5. Danilla Arsinta

270 230 79
                                    

"Sebaik apapun caramu berpamitan, perpisahan tetaplah menyakitkan."

****

Hari ini Acha, teman dekat Danilla satu-satunya di kampus tidak berangkat  karena pulang kampung dan harus menemani mamanya yang sedang di rawat di rumah sakit. Danilla sendiri yang tidak terlalu akrab dengan teman sekelasnya yang lain, namun bukan berarti dia tidak bisa bergaul dengan yang teman lain.

"Dan, makan bareng yuk." Ajak Rifa, teman satu kelasnya.

"Makasih, gak dulu ya. Mau langsung pulang aku." Tolak Danilla.

"Oh ya udah. Gue kesana dulu ya." Tunjuk Rifa ke arah teman sekelasnya yang lain.

Kebetulan kelasnya hari ini selesai saat jam makan siang. Dan seperti biasanya, teman-temannya akan makan siang bersama sambil berbagi cerita, keluh kelas mereka terhadap para dosen.

Ponsel yang dipegang Danilla bergetar, ada pesan masuk dari Arfan mengajak makan siang bersama dengannya. Tapi tidak dibalasnya. Seharusnya hal tersebut cukup untuk menolak ajakan Arfan. Dimasukkannya ponsel di dalam tasnya.

Dua tahun bersama satu kelas, karena di kampusnya sudah dipaketkan kelasnya sehingga tidak bisa memilih kelas sendiri sesuai keinginan dan tidak bisa berebut kelas di tengah malam demi mendapatkan jam kuliah dan dosen yang diinginkan seperti kampus lainnya, membuat Danilla dan yang lain cukup akrab.

Meski begitu, Danilla tetap Danilla yang tidak bisa terlalu akrab dengan yang teman lainnya. Butuh kenyamanan untuk bisa akrab tanpa ada rasa sungkan.

Mood Danilla yang sejak pagi jelek, membuatnya enggan berkomunikasi dengan orang-orang, hal tersebut membuatnya menolak ajakan Rifa karena ingin segera pulang ke rumah merebahkan diri. Ditambah tugas dari dosen yang banyak, Danilla ingin segera pulang ke rumah.

Deadline tugas yang masih satu minggu lagi, namun Danilla ingin segera menyelesaikannya agar jadwal rebahan ditemani drama mandarin kesukaannya tidak akan terganggu.

Danilla sendiri bukan orang yang rajin ataupun ambis yang setiap ada tugas dikerjakan saat itu juga. Danilla hanya tidak mau kegiatan bersantainya terganggu. Dan menurutnya pekerjaan yang dikerjakan secara mendadak dan tergesa-gesa tidak akan maksimal hasilnya. Setidaknya itulah motivasi Danilla untuk cepat-cepat menyelesaikan segala tugasnya.

Danilla yang sudah berencana segera pulang ke rumah untuk merebahman diri, namun karena lupa membawa sarung tangan tadi pagi karena buru-buru berangkat sehingga lupa. Padahal matahari sedang terik-teriknya, dan perjalanan ke rumah yang membutuhkan waktu lebih dri setengah jam pasti akan membuat tangannya gosong.

Danilla memutuskan untuk ke perpustakaan saja, mencoba mengurangi beban tugas yang diberikan dosen sembari meneduh di ruang ber-AC. Meski deadline masih terbilang lama, ia harus segera menyelesaikannya.

_____

Danilla menenteng empat buku yang akan dijadikannya referensi untuk tugasnya ke lantai tiga. Diedarkan pandangannya mencari meja kosong untuk mengerjakan tugas.

"Kenapa penuh semua coba?" Keluh dengan suara pelan.

"Depanku kosong nih." Jawab cowok yang ada di sebelah tempat ia berdiri.

"Eh."

Danilla terkejut, pasalnya ia sudah berbicara dengan suara yang teramat pelan tetapi ternyata masih ada saja orang yang bisa mendengarnya.

Dengan senyum sedikit dipaksakan Danilla mengucapkan terima kasih dan duduk di depan cowok tadi.

"Kamu temannya Arfan ya?" Tanya cowok tersebut.

Melawan ArusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang