5. Cemburu?

96 19 0
                                    

Hampir setiap hari, Rina mendapati Lea dan Rion pulang bersama. Hal itu membuat Rina hilang kesabaran, ia terbakar api cemburu melihat kedekatan mereka berdua. Seseorang yang baru saja muncul lalu mengambil Rion darinya begitu mudah. Iya, Rina selalu menganggap bahwa Rion miliknya.

"Rion, Aku ingin menanyakan sesuatu padamu." Cegat Rina.

"Apa Rin?"

"Aku perhatikan, kau begitu dekat dengan Lea. Apa kalian memiliki hubungan spesial?" Tanya Rina gugup, ia tidak ingin Rion sampai menjawab iya.

"Kau ini lucu sekali, tidak lah. Sudah ya Rin." Jawab Rion dan segera masuk ke kelas, membuat Rina tidak puas dengan jawaban Rion. Tidak katanya? Tapi mengapa kalian begitu dekat sampai harus pulang sekolah berdua?

"Rina kenapa Yon?" Tanya Leo penasaran.

"Biasalah."

"Rion kemari! Eh kau ada hubungan apa dengan Lea? Jangan merahasiakannya dariku!"

"Ah kau sama Rina sama saja."

"Awas saja, Lea itu milikku." Bisik Leo.

"Tentu tidak akan kubiarkan." Jawab Rion menarik kerah baju Leo lalu berjalan menuju tempat duduknya.

"Begitu rupanya." Leon tersenyum miring.

---

"Beberapa hari ini kau cemberut terus, kenapa? Apa karena Rion?" Tanya Jimin pada Rina. Mereka berdua sekelas.

"Bukan urusanmu." Kata Rina.

"Aigo, Rina kau seperti menganggapku orang lain saja. Aku ini teman dekat Rion, kau bisa menceritakannya padaku dan akan kubantu." Kata Jimin.

Tentu saja Jimin yang sudah lama menyukai Rina tak berniat untuk membantu Rina dekat dengan Rion, justru sebaliknya ia ingin agar Rina semakin menjauh dari Rion.

Sepulang sekolah lagi-lagi Rina mendapati Rion pulang bersama dengan Lea. Sementara Jimin tersenyum miring melihatnya.

"Karena itu kan?" Jimin menghampiri Rina.

"Jimin, please! Jangan ikut campur!" Rina mulai kesal.

"Baiklah, tapi kalau kau butuh sesuatu, bilang saja padaku. Bye Rin!"

Pikiran Rina kacau, ia benar-benar membenci Lea.

***

Lea mulai nyaman mengajar di kediaman Rion. Ia bahkan mulai mempercayai dan banyak bicara pada Rion.
Sementara Rion juga mulai menuruti apa yang Lea perintahkan dalam hal belajar mengajar ini.

"Sudah lumayan. Benar kan yang kubilang, belajar tidak akan menghianati hasil." Ucap Lea sambil memeriksa jawaban dari soal-soal latihan yang diberikan Lea.

"Tapi tetap saja membosankan."

"Oh ya Rion. Apa kau punya keahlian khusus? Atau hobi yang kau senangi?" Tanya Lea.

"Menggodamu mungkin?"

"Aku serius Rion." Lea menghela nafas. Untung saja ia mulai sabar menghadapi lelaki satu ini.

"Aku suka menggambar, mau lihat?"

"Gambar? Kau serius? Boleh." Lea antusias.

Rion pun mencari buku sketsa yang biasa ia gunakan untuk menuangkan ide-ide atau imajinasinya.

Rion pun mencari buku sketsa yang biasa ia gunakan untuk menuangkan ide-ide atau imajinasinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lea pun takjub melihat karya-karya yang Rion buat.

"Ini serius kau yang buat?" Tanya Lea tak percaya.

"Sial. Kau meledekku? Begini-begini Aku juga punya kemampuan."

"TiBagus. Kau benar-benar berbakat. Lalu kenapa kau tidak ikut ekskul melukis saja di sekolah? Kenapa harus tari?"

"Aku tidak cocok dengan anggotanya." Jawab Rion simpel.

"Ah begitu rupanya. Ini benar-benar cantik Rion." Kata Lea sambil memberikan dua jempol memuji Rion.

Kau tahu? Rion tersenyum mendengarnya.
Ia benar-benar senang dengan pujian Lea.
Selama ini anggota keluarganya tak ada yang mendukung kemampuan Rion. Mereka menganggap hal itu tidak berharga. Sementara sahabatnya Leo dan Jimin pun juga tak antusias dengan Rion yang menunjukkan gambarnya tersebut.

"Kau sendiri?" Tanya Rion.

"Aku? Aku cukup hebat dalam berbagai hal." Jawab Lea dengan bangga dan pede.

"Aigo, Aku ingin muntah mendengar kepedean mu."

"Ya!"

"Iya-iya, coba sebutkan!"

"Aku pandai dalam akademik, Aku suka menulis, menari, memotret, menyanyi."

"Itu kan kesukaanmu. Memangnya bagus di mata orang lain? Coba perlihatkan!" Pinta Rion.

"Kau kan sudah melihatku menari, kau juga sering melihatku mendapat nilai harian yang bagus, menyanyi? Nanti saja ya? Suaraku terlalu bagus untuk kau dengarkan." Lea tertawa menjelaskannya.

Entah sejak kapan Lea menjadi sangat cerewet pada Rion.

"Uekk." Ledek Rion.

"Ini, hasil hunting foto yang kulakukan di Kanada. Bagaimana menurutmu?" Tanya Lea memperlihatkan hasil fotonya di ponsel. Rion pun mendekat penasaran dengan hasil foto Lea yang katanya bagus.

"Jelek." Komentar Rion sambil menatap Lea. Lea berbalik dan membelalakkan matanya pada Rion.

"Kamu jelek maksudku. Fotonya bagus kok." Kata Rion tertawa.

"Rion!!!!"

Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang