3. Danilla Arsinta

329 290 131
                                    

"Meski rasamu hanya ilusi semata, namun cintaku padamu benar adanya."

****

Danilla merasa sangat sial hari ini, karena lagi-lagi ia ketiduran di kelas orang lain. Kali ini dirinya tidur bukan karena keasyikan menonton drama, melaikan tugas dari dosen yang begitu banyanya ditambah dirinya yang lebih memilih untuk menunda mengerjakan tugas dan lebih asyik membaca komik online yang sekarang tengah digandrungi para remaja.

Kebetulan juga Acha, teman satu-satunya yang dekat dengannya tidak satu kelas di mata kuliah kali ini karena kuota kelas sudah penuh karena berebut di awal semester kemarin. Entah untung atau sial kelas berikutnya itu kosong karena dosennya ada urusan, jadi dia tidak perlu ikut lagi kelas orang yang asing orangnya. Namun, hal itu juga malah menyebabkan ia harus berurusan dengan cowok yang entah ia lupa namanya duduk di sebelahnya kemaren.

Danilla yang memang orang yang tidak terbiasa ngobrol dengan orang baru dikenalnya akan merasa canggung dan tidak nyaman, apalagi yang arah pembicaraannya tidak nyambung dengannya pasti akan dijawabnya dengan jawaban yang singkat. Demikian juga dengan Arfan, kali ini ia benar-benar jengkel kepada Arfan yang mengajaknya duduk bersama untuk mengobrolkan, entah apa ia tidak tahu.

“Kok lo diam aja sih, Dan. Gak asyik banget dah.” Sindir Arfan.

Seperti apa yang ada di kepalanya, Arfan ini sangat menjengkelkan untuk ukuran orang yang beru saling mengenal. Bagaimana bisa orang yang baru kenal sudah menyindir seperti itu.

Danilla meninggalkan Arfan dengan perasaan berkecamuk, sungguh tidak nyaman berada di sekitar Arfan. Tidak tinggal diam, Arfan mengejar Danilla yang sudah jauh di depan.

“Lo mau minum apa?” tanya Arfan ketika sudah sampai di taman fakultas hukum, disana terkenal dengan tempatnya yang asri karena banyaknya pohon tua yang membuatnya terlindungi dari sinar matahari yang menyengat.

Danilla melirik Arfan yang masih berdiri, sedangkan dirinya sudah duduk di salah satu kursi.

“Gue yang beliin, santai aja. Gausah diganti.” Tambah Arfan melihat Danilla yang tidak meresponnya.

“Air mineral aja, tolong.”

“Oke. Kirain lo masih ngambek.” Sindir Arfan. Danilla hanya berdeham.

Danilla cukup kesal dengan Arfan, baru kenal tetapi sudah berkali-kali menyindirnya di hari yang sama. Arfan menuju kantin fakultas yang letaknya tidak jauh dari tempat berada kini. Danilla merasa bersyukur Arfan tidak mengajaknya ke kantin fakultas, karena di jam seperti sekarang waktunya makan siang sehingga kantin cukup ramai orang. Danilla sendiri kurang nyaman jika berada di sekitar banyak orang yang tidak dikenalnya.

Dari: Acha
Gue liat lo di taman hukum, Dan.

Pesan yang dikirim Acha membuat Danilla terkejut, melihat kanan dan kiri mencari keberadaan Acha yang mengetahui keberadaannya sekarang. Belum sadar akan rasa terkejutnya, Arfan datang ke arahnya membawa menimuman bersoda di tangan kirinya yang tutup botolnya sudah terbuka dan di tangan kanannya ada air mineral yang tadi dimintanya.

“Nyari apa?” tanya Arfan.

“Enggak.”

“Nih.” Arfan memberikan minuman di tangan kanannya dan duduk di sebelahnya.

“Terima kasih.” Ucap Danilla pelan.

Arfan mengubah duduknya yang semula di sebelahnya menghadap ke depan menjadi menyerong ke arahnya. Danilla sendiri segera menggeser tubuhnya sedikit menjauhi Arfan.

Melawan ArusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang