11. Danilla Arsinta

78 38 33
                                    

"Hanya dirimu yang pernah tenangkan ku dalam pelukmu, saat ku menangis"

Element - Rahasia Hati


*****

Sinar mentari berada di atas kepala, sedang terik-teriknya, bayangan tubuh seseorang gadis hampir saja tidak terlihat di siang yang begitu cerah ini. Namun, hal tersebut tidak membuat seorang gadis, berhenti mendorong motornya yang sedang terkena musibah ban bocor.

Danilla beberapa kali mengusap peluh di keningnya, beruntung ia memakai kaca mata hitam sehingga panasnya mentari tidak terlalu menyakiti matanya.

Sudah sepuluh menit sejak ban motornya bocor terkena ranjau paku, ia belum juga menemukan bengkel yang buka. Jika memang ada tukang tambal yang culas, seharusnya ia sudah menemukan jasa tambal ban. Namun, sejauh mata memandang ia tak kunjung menemukannya.

Menyebalkan memang, jauh-jauh berangkat dari rumah untuk mencari ilmu, belum sampai di kampus justru harus terkena sial begini. Jam setengah sebelas seharusnya ia ada kelas, dan kebetulan hari ini cuma ada satu kelas. Tetapi hampir jam 11 dirinya belum juga sampai di kelas.

Adrian, satu-satunya orang yang patut disalahkan akan kejadian hari ini yang menimpa dirinya. Karena sejak tadi pagi, sampai hampir ia berangkat kampus motornya masih ia pinjam untuk berjalan-jalan dengan pacarnya. Ditelepon berkali-kali pun tidak kunjung diangkatnya.

Jam 09.45 Adrian pulang ke rumah, dan yang lebih membuatnya kesal adalah bensin motornya hanya tersisa satu garis, itupun sudah kedip-kedip akan habis. Mungkin kesialan sedang berkumpul di hari ini.

"Kenapa, Dan?" Tanya seorang cowok di sebelahnya yang melajukan motornya dengan pelan, menyamai langkah kakinya.

Danilla terkejut dengan seseorang yang tiba-tiba berada di sebelahnya ini dan menanyainya, sedangkan ia tidak mengenalnya karena memakai helm full face.

"Aku Sandi" terangnya yang melihat kebingunan di wajah Danilla. Danilla ber oh ria.

"Ini bocor bannya. Kayaknya kena paku deh. Tambal ban masih jauh gak, ya?" Tanya Danilla.

"Udah deket. Itu yang warna hijau tempatnya," tunjuk Sandi ke depan, dan memang tidak jauh dari tempatnya sudah terlihat tempat tambal bannya.

"Tak bantu dorong ya, kasian banget lihatnya aku." Tawar Sandi yang diangguki oleh Danilla. Karena sejujurnya Danilla sendiri sudah kecapekan akibat mendorong sedari tadi.

Sandi lantas menepikan motornya, dan mengambil alih motor Danilla. Sedangkan Danilla melepas helmnya karena kepalanya terasa panas, dan mengikuti Sandi yang mendorong motornya dari belakang.

"Ada kelas jam berapa, Dan?" Tanya Sandi membuka obrolan.

"Jam setengah sebelas harusnya. Tapi udah gak mungkin masuk kelas kalau gini."

"Oh gitu. Di kantin aja ntar, sekalian nunggu kelas berikutnya."

"Aku satu kelas doang hari ini."

"Sia-sia dong kalau gini. Kamu dilaju kan ke kampusnya?"
(Dilaju artinya pp, pulang-pergi ke rumah)

"Iya. Makanya sebel banget ini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melawan ArusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang