5. Luka

1.9K 286 18
                                    


Sejak kehadiran Nastiti di rumah besar itu, Lestari tak lagi merasa kesepian. Ia merawat Nastiti bersama Mbak Jum, pembantunya, layaknya ia merawat Anya dulu, hanya wanita ringkih yang kini menjadi istri anaknya itu lebih sering mual dan herannya lagi jika ia melewati kamar Nayaka yang sekarang ditempati Nayaka dan Nastiti, Lestari sering mendengar aktivitas panas di kamar itu jika Nayaka ada di rumah.

Lestari tak mengerti apa yang membuat Nayaka akhirnya bisa jatuh cinta pada wanita cantik, kecil dan mungil itu karena badannya yang sangat ringkih. Apa sisi menariknya pikir Lestari. Hingga akhirnya Lestari terpaksa menegur Nayaka, karena tiap selesai aktivitas panas mereka keesokan harinya Nastiti terlihat sangat lemas dan lemah.

"Kau kurangilah aktivitas malammu dengan Nastiti, kasihan dia, pagi hari selalu saja dia lemas," ujar Lestari, Nayaka menatap ibunya yang baru saja menyuguhkan satu mug besar cokelat panas, mereka hanya berdua di ruang makan pagi itu.

"Entahlah Bu, aku hanya melihat wajah Lyora di wajah Nastiti, aku ingin melihat dia sebagai Nastiti seutuhnya, tapi matanya adalah mata Lyora, wajah memohonnya adalah wajah Lyora," sahut Nayaka. Lestari kaget mendengar perkataan putranya.

"Jadi maksudmu?"

"Aku sedang mencoba mencintainya sebagai Nastiti, karena tiap kali aku melakukan itu dengannya, aku seolah melakukan bersama Lyora, kami memang tak pernah melakukan apapun dulu saat berpacaran karena aku ingin menjaga keutuhannya hingga saatnya tiba, tapi sejak kekacauan itu, aku tak bisa menikmati kebersamaan yang aku idamkan sejak dulu, maka saat aku melihat Nastiti, matanya, kepasrahannya mengingatkan aku pada Lyora, sejak awal kami melakukannya selalu saja yang aku dengar desah dan rintihan Lyora, dan aku selalu ingin melakukannya lagi dan lagi, aku ingin mendengar runtuh Lyora lewat mulut Nastiti."

Lestari hanya menggeleng pelan, salah jika Nayaka masih membayangkan wanita lain saat ia sudah menikah. Di balik sketsel anyaman rotan yang memisahkan ruang makan dengan ruang keluarga sosok Nastiti menangis menutup mulutnya. Kini terjawab sudah siapa Lyora, nama yang selalu disebut suaminya saat mereka melakukan hubungan intim, sejak awal mereka melakukan itu di apartemen Nayaka ia sudah mendengar Nayaka menyebut nama itu. Kini Nastiti tahu jawabannya, Lyora adalah seorang wanita yang sulit dilupakan oleh suaminya, wanita yang mempunyai arti khusus hingga saat intim pun yang ada dalam bayangan suaminya adalah wanita spesial itu, Nastiti harus sadar diri, ia telah diangkat dalam kehidupan yang lebih mapan, ia harus bisa menerima keadaan seburuk apapun termasuk tidak dicintai oleh suaminya.

Malam itu seperti biasanya. Nayaka memeluk Nastiti saat tidur. Selalu merasakan kenyamanan dan kehangatan saat tidur sambil memeluk istrinya dari belakang. Mengelus perut istrinya yang mulai membuncit. Saat tangan Nayaka mulai meremas dadanya dan memainkan ujungnya Nastiti memegang tangan Nayaka.

"Kenapa?" Bisik Nayaka di telinga Nastiti.

"Mas jangan marah, boleh aku tanya siapa Lyora?"

Pertanyaan Nastiti membuat Nayaka membalik istrinya. Ia elus pipi Nastiti yang mulai berisi.

"Kamu tahu dari mana nama itu?"

"Dari Mas."

Jawaban Nastiti membuat kening Nayaka berkerut.

"Kapan? Seingatku, aku tak pernah menceritakan siapa dia."

"Saat berdua, saat intim kita sejak pertama, Mas selalu menyebut dan meneriakkan namanya."

Nayaka tertegun, ia baru tahu jika ia tanpa sadar menyebut nama Lyora. Tapi Nayaka tak peduli, ia buka kancing baju Nastiti dan melihat dada istrinya yang semakin berisi.

Desah Nastiti lepas dari bibirnya saat dengan kasar Nayaka menghisapnya bergantian. Dan lenguhan keduanya semakin keras saat Nayaka menyatukan dirinya dengan Nastiti. Menghentak kasar sambil menciumi kaki istrinya yang ia letakkan di bahunya. Ia pandangi wajah Nastiti yang terlihat bagai Lyora, Nayaka tersenyum. Membalik badan Nastiti dan menghentaknya dari belakang. Meremas dada indah yang menggantung sempurna.

"Lyyyy ... Lyyyyy aarrrghhhh ..."

Kembali dada Nastiti perih tak terkira, sakit namun tak berdarah. Ia menangis tanpa bersuara, sejujurnya ia ingin dicintai sebagai Nastiti bukan yang lain. Tapi sekali lagi biarlah luka ia rasakan sendiri, hidup layak dan nyaman telah ia dapatkan dari keluarga Nayaka, ia harus tahu diri.

.
.
.

Nastiti menatap suaminya yang tertidur lelap, setelah selesai sesi malam panjang yang mendebarkan dan melelahkan ia sebenarnya merasa sangat lemas, bahkan saat ini ia meringkuk pasrah dalam pelukan Nayaka, mereka berdua bahkan masih belum menggunakan apapun dibalik selimut tebal.

Kembali Nastiti harus menelan kekecewaan saat suaminya mendesahkan nama wanita lain di sesi intim mereka dan saat menyebut nama wanita lain itu mata Nayaka menatapnya dengan tatapan berbeda, kadang lembut, namun ada kalanya ia seperti menahan amarah. Dan biasanya saat tatapannya menakutkan maka Nayaka akan sangat kasar dan brutal memperlakukan tubuhnya. Ia bersyukur kandungannya baik-baik saja.

Namun sekali lagi Nastiti menyadarkan dirinya sendiri agar tetap bersyukur ada Nayaka yang merawatnya dan menikahinya karena ia sudah tak punya siapa-siapa lagi, meski kadang ia ragu apakah suatu saat suaminya akan melihatnya sebagai Nastiti atau tetap sebagai wanita yang sering ia sebut saat mereka berhubungan intim, entah sampai kapan luka karena tak dianggap ini akan berlalu. Nastiti hanya bisa menghela napas berulang, berusaha mengendalikan diri dan menyadarkan diri siapa dirinya.

"Kau bangun Sayang? Tidurlah."

Nayaka mengusap lembut punggung telanjang Nastiti, lalu tangannya turun dan mulai meremas pelan bokong Nastiti yang mulai berisi sejak ia hamil. Mata Nayaka terpejam merasakan miliknya yang kembali meronta.

"Lyo ... Lyoraaaa ...."

"Aku Nastiti Mas, buka matamu, aku Nastiti bukan Lyora."

Mata Nayaka terbuka, lalu tangannya mengusap lembut pipi Nastiti.

"Tidak, kau Lyora, tatapanmu adalah tatapan Lyora, diamlah, aku akan memuaskanmu sekali lagi Lyora, kita bersama, akhirnya bersama mendaki kenikmatan lagi malam ini dan malam-malam panjang yang lain."

Nastiti memejamkan mata merasakan tubuhnya diterkam Nayaka berkali-kali. Air mata deras mengalir tapi Nayaka tak peduli ia hanya ingin sampai bersama Lyoranya, Lyora yang selalu ada dalam angannya.

🥀🥀🥀

3 Februari 2021 (08.20)

Senandung Luka (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang