"Sal gilak pacar lo yang baru ganteng banget," heboh Anisa. Perempuan itu kaget setelah melihat postingan Gibran kakak tingkatnya yang ganteng banget. Cowok itu memposting foto Salma yang sedang makan.
"Pinter kan gue?," ucap Salma menaikkan kedua alisnya.
"PINTER GILA!!. Udah ganteng kaya lagi, dibelanjaniin apa aja lo?," tanya Anisa kepo.
"Tas yang gue pengen itu."
Bola mata Anisa membola "Tas yang harganya 5 juta itu?. Fix lo pinter banget cari pacar!!!."
"Iya dong gue gitu loh," ucapnya tersenyum bangga.
"Traktir dong sal hitung-hitung pajak jadian lo sama Kak Gibran," bujuk Anisa mnyatukan kedua tangannya dengan mengedipkan matanya.
"Oke. Mumpung gue lagi seneng nih"
Sebelum langkah kakinya membawanya ke kantin, Salma lebih dulu melihat seorang cowok berjalan. Cowok itu membawa kardus yang berisi kertas yang sepertinya berat. Sudah lama Salma tidak melihat cowok itu semenjak insiden dimana cowok itu menolongnya.
"HAFIZHHH!!"
Hafizh berhenti berjalan. Menengok ke belakang. Salma berlari menuju ke arah Hafizh meninggalkan Anisa yang menutupi kedua telinganya. Merasa terganggu dengan teriakan Salma yang memanggil Hafizh dengan suara yang keras. Ada ya orang manggil harus sekeras itu. Padahal orang yang dipanggil juga gak jauh-jauh banget. Dasar memang Salma itu punya cara tersendiri.
"Bener kan nama lo Hafizh?," tanya Salma meneliti penampilan Hafizh. Kalau dilihat-lihat sih memang benar tapi kalau salah kan nanti dirinya juga yang malu nanti. Jadi lebih baik bertanya dulu.
"Iya, kenapa?"
"Wah emang jodoh gak kemana ya," kata Salma senang. "Gue belum tau nih nomer lo soalnya waktu itu lo langsung pergi jadi gak sempet buat minta. Berapa nomer lo?,"
"Buat apa?"
"Buat bilang makasih lah. Kan waktu itu lo udah nolongin gue"
"Bilang makasihnya sekarang aja," ucap Hafizh cepat. Tangannya sudah mau patah menyangga kardus yang penuh kertas ini. Tapi cewek di depannya ini seperti tidak mau cepet-cepat pergi.
Salma terdiam. Iya bener juga ya. Tapi kan Salma butuh nomernya ya untuk memulai pendekatannya. Dirinya sudah menargetkan si Hafizh dari semenjak pertama kali melihatnya. "Eh.... itu ya buat disimpen aja"
"Gak perlu." Hafizh lalu pergi meninggalkan Salma.
Salma tercengang mendengarnya. Perempuan itu menatap punggung Hafizh yang perlahan menjauh. Baru kali ini ia ditolak seorang cowok.
"Cowok yang unik"
***
"SALWA! SALWA!", Salma berteriak begitu masuk ke kamarnya.
"Kamu harus tau, gila sepanjang hidup aku, baru pertama kali loh aku dicuekin laki-laki"
"Sama siapa?", tanya Salwa kalem. Walaupun ia tidak menyukai topik pembicaraan tentang laki-laki tetapi ini saudaranya sendiri. Salwa tidak ingin menyakiti perasaan Salma.
"Si Hafizh"
DEG! Kenapa harus laki-laki itu. Itulah yang ada dipikiran Salwa saat ini. Apakah begitu tertariknya Salma dengan Hafizh?.
"Sal, apa tadi aku kelewatan ya sama Alan?," tanya Salwa. Melupakan persoalan Hafizh dan bertanya tentang Alan. Jujur saja dari tadi ia berdiam diri di kamar hanya memikirkan tindakannya tadi terhadap Alan.
"Enggak sih, kamu itu orangnya lemah lembut jadi gampang untuk gak enakan sama orang. Coba deh Sal, kamu itu sesekali bodo amatan sama orang. Jangan mudah berempati nanti kamu sendiri yang bakal dimanfaatin sama orang. Sekarang kan manusia pada gak punya otak."
Salwa suka jika bercerita dengan Salma. Salma memang terlihat di luar buruk tapi di balik itu semua, Salma merupakan penasihat yang baik.
"Tapi kamu itu juga bodoh sih Sal, Alan kan ganteng gitu, mana kaya lagi. Kalau dia yang ngejar-ngejar aku pasti langsung aku terima," nah kan mulai lagi. Bukan hanya nasehat saja yang Salma lontarkan tetapi juga ejekan.
"Aku bukan cari yang tampan Sal, tampan saja kan tidak bisa membawa kita masuk surga."
"Udah ah, aku mau siap-siap pergi. Mau morotin uang pacar dulu."
"Ingat pulangnya jangan kemalaman, nanti Bunda marah loh,"
"Iya Salwa sayang, tambah sayang deh," ucap Salma mencium pipi Salwa.
***
Salwa berjalan ke arah kelasnya. Perempuan itu menengok sekitarnya. Takut-takut ada Alan yang datang mengahmpirinya. Dia masih tidah enak karena perkataannya kemarin.
"Cari apa?."
"Astagfirullah," Salma menoleh ke belakang. Tau-tau sudah ada Alan. Sudah seperti jailangkung saja Alan. Datang tak diundang.
"Cari apa Sal sampai serius gitu?," tanya Alan kembali.
"Enggak gak ada apa-apa," Salwa berusaha menutupi kalau tadi dia sedang mencari Alan.
Salwa dibuat bingung dengan perilaku Alan. Kenapa Alan tidak marah dengannya?. Laki-laki itu bertindak seakan tidak terjadi apa-apa.
"Ngapain disini Al? Bukannya kamu tidak ada jadwal pagi?."
"Tau aja nih calon istri kalau suaminya ada jadwal." Jawab Alan cengengesan.
"Al please."
"Iya enggak Sal. Cuma mau tanya kalau seandainya saya lamar kamu, kamu mau?."
"Saya tidak mau menikah dengan orang yang berbeda agama dengan saya. Tuhan saja kita berbeda apalagi yang lainnya."
"Kalau saya ingin menjadi muslim apakah kamu mau?." Tanya Alan sungguh-sungguh. Alan sudah berpikir semalaman. Jika ia tidak gercep takutnya Salwa diembat sama yang lain.
"Jangan masuk islam karena saya Al. Tapi niatkan dari hati dan untuk diri kamu sendiri. InsyaAllah kalau kita berjodoh pasti akan ada jalannya."
"Iya tapi saya juga ingin karena kamu Sal."
"Coba luruskan niatmu dulu. Saya pergi dulu. Assalamualaikum."
Alan terdiam. Ia bertekad menjadi seorang muslim agar Tuhannya dengan Tuhan sang kekasih sama. Agar ketika sang pujaan hati mendengarkan adzan ia juga bisa mendengarkan adzan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
2SAL : Jodoh Untuk Salwa
General FictionSalma dan Salwa adalah kembar yang identik tetapi tidak sama. Mereka mempunyai sifat yang berbeda. Salwa suka berhijab salma enggak suka karena panas. Salwa selalu menjaga pandangan salma suka berpacaran. Ini kisah Salma dan Salwa sang kembar yang s...