4. Dekat

91 21 0
                                    

"Rion, kenapa kau terus mengikutiku?" Ucap Lea yang merasa risih.

"Pede sekali. Kita kan satu kelas. Dasar bodoh!" Rion tertawa dan akhirnya berjalan mendahului Lea menuju kelas.

"Bodoh katanya? Apa dia tidak sadar? Huff!" Gumam Lea kesal.

Lagi-lagi Rina melihat kedekatan mereka dari kejauhan.

"Apa apaan ini? Kelihatannya ada hal yang menyenangkan. Beritahu Aku!" Tanya Leo penasaran melihat Rion yang begitu sumringah memasuki kelas disusul Lea dengan wajah datarnya.

"Hai Lea!" Sapa Jimin yang sedang mampir di kelas Rion dan Leo.

"Eih, Jimin. Jangan menggoda Lea!" Kata Leo yang tak sadar bahwa dirinya lah yang sering menggoda Lea.

"Apasih! Aku hanya menyapa Lea. Oh ya Lea, bagaimana koreografi pekan lalu? Kau sudah menghafalnya?" Tanya Jimin sok akrab.

"Iya, sudah." Jawab Lea singkat.

"Ya! Berhenti mengganggu Lea. Maaf ya Lea, Aku akan mengusir Jimin dari sini. Sudah sana kembali ke kelasmu!" Canda Leo.

Disisi lain, orang-orang di kelas kembali membicarakan Lea yang mulai dekat dengan tiga lelaki tersebut. Lelaki yang begitu populer di sekolah ini.

"Apa Jimin kemari hanya untuk bertemu dengan gadis itu?"

"Kau tahu? Aku tadi melihat Rion tertawa padanya."

"Leo juga menggodanya."

Para siswi tentu saja kesal melihat kedekatan Lea pada 3 sekawan itu. Padahal Lea selama ini tak begitu mempedulikan siapapun di sekitarnya, namun membuat Rion, Leon dan Jimin mendekatinya.

---

"Ayo naik!" Ajak Rion saat Lea berjalan melewati motornya.

"Aku bisa pergi sendiri." Bisik Lea.

"Ayo! Aku bilang naik!" Rion meraih tangan Lea dan memaksanya untuk ikut.

"Iya iya." Lagi-lagi Rion berhasil membuat Lea ikut dengannya.

Tentu saja pemandangan antara Rion dan Lea membuat semua mata tertuju padanya ini dan semakin banyak orang pula yang membicarakannya.

Hal ini juga sengaja dilakukan Rion, dengan maksud mendeklarasikan bahwa Lea adalah seseorang yang berharga baginya, jangan coba-coba untuk mengganggu Lea apalagi menggodanya.

"Apa Aku tidak salah liat? Rion pulang dengan anak cupu itu?"

"Tidak! Aku tidak bisa menerimanya."

"Apa dia berhasil meluluhkan hati Rion? Aku tidak rela!"

Tak lama Lea dan Rion pun tiba di kediaman Jeon.

"Mukamu, kenapa cemberut begitu?" Tanya Rion sambil turun dari motor.

"Hmm."

"Kenapa? Kau khawatir orang-orang membicarakanmu? Tenang saja. Ada Aku. Ayo masuk!" Rion menenangkan hati Lea.

"Rion? Tidak bisakah kita belajar di ruang terbuka? Aku tidak nyaman di kamarmu." Kata Lea.

"Santai. Kita belajar disini saja."

Lagi-lagi Lea menurut. Ia benar-benar tak bisa mengelak ucapan Rion.

Lea pun mengeluarkan bukunya.

"Kita mulai belajar dari sini, Aku akan menandai materi yang kemungkinan akan keluar di soal ujian tengah semester nanti."

Lea mulai fokus, ia tampak antusias bergelut dengan buku matematika dan menandai satu persatu materi-materi yang sudah dipelajari di sekolah.

"Rion?"

Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang