11. Menantu Idaman

18 6 0
                                    

Salwa sedang bersiap untuk ke kondangan teman smanya. Pernikahannya di gelar di gedung dekat dengan rumahnya. Salwa pergi sendiri jalan kaki, karena Salma tidak pergi. Katanya ada urusan dengan pacarnya.

"Alhamdulilah cuacanya bagus."

"Iya bagus ya. Awannya juga cantik kayak kamu."

Salwa menoleh ke kanan. "Astagfirullah." Ucapnya spontan.

Si laki-laki cemberut. Emangnya dia setan kok bilang begitu. "Harusnya MasyaAllah dong Sal, udah ganteng gini kok."

Menghiraukan ucapan Alan. Iya laki-laki itu Alan. "Ngapain disini Al?."

"Ya sama kayak kamu mau pergi ke kondangan kan."

Salwa mendengus. Bukan itu yang ia maksud. Alan kan punya banyak mobil, motor kenapa harus jalan kaki. "Maksudnya kenapa jalan kaki?."

Alan cengengesan. Memperlihatkan gigi putih rapihnya. "Ya biar bisa bareng kamu."

"Kan kamu bisa ajak yang lain Al. Cewek cantik banyak yang mau sama kamu."

"Tapi saya maunya sama kamu."

Alan ini menyebalkan sekali. "Bukan mahram Al. Kamu tau itu kan?."

Menyugarkan rambutnya ke belakang. Alan tentu sudah tau. Sekarang dia sudah sering berkunjung ke rumah Ustadz Ridwan. Sudah banyak ilmu yang Ustadz Ridwan berikan padanya. Salah satunya tentang masalah pacaran dan perempuan. Tapi iman Alan tidak sekuat itu untuk tidak bertemu dengan Salwa. Perempuan itu seperti mempunyai magnet tersendiri.

"Kamu tau lagu Indonesia Sal?." Ucap Alan mengalihkan pembicaraan. Menghindari pertanyaan tadi yang berujung Alan akan menjauhi Salwa.

Walaupun kesal. Salwa tetap menjawabnya. "Sedikit."

"Lagu Andmesh. yang judulnya Kumau dia tau juga?."

"Iya. Kenapa?." Salwa penasaran kenapa daritadi bertanya tentang lagu. Tidak nyambung sekali.

"Ya itu Sal. Kumau dia."

"Apa sih. Saya gak ngerti."

"Saya mau kamu Sal. Walaupun banyak perempuan cantik. Tapi saya maunya sama kamu." Ucap Alan yakin.

"Saya dan kamu beda Tuhan Al."

"Kita sudah sama Tuhannya Sal. Alhamdulilah saya sedang berusaha menjadi muslim yang baik."

Salwa terkejut. Alan bilang dia muslim? Apa perkataanya kemaren memang benar?.

"Kamu mualaf? Sejak kapan?."

Alan tersenyum. Melihat wajah kaget Salwa yang terlihat lucu. Dengan kedua matanya membulat. "Baru-baru ini."

***

Salwa dan Alan sudah sampai di gedung tempat diadakannya pernikahan. Dekorasinya sangat cantik. Bernuansa putih sangat cocok dengan nuansa sakral pernikahan.

Salwa masuk ke gedung dengan Alan yang mengikuti di belakangnya. Para ciwi-ciwi melihat ke arahnya. Tidak tepatnya melihat ke arah Alan. Dengan setelan jas mahalnya mustahil kalau Alan tidak terlihat tampan.

Alan terus mengintili Salwa di belakang. Tidak tau bagaimana tatapan para perempuan yang menatapnya sedari tadi. Sudah seperti ingin menerkamnya. Salwa sudah menyuruh Alan menjauh. "Al risih tau dilihatin terus. Kemana kek, ngobrol kek sama yang lain. Jangan sama saya terus."

"Saya pengen ngobrol sama kamu." Alan dengan keposesifannya. "Lagipula banyak laki-laki Sal. Saya ingin menjaga kamu biar gak sentuhan sama mereka."

Ada benarnya juga sih. karena tadi ada seorang laki-laki yang ingin menyetuhnya tetapi dihalangi oleh Alan. Tapi tetap saja risih.

Setelah berdebat. Disinilah mereka di meja yang disediakan untuk para tamu makan. Alan duduk di seberang Salwa sambil menikmati makanannya.

"Sal ada noda di wajahmu."

Salwa reflek mengangkat tangannya. Berusaha menghilangkan noda di wajahnya yang Alan bilang. Malu sekali makan di depan laki-laki belepotan. Tapi ini kebiasannya. Jika Salma saudara kembarnya mempunyai kebiasaan makan yang banyak namun elegan berbeda dengannya yang selalu meninggalkan noda entah itu saus, kecap, maupun kuah di wajahnya.

Alan tersenyum melihat Salwa. Sangat manis. "Udah bersih Sal."

Mendengar ucapan Alan, Salwa kembali melanjutkan makannya.

"Permisi."

Mereka berdua mendongak. Mendapati 5 orang wanita paruh baya sedang memperhatikan Alan. Mereka memandangi Alan dengan wajah berbinar.

"Iya ada apa buk?." Alan menyahuti dengan lembut. Lebih bersikap sopan kepda orang yang lebih tua.

"Ibu punya anak perempuan cantik loh. Umurnya 28 tahun. Udah punya pekerjaan yang mapan lagi." Ucap seorang ibu mempromosikan anaknya.

UHUK UHUK

Salwa tersedak. Apakah ibunya sedang minta Alan jadi menantunya?. Alan selalu saja menyita perhatian banyak orang. Karena Alan terlalu tampan, terlalu keren, terlalu menantu idamanable. Salwa jadi malas kalau sudah begini.

Alan melihat ke arah Salwa. Mengerti jika gadis itu sedikit tidak nyaman. "Maaf buk, anak ibu dengan saya lebih tua anak ibu."

"Ya gpp. Bukannya yang lebih tua lebih dewasa." Jawab ibu itu kekeh.

"Minggir jeng." Ucap ibu satunya menyenggol temannya. "Gpp nak sama anak ibu aja, Anak ibu masih muda lagi masih kelas 3 SMA."

Alan tersentak. Memangnya ia pedofil menikahi anak di bawah umur.

Salwa jadi gemas sendiri. "Maaf buk, bukannya itu melanggar hukum menikah dengan anak dibawah umur."

"Ih gpp kali. Kalau sama ini bisa dibicarakan. Aduh ganteng banget ya."

Apa-apaan Ibu ini. Salwa berdiri. Perempuan itu lebih memilih pergi daripada meladeni ibu-ibu yang sedang mencari menantu idaman untuk anaknya.

Alan tersenyum kaku. "Maaf ya bu. Istri saya lagi ngambek." Alan terkekeh kemudian berjalan menyusul Salwa.

2SAL : Jodoh Untuk SalwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang