Target⚔_5

963 168 38
                                    

! Mengandung unsur kekerasan dan penggunaan bahasa kasar!

Jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota Seoul, mansion mewah bernuansa modern klasik berdiri diatas tanah luas dibalik rimbunan hutan lebat. Tak ada jalan aspal untuk mempermudah perjalanan sang pemilik, hanya jalan kecil berpasir dengan rumput pendek ditengah layaknya membentuk garis marka jalan yang menandakan ban mobil kerap menindas tanah lembab itu. Bak istana penghuni hutan fantasy.

Tak ada sepercik cahaya sama sekali meski sinar matahari sekalipun. Suram, kata yang tepat untuk menggambarkan tempat ini. Tapi nyatanya berbanding terbalik dengan keadaan didalam bangunan istana itu. Terang, sangat terang, tak peduli apapun perubahan cahaya langit diluaran sana. Toh, tidak akan ada bedanya. Mungkin saja sang penghuni tidak akan mengetahui perbedaan pagi dan malam jika tak senantiasa melihat pergantian angka dan tanggal dilayar handphone.

PRAANNKKKKK!!!!

"Tidak!Jangan nona!" Seolah tak bertelinga, gadis bersurai hitam itu tetap mempertahankan kedudukan pisau yang siap menancap perutnya tanpa mengindahkan teriakan wanita paruh baya yang notabene adalah pengasuhnya.

Mereka beradu tenaga, berlomba mengambil alih pisau yang terombang-ambing diudara. Gadis itu bergerak kesetanan melawan tarikan dari lawan beradunya.

"Tenanglah nona! HOJIN!! HOJIN!! " Gemuruh langkah terdengar menapaki tangga dengan tergesa, sangat jelas ia berlari dengan panik bukan main. Dan benar, muncul pria kekar dari balik pintu. Ia memiting tangan gadis itu yang memberontak tak karuan dan membiarkan pisau ditangan terbanting dilantai begitu saja. Sampai pergerakannya dirasa berangsur tenang dan ambruk ditempat, setelah cairan anestesi merenggut kesadarannya dalam sekejap.

"Maafkan saya nona" Hojin menghela nafas berat melihat lubang kecil jejak dari benda yang ia suntikkan dileher putih gadis itu.

Direbahkan tubuh kecil nan ringkihnya diatas kasur dengan hati-hati. Yuji merapikan helaian rambut yang menutupi wajahnya. Hatinya ikut ngilu melihat keadaan gadis itu.
Terhitung belasan tahun ia mengabdikan jasa kepada keluarga ini. Tak diragukan lagi, Yuji paham betul seluk beluk karakter mereka. Jika boleh egois, ia pasti akan membawa gadis malang ini untuk hidup damai bersama, jauh dari kekacauan. Tapi ia juga masih butuh hidup , dan hanya mampu meredam amarah anak asuhnnya ini yang sewaktu-waktu akan kambuh. Tapi beruntung kasih sayang selalu menguatkannya.

"Dimana Tuan-mu? Belum ada kabar juga?" Hojin membuang wajah kasar. Ia jengah dengan bahan pembicaraan yang memuakkan ini. Bukan tak suka, hanya saja ia sedang malas memompa otak untuk menemukan alibi yang tepat tentang kenyataan yang tak akan mampu diterima oleh siapapun ditempat ini.

"Beristirahatlah. Dia akan tertidur lama". Hojin berlalu begitu saja, membanting pintu yang meninggalkan debuman dan kesan ketidak nyamanan hatinya tanpa menghiraukan gadis yang tengah terlelap. Bukan bentuk perhatian yang ambigu, hanya alasan yang menyebalkan.

Yuji memejamkan mata kesal. Entah berapa kali Hojin selalu berusaha meloloskan diri dari pertanyaan yang sama. Ia tau apa yang tengah terjadi sebenarnya adalah hal tidak baik, tapi dia memang terlalu kelewat peduli. Mungkin saja hal tidak baik itu akan berimbas terhadap gadis tak berdosa ini. Maka, apapun untuk menyelamatkannya.

"Dimana kau dasar tidak berguna!" Dentuman kecil mengudara dari kepalan tangan Hojin yang menumbur dinding tebal. Kesal, muak, marah, sedih dan kecewa seolah dimix epik diulu hatinya yang rapuh. Dia tau betul dengan amarah itu tak akan mampu memperbaiki keadaan yang terlanjur berantakan. Tapi, hanya meluapkannya saja memang sedikit melegakan bukan?.

***

Entah keberapa kali Hoesok mengusak rambut frustasi. Bagaimana tidak? Salah satu pemain terbaiknya mengalami cidera parah diatas lahan kasur mewah penuh darah. Wajah pucat pasi terengah-engah. Tergolek lemah tak berbusana, alias popolosan. Kaki, tangan diikat terlentang diatas ranjang. Hanya sebuah kaleng tanggung menelungkup diatas perut ratanya yang seolah menjadi keran merembesnya darah kental. Betapa terkejut Hoesok, kala mendapati hewan perekat besar tergeletak kaku dengan lubang timah di kepalanya diatas daging perut wanita itu yang telah menganga geripis. Bisa dipastikan, jalang ini merasakan sakit luar biasa dari gigi-gigi runcing yang mengoyak perutnya beringas beberapa saat lalu.

TARGET ⚔ - KthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang