berbalik badan. Lalu melangkahkan kaki perlahan. Keluar dari gerbang sekolah.

sedikit cerita untuk hari ini. Aku dan Naa sama sekali tidak membuka percakapan. bukan, tentu saja bukan aku yang memulainya. awalnya aku biasa saja. sampai aku merasa ada yang tak biasa. Naa seakan menjauhiku. dan aku memutuskan untuk membiarkannya. kupikir, membujuknya atau bahkan memaksanya berbicara bukan sebuah solusi ynag tepat.

untung saja aku dan Naa tidak sekelas. minimal, rasa canggung tidak 24/7 menghantui diriku.

hari ini, sepertinya aku juga berubah menjadi sedikit pendiam. tidak heboh seperti biasanya. aku tetap mengobrol dengan Daisy. namun tidak bergosip ria dengan Naa di kantin seperti biasa.

saat jam istirahat tadi, aku juga sempat bertemu dengan Rian. sekedar berbasa basi tentang masa lalu yang hampir tenggelam memorinya. tapi kami sama sekali tidak membahas tentang hubungan Naa dan Aryo. lagipula, mengingat Rian adalah kakak kelasku, membuatku cukup lelah menguras otak. bisa bisanya dia tidak pernah menyapaku selama ia bersekolah dissini. padahal, toh dia menyadarinya lebih dulu.

terlebih lagi, tugas dari pak alfi yang menumpuk dengan deadline dua hari lagi. sepertinya aku mesti bergegeas kembali ke rumah dan menuelesaikan tugas matematika ini.

-
aku meletakkan buku cetak dan buku lainnya di atas meja. lalu merengganggakan tangan dengan sedikit berjinjit.

jika diperhatikan, malam ini suasana ibukota tak berbeda dari hari hari sebelumnya. tetap ramai, jalanannya juga tetap padat, dan gedung gedungnya juga tak pernah redup. secara keseluruhan, sebutan jakarta adalah kota yang tak pernah tidur memang benar adanya.

aku memandangi ponsel yang menyala dengan sendirinya. tepatnya saat ada notifikasi pesan baru masuk. dengan cepat aku segera mengeceknya. kuharap itu pesan dari Naa. atau setidaknya pesan dari teman-temanku. bukan pesan dari grup kelas yang memang tak pernah sepi itu.

namun dugaanku ternyata salah. bahkan lebih buruk lagi. pesan masuk tadi hanya pesan dari operator pulsa yang menawarkan berbagai macam paketnya.

"bosen" lirihku pelan.

sejujurnya, banyak tugas dan kegiatan yang harus kukerjakan. tapi tetap saja, aku merasa bosan. terlebih lagi, naa belum mengabariku sama sekali.

aku membuka roomchat. awalnya aku ingin menelepon Naa. namun kuurungkan niatku begitu saja. aku meletakkan ponselku kembali. lalu duduk diatas kursi belajar.

"dah lah, nugas aja" putusku.

dengan berat hati aku membuka buku yang tebal itu. lalu mulai tenggelam dalam pelajaran penuh angka, matematika.

***
/naa page

Sedari tadi gadis dengan jepit biru itu hanya diam sembari menatap langit malam lewat jendela kamarnya yang dibuka lebar. Angin kencang menerobos masuk. Berhasil membuat Naa kedinginan. ia buru buru menutup jendela kembali. namun tetap menyisakan gorden yang terbuka dan ia talikan agar tidak menutup dengan sendirinya.

"Ada yang galau ya?" entah bagaimana dan darimana asalnya, tapi wanita bertubuh ramping itu sudah berada di daun pintu kamar Naa.

"Bisa gak sih jangan asal masuk kamar orang?"

"Dulunya juga pas kamu belum SMP ini kamar punya aku kok" bantahnya dengan alasan yang sangat memancing ocehan adik bungsunya itu.

SANDARANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang