Target⚔_6

894 162 67
                                    


Sudah beberapa menit yang lalu Taehyung mengirimkan alamat kepada Jisoo, dan harusnya dia sudah sampai sekarang.

Taehyung berdecak kesal lalu berjalan keluar dari bar yang sedari tadi ditempati. Ia terpaksa mencari gadis itu dengan melacak ponselnya. Jika bukan karena flashdisk itu sangat penting untuk sekarang juga, maka dia lebih memilih bersenang-senang dengan pisau runcingnya di malam gelap ini. Jangan lupa, pria ini selalu mengerjakan pekerjaan pentingnya sendiri dan tak akan membiarkan siapapun membantu ataupun mengusiknya.

Mobilnya berhenti di depan gang sepi yang entah mengapa gadis itu berada disini. Alisnya terangkat saat keberadaan Jisoo semakin dekat dengan Taehyung. Ia keluar dari mobil dan berjalan menyusuri lorong sembari menajamkan mata monolidnya yang seakan mampu menembus kegelapan. Dan akhirnya dia menemukan gadis itu, terlihat sedang berusaha melihat sesuatu diatas tong besar. Taehyung masih bisa mendengar erangan seseorang dan suara pukulan yang samar dari dalam sana.

Senyum miring Taehyung muncul saat Jisoo berusaha berjalan mengendap-ngendap keluar dari rumah itu. Ia melangkah meninggalkan gadis itu dan berjalan menuju mobilnya lagi. Taehyung mulai menampakkan smirk saat ide buruk telah mendarat diotaknya. Ia melakukan panggilan suara ke nomor Jisoo. Taehyung tak peduli apapun yang terjadi pada gadis itu, ia hanya ingin melihat darah malam ini.

Wait! Tapi flashdisk itu masih dibawa Jisoo. Sial! Taehyung segera mematikan panggilan telefonnya. Ia menghela nafas kasar. Dia melihat rumah dengan lampu yang masih menyala dengan mobil terparkir rapi di garasi.
Setelah langkah orang berlari terdengar mendekat, Taehyung tanpa ragu menarik tangan orang itu memasuki halaman rumah dan mengukungnya. Dan benar, dia memang tidak salah orang.

Cahaya lampu remang menyoroti wajah gadis itu yang tengah memejamkan mata gelisah. Taehyung menatapnya lekat. Jisoo hanyalah gadis bodoh dimata Taehyung.

Setelah orang-orang yang mengejarnya tadi menghilang, mata Taehyung masih melekat pada gadis itu. Gadis itu bahkan masih menahan nafasnya, seolah orang-orang itu akan mendengar dan menemukan mereka. Tapi tiba-tiba perhatian Taehyung teralih dengan sesuatu yang lebih menarik. Walau samar, tapi masih terlihat jelas adanya bekas luka panjang di bawah telinga gadis itu. Tapi, ah! Dia tidak peduli! Sama sekali tidak peduli!.

"Dasar bodoh!" Taehyung menjauhkan tubuhnya, membiarkan Jisoo mengambil nafasnya. Kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana dengan wajah yang tak pernah menunduk meskipun lawan bicaranya lebih pendek, seakan dia akan kehilangan harga diri jika melakukan itu.

"Tuan Kim Taehyung?" Jisoo tertegun. Jadi, dia sejak tadi berada di rengkuhan Taehyung? nafas itu adalah nafas Taehyung? Dan tangan besar yang menggenggam tangannya adalah tangan Taehyung? Wah! Jantungnya kembali berdegup tak karuan. Kali ini bukan takut, melainkan senang. Bagaimana bisa dalam sekejap hati Jisoo begitu mudah terbalik? Apakah dia butuh pergi ke psikiater?.

Deheman Taehyung membuyarkan lamunan Jisoo. Segera ia teringat dengan benda kecil yang sampai membawanya kesini, dan beruntung flashdisk itu masih aman.
Taehyung mengambilnya kasar lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun. Jisoo mengumpat lirih saat Taehyung telah melaju dengan mobilnya.

Jisoo mengusak rambut kesal. Sama saja dengan Taehyung menanam bunga dihatinya, dan dia juga yang memetiknya bahkan menginjaknya.

"Aku hampir mati karnanya dan dia sama sekali tidak peduli?! Bahkan dia tidak mengantarkanku pulang atau minimal ucapan trimakasih? Kenapa sulit sekali mengucapkan itu? Apa dia sariawan? Amandel? Kanker tenggorokan? HUH!!" Jisoo terus saja mengomel sepanjang perjalanan seperti orang gila. Tidak, dia memang sudah gila. Gila karena KIM TAEHYUNG.

-

Sinar mentari menelusup lincah menjangkau wajah damai gadis yang tengah tertidur manis itu. Jeritan alarm terus berbunyi memenuhi kamar
, tapi sama sekali tidak mengusik mimpinya.

TARGET ⚔ - KthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang