Ch 3

1.3K 179 3
                                    

Di luar hujan turun dengan derasnya. Suara guntur membangunkan Ddosun dari tidur nyenyaknya.

Jimin masih mengurung diri sejak pagi, bahkan dia melewatkan makan siangnya.

Jungkook mengetuk pintu kamar Jimin. Dia ingin memastikan keadaan Jimin setelah hampir empat jam Jimin tidak keluar kamar.

"Jimin, boleh aku masuk ?"

Setelah berkali-kali mengetuk pintu, Jungkook masih belum mendapat sahutan dari dalam. Jadi, dia memutuskan untuk masuk tanpa izin.

Untung pintunya tidak dikunci.

Lampu kamarnya dimatikan, tirai besar menutupi jendela rapat-rapat tidak membiarkan secercah cahaya masuk kedalam, hanya ada lampu tidur disamping ranjang yang menyala dan menjadi satu-satunya penerangan disana.

Jungkook masuk kedalam kamar pelan-pelan, tidak ingin menggangu tidur Jimin. Dia menutup kembali pintu kamar, lalu menghampiri Jimin.

Jungkook berlutut di lantai, dia mensejajarkan diri dengan Jimin.

Jimin baru selesai menangis ternyata, air matanya masih belum kering. Jungkook menghapus air mata Jimin dengan ibu jarinya, lalu menyingkirkan rambut depan Jimin yang menghalangi dahi indahnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan keluargamu?"

Jungkook menyuarakan pikirannya karena dia terlalu takut untuk bertanya pada Jimin secara langsung. Takut pertanyaanya akan menyinggung perasaan Jimin. 

Jadi, biarlah dia sendiri yang mencari tahu jawabannya.

Jimin terusik dalam tidurnya. Masih dengan mata terpejam dan setengah sadar, dia menarik tangan Jungkook yang menyentuh dahinya, lalu meletakannya dibawah pipinya.

"Hangat."

Ucap Jimin, dalam tidurnya.

Jimin mengelus-ngelus telapak tangan Jungkook dengan pipi tembemnya, lalu menjadikannya sebagai bantal dan tidur kembali.

Jungkook yang melihatnya terkekeh kecil, Jimin ini terlalu imut untuk anak lelaki berumur 17 tahun.

Makin besar saja keinginan Jungkook untuk melindungi dan mengenal Jimin lebih dari ini.




‡‡‡‡




Jimin terbangun dari tidurnya ketika jam berdentang 12 kali. Kepalanya pusing, mungkin karena dia terlalu lama tertidur.

Perutnya keroncongan, lapar karena hari ini baru makan pancake tadi pagi. Sepertinya karena itu juga dia jadi terbangun.

Ddosun tidur dipinggir ranjang, hampir saja jatuh. Makanya Jimin memindahkannya ketempat tidur Ddosun yang ada disudut ruangan, sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar kamar dan pergi ke dapur.

Alunan musik klasik terdengar dari lantai satu, itu Jungkook tengah menikmati secangkir teh hangat di meja makan.

Langkah kaki Jimin terdengar, membuat Jungkook menoleh kearahnya lalu tersenyum menyapa Jimin.

"Kenapa belum tidur, Jungkook?" 

Langkah kakinya semakin cepat menuruni anak tangga, berlari kecil kearah Jungkook, lalu duduk di sampingnya.

"Aku tidak bisa tidur. Kenapa kau bangun, Tuan Muda Jimin?"

Jungkook mengubah posisi duduknya jadi menghadap Jimin agar Jimin lebih mudah menatap kearahnya. 

Teh panas didalam cangkir masih mengepul mengeluarkan uap, harum teh itu menyeruak masuk kedalam indra penciuman Jimin, membuatnya merasa lebih rileks.

[End] PengawalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang