Matahari hari ini sangat terik. Salwa menghela napas melihat ponselnya yang menunjukkan jam 12.40 pantas saja panas sekali. Hari ini dia ada kelas siang jam setengah satu dan sekarang dia sedang berada di halte dekat rumah untuk naik bis menuju kampus. Salwa tidak berangkat bareng dengan Salma karena kakak kembarnya itu sudah berada di kampus sejak pagi tadi. Salwa aslinya ingin tadi berangkat dengan Salma tapi dia tidak enak dengan Bundanya yang sedang kerepotan membuat kue. Kue itu pesanan tetangga yang akan mengadakan arisan sore hari nanti jadilah Salwa membantunya sebentar sebelum berangkat kuliah.
Jam sudah menunjukan pukul 13.05. Salwa gelisah bis pun tak ada satupun yang lewat. Kelasnya sebentar lagi akan mulai. Salwa takut terlambat apalagi yang mengajar nanti dosennya dikenal cukup tegas dan killer.
TIN TIN
Salwa mengernyit bingung. Siapa pemilik mobil yang berhenti di halte siang hari seperti ini.
Pengemudi mobil itu menurunkan kaca mobilnya. Mencodongkan tubuhhnya untuk melihat Salwa. "Mau ke kampus ya? Ayok bareng." Ajaknya
Salwa melihat wajah sang pengemudi. Seperti tidak asing. "Kakak ngajak saya?." Tanya Salwa kebingungan.
Pengemudi tersenyum. "Iya. Siapa lagi yang disini cuma ada kamu."
Salwa menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Memang benar yang ada hanya dirinya seorang. Memang siapa yang mau menunggu bis ditengah teriknya matahari.
"Ayok mumpung gratis nih." Ucap pengemudi terkekeh pelan.
Salwa tampak ragu. Dia tidak mungkin hanya berdua saja dengannya tapi kalau tidak diterima dia bisa terlambat masuk kelas. Kurang dari 20 menit lagi kelas akan dimulai. Jika menunggu bis datang mustahil jika tidak terlambat. Belum lagi jika bisnya ngetem. Salwa tidak punya pilihan lain. "Boleh deh."
Sang pengemudi tersenyum. Salwa membuka pintu mobil dan duduk di kursi samping pengemudi.
"Nama kamu Salwa bukan?." Tanyanya setelah menjalankan mobilnya menuju kampus.
"Kok kakak tau?."
"Iya sering lihat di kampus. Kamu gak kenal saya?."
Salwa melihatnya sebentar. Berpikir siapa pengemudi di sebelahnya ini. Matanya membelak, satu nama terlintas di pikirannya. "Presma Kampus?."
Laki-laki itu tersenyum kemudian menatap wajah Salwa sebentar. "Ternyata kamu kenal ya. Saya kira saya tidak seterkenal itu." Ucapnya terkekeh. "Kenalin nama saya Bayu." Mengulurkan tangannya ke arah Salwa. Mengajak bersalaman.
Salwa melihatnya ke arah tangan Bayu kemudian meletakkan kedua tangannya di depan dadanya bermaksud untuk tidak bersentuhan.
Bayu yang tidak mendapat respon apapun menatap sebelahnya. Laki-laki itu mengerti kemudian menurunkan tangannya. "Ah maaf ya saya tidak bermaksud."
"Gpp kak."
"Kamu jurusan apa?."
"Matematika kak."
"Boleh minta nomer kamu?." Tanya Bayu sembari melirik Salwa.
Salwa yang sedang melihat jalanan menoleh. "Buat apa kak?."
"Saya mau ada acara kampus dan melibatkan semua fakultas. Barangkali saya membutuhkan bantuan kamu untuk acara itu." Jawab Bayu. Bayu tidak berbohong soal acara itu tapi dia hanya berbohong tentang meminta bantuan. Bayu kenal semua Ketua BEM di setiap fakultas jadi dia bisa meminta tolong kepada mereka. Ini hanya alibinya saja untuk bisa mendapat nomor Salwa. Bayu tertarik dengan cewek seperti Salwa. Unik dan menarik.
Salwa tampak berpikir sebentar kemudian menganggukan kepalanya. "Boleh kak."
Bayu mengambil ponselnya yang berada di dashbord mobil kemudia menyerahkan kepada Salwa. "Ketik aja nomor kamu."
Salwa mengambil ponsel tersebut kemudian mengetik nomornya. Setelah selesai dia mengembalikan ponsel tersebut kepada pemiliknya.
Mobil Bayu sudah sampai di halaman kampus. Dia parkir di dekat fakultas Salwa."Makasih ya kak. Maaf merepotkan." Ucapnya setelah keluar dari mobil yang disusul dengan keluarnya Bayu.
Saat Bayu keluar dari mobil semua mata tertuju padanya. Mereka warga kampus terutama para ciwi-ciwi bertanya tanya. Siapa perempuan yang berangkat bersama Presma kampus?. Sedangkan Presma itu dikenal sebagai pribadi yang tidak friendly jika bersama orang asing. Apalagi ini perempuan. Sungguh langka.
"Iya sama-sama."
Salwa melihat jam yang ada di ponselnya. Kurang tujuh menit lagi kelasnya akan dimulai. Dia berpamitan kepada Bayu. "Saya duluan ya kak. Kelasnya mau dimulai."
Bayu manggut-manggut kemudian tersenyum ke arah Salwa.
Senyuman Bayu membuat banyak para ciwi-ciwi disana menjerit. Ini beneran Presma? Aduh senyumnya manis banget. Apalagi ada lesung di pipinya.
***
Salwa sungguh kesal sekarang. Sudah tadi dia menebeng dengan Bayu ternyata dosennya tidak berangkat karena sedang ada urusan di luar kota. Tau gitu tadi dia tidak usah berangkat sekalian. Apalagi ini dosennya juga ngasih tugas tidak kira kira. Seluruh temannya disuruh mengerjakan soal yang banyaknya minta ampun. Bukan Salwa malas mengerjakan tapi mata kuliah yang satu ini memang sangat susah.
Salwa menidurkan kepalanya di atas meja. Berharap ada keajaiban yang bisa membantunya mengerjakan semua soal.
Anisa yang duduk disampingnya merasa heran. Tidak biasanya Salwa lemas apalagi lesu seperti ini. Biasanya perempuan yang terkenal kalem itu sangat ceria.
"Kamu gak lagi sakit kan Sal?."
Salwa mengangkat wajahnya. Matanya yang sayu menatap ke arah Anisa. "Enggak Cuma lagi bete aja."
Vinka salah satu teman dekat Salwa juga di kelas menimpali obrolan mereka berdua. "Tadi aku lihat kamu diantar sama Presma. Emang bener?."
Salwa tidak bisa menyangkal kebenaran itu. "Iya. Kepaksa tadi gak ada bis." Balas Salwa.
Vinka mengangguk kepalanya. Mengerti. "Tapi gara-gara kamu diantar si Presma kamu jadi bahan ghibahan ciwi-ciwi yang ngefans dia."
Salwa menghela napas kasar. Bangkit berdiri kemudian membereskan alat-alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas. "Biarin aja."
Anisa yang melihat Salwa membereskan alat tulisnya mengernyit bingung. "Mau kemana?." Tanyanya yang juga membereskan alat tulisnya mengikuti Salwa.
"Mau ke kantin. Perutku butuh asupan setelah ngerjain soal tadi."
Vinka tersenyum sumringgah menatap Salwa. "Boleh dong jawabannya Kakak Salwa."
"Belum selesai ntar kalau udah ya." Balasnya menyampirkan tasnya di bahunya.
"Emang udah berapa?." Tanya Anisa.
"Baru 3." Ucap Salwa dengan polos.
Vinka yang mendengarnya gemas ingin menabok Salwa. Kepolosannya itu loh bikin gemas sendiri. Mau ditabok tapi Salwa sudah sangat baik kepadanya. Apalagi Salwa sering menyoteki tugas.
Anisa berdecak. "Ye kirain udah banyak." Masalahnya soal yang ditugaskan itu ada 50 soal dan Salwa hanya mengerjakan tiga soal.
Vinka merangkulkan tangannya di pundak Salwa. "Udah gpp si Salwa kan pintar jadi gampang lah. Tugasnya juga masih dikumpulin minggu depan."
Salwa menurunkan lengkan Vinka yang berada di pundaknya. "Ayok ke kantik. Aku udah gak tahan."
"Let's go babe. Bakso Mang Ujang I'm coming." Ucap Vinka. Maklum Vinka ini penggemar berat bakso Mang Ujang. Kata Vinka baksonya itu nikmat tiada tara.
Mereka bertiga melangkahkan kakinya menuju kantin dekat fakultas mereka. Memesan bakso Mang Ujang atas usulan dari Vinka. Vinka berjalan ke stand penjual bakso tersebut meninggalkan Salwa dan Anisa yang bertugas mencari meja.
Setelah Vinka datang dengan membawa pesanan mereka, Salwa kemudian meracik baksonya sendiri dan memakannya. Dia bersyukur para ciwi-ciwi yang ngefans dengan Bayu tadi tidak melabraknya hanya karena dia berangkat dengan Bayu. Mungkin mereka tahu bahwa Salwa tidak sengaja berangkat dengan sang Presma.
KAMU SEDANG MEMBACA
2SAL : Jodoh Untuk Salwa
Ficción GeneralSalma dan Salwa adalah kembar yang identik tetapi tidak sama. Mereka mempunyai sifat yang berbeda. Salwa suka berhijab salma enggak suka karena panas. Salwa selalu menjaga pandangan salma suka berpacaran. Ini kisah Salma dan Salwa sang kembar yang s...