✨Chapter 5✨

99 11 4
                                    

•••••






Wonjin pun pergi kesuatu gubuk, iya di tempat kecil sebuah hutan. Serim sempat mengasih tau kalau keberadaan Jungmo sekarang berada di gubuk itu.

Gubuk itu lumayan lusuh dan kumuh, banyak yang bilang gubuk itu ditempati oleh orang yang berdosa sama seperti Jungmo. Namun Wonjin tidak berpikir seperti itu karena dia jarang sekali melihat gubuk itu.












Tok !! Tok!!!

Setelah Wonjin mengetuk pintu, tak ada yang meresponnya.

Wonjin pun kembali mengetuk nya.

Tok!! Tok!!







"Koo Jungmo, apakah kau ada disana?" Tanya Wonjin dari depan pintu gubuk itu.

Karena Wonjin tak suka menunggu lama akhir nya ia membuka pintu itu dengan sedikit kasar.



Cklek!!







Wonjin memasuki gubuk tersebut, Keadaan isinya lumaya menyeramkan... yaa tentu menyeramkan... dan banyak debu juga disitu.

Tapi setelah Wonjin melihat lihat sekeliling mata nya tersita pada sebuah pedang yang sudah berlumuran darah. Wonjin sudah yakin itu adalah pedang Jungmo yang dia pakai saat melawannya.




Namun, yang membuat Wonjin heran adalah.... Mengapa tidak dicuci pedangnya??? menjijikan.









Wonjin kembali melihat sebuah kotak kayu. Wonjin pun mendekat kepada kotak tersebut.





















CLAK!!!


Sebuah pedang menghalangi langkah Wonjin, Siapa lagi kalau bukan Jungmo.

"Hai... Adik manis ku... kita bertemu lagi" Seru Jungmo dengan ketawa renyah nya.

"Adik manis??"







CLAK!!!!

"Aku bukan adik mu..." Wonjin pun menggores pipi Jungmo dengan pedangnya tanpa sengaja.





BUGH!!!!

Wonjin pun menonjok Jungmo hingga terjatuh.

"Dan kau tak akan pernah menjadi kaka ku" Ujar Wonjin dengan Smirknya

Lalu ia siap menghunus Jungmo dengan pedang nya.




CLING!!!

Jungmo lalu melucuti pedang Wonjin dan menaruh pedangnya ke leher 'Adik' nya itu.

"Aku juga tak mau memiliki adik seperti mu" Lalu Jungmo menendang perut Wonjin.

Wonjin pun terjatuh dengan tendangan kuat Jungmo.

Dan kini pedang Wonjin di tangan kakaknya.





"Aku memiliki kisah menarik tentang pedang ini" Seru Jungmo dengan nada dinginnya.

"Kau ingin tahu?" Tanya Jungmo sembari memainkan rambut adiknya menggunakan Pedang Kehormatan tersebut.

Sementara Wonjin masih terduduk diam. Ia menggigit bawah bibirnya dan menatap Jungmo dengan tatapan benci.

"Oh.... baiklah aku mengerti sepertinya kau ingin cepat untuk menyusul ayah & ibu ya?" Jungmo pun menaruh pedang tersebut tepat di bahu Wonjin.

Bagus, jika digeserkan maka leher Wonjin kemungkinan akan kena.


"Kalau kau ingin membunuh ku....." Wonjin pun memegang erat pedang Kehormatan tersebut sampai tangannya mengeluarkan darah.

"biarkan aku pun untuk membunuh mu..."

Wonjin pun menarik paksa Pedang Kehormatan tersebut. Jungmo memang sengaja melepaskannya.

"Oke..... mari kita bertarung lagi" Seru Jungmo lalu menatap Wonjin dengan tajam.

"Besok Malam.... didepan halaman istana" Setelah mengatakan tersebut Jungmo pun tertawa kecil.

"baik.... nikmati hidupmu sebelum aku membunuh mu Jungmo" Wonjin membalasnya dengan smirk... lalu meninggalkan gubuk itu.


















••••••••

Wonjin pun membuka pintu ruangan Serim dengan kasar. Bahkan pemilik ruangan tersebut sampai terkejut.

"Ada apa yang mulia?" Tanya Serim lalu mendekati Wonjin.

Wonjin pun terduduk di kursi yang disediakan. Ia sedang gusar dan menggigit kuku tangannya.

"Serim...." Panggil Wonjin kepada Serim.

Serim pun menoleh dan menjawab Wonjin.

"Aku sempat bertemu Jungmo... dan yaa seperti biasa Pedang ku diambil dengan dia dan sebagainya" Seru Wonjin.

Serim yang tertarik dengan pembicaraan itu pun langsung serius menyimaknya.

"Dan ia sempat bilang kepadaku..." Ujar Wonjin

"Dia bilang apa Yang mulia?" Tanya Serim dengan raut wajah panik.





































"Pedang ini memiliki kisah tersendiri?? benar kah??" Tanya Wonjin

Serim pun terkejut dan tak percaya dengan apa yang dikatakan Wonjin.




Tbc.

𝒯𝒽𝑒 𝒮𝓌𝑜𝓇𝒹 𝑜𝒻 𝐻𝑜𝓃𝑜𝓇 | Tomatoz (Cravity)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang