Berburu Harta Karun 3

42 2 0
                                    

Hmmm aroma yang khas? - Lucy

Ace dan Lucy langsung bangkit dari tempat tidur mereka dengan jantung berdebar kencang. Mereka saling menatap, mencari kepastian di wajah satu sama lain.

"Kita harus ke sana," ucap Ace dengan nada serius, matanya tajam memperhatikan pintu kamar.

"Iya, tapi hati-hati," Lucy meraih tangannya, takut akan apa yang mungkin mereka temui di luar sana.

Tanpa buang waktu, Ace membuka pintu kamar mereka dan melihat dayang Choi berdiri dengan wajah pucat, napasnya tersengal-sengal.

"Di mana penyusupnya?" tanya Ace tegas, sementara Lucy berdiri di sampingnya, berusaha tetap tenang.

"Di sayap barat, Tuan. Kami mendengar suara-suara aneh, lalu melihat bayangan bergerak cepat. Tapi begitu kami mendekat, dia menghilang. Suara tembakan itu... kami tidak tahu dari mana asalnya," jawab Choi terbata-bata.

Ace segera mengambil langkah cepat menuju sayap barat, diikuti oleh Lucy dan beberapa pengawal yang sudah bersiaga di depan pintu. Saat mereka mendekati ruangan tersebut, aroma yang sangat dikenali Lucy menyeruak di udara—lavender, sama seperti yang digunakan untuk menutupi bau tak sedap di cerita masa lalu tentang kematian saudara kembar kakeknya. Hidung Lucy terasa perih seakan bau itu menjadi semakin pekat.

"Kenapa baunya seperti ini?" Lucy bertanya, mencoba menahan rasa takut yang mulai merayap.

Ace terdiam sejenak. "Ini aneh... kita harus tetap waspada."

Mereka masuk ke dalam ruangan besar di sayap barat itu. Ruangan tersebut biasanya digunakan untuk pertemuan kerajaan, namun malam ini terasa asing, gelap, dan penuh bayangan yang mengintai di setiap sudutnya. Tiba-tiba, pintu di belakang mereka tertutup rapat dengan suara keras.

"DORRRR!" Suara dentuman kedua terdengar begitu dekat, menggemakan ruang kosong di sekitar mereka.

Ace dan Lucy segera berbalik. "Siapa di sana?!" teriak Ace, suaranya menggema di seluruh ruangan. Tak ada jawaban. Hanya keheningan yang menggantung berat di udara.

"Ini tidak benar, Ace," bisik Lucy, matanya berkeliling dengan cemas. "Kita harus keluar dari sini."

Namun, sebelum mereka bisa bergerak, sebuah suara halus namun mengancam terdengar dari bayangan di sudut ruangan.

"Sejarah terulang, darah dibayar dengan darah."

Ace dan Lucy terdiam, menahan napas. "Siapa kau?!" Ace menuntut.

Dari balik kegelapan, muncul sosok berkerudung. Tubuhnya ramping, dengan jubah panjang yang menyapu lantai. Namun, yang paling mengerikan adalah wajahnya. Wajahnya tertutup topeng emas dengan ukiran-ukiran aneh yang berkilauan di bawah cahaya redup lilin.

"Aku adalah bayangan dari masa lalu yang terlupakan," jawab sosok itu dengan nada misterius. "Dan malam ini, aku datang untuk menuntaskan apa yang dulu tertunda."

"Ini tentang kematian saudara kembar kakekku, bukan?" tanya Lucy, suaranya gemetar namun penuh keyakinan. "Siapa kau sebenarnya?"

Sosok itu tertawa pelan, suara tawanya dingin dan mengalir seperti es yang merambat di punggung mereka. "Kau terlalu banyak bertanya, Nyonya. Tapi ya, kematian itu adalah kunci dari semua ini. Ada kebenaran yang disembunyikan, dan malam ini, semuanya akan terbuka."

Tiba-tiba, sosok itu melangkah maju dengan cepat, membawa hawa dingin yang menyergap mereka. Para pengawal yang berjaga di pintu langsung menghunuskan pedang mereka, namun dalam sekejap, sosok itu menghilang menjadi kabut tipis, hanya meninggalkan jejak aroma lavender yang semakin kuat.

The Prince AceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang