Pagi buta Alpha terbangun, segera ia mandi dan merampungkan ibadah subuhnya. Ia mengetuk pintu kamar Sierra pelan sembari pamit untuk berangkat ke Tangerang untuk bertugas.
"Hati-hati Mas."
"Kalau ada apa-apa contact gue aja ya. Mudah-mudahan dua hari udah beres."
"Yaelah, seminggu disana juga gapapa. Eh Delta udah bangun Mas? Katanya mau bikin sarden buat sarapan."
"Udah tuh lagi di kamar mandi. Mas berangkat ya, dah."
Sierra segera menutup pintu rumah, di luar gerimis cukup lebat meniupkan angin pagi yang dingin. Begitu ia berbalik badan, Delta sedang mengelap kepalanya dengan handuk putih.
"Bener sih bangun pagi, demi sarapa sarden ya Del? Haha." Sierra tertawa melihat adiknya yang satu itu.
"Oh iya dong. Udah ada nasi Kak? Laper sumpah."
"Heh, nyebut, semalem jatah sate Gamma lo yang ngabisin, gue aja masih kenyang nih." Nafsu makan Delta memang yang paling besar diantara kelima anggota keluarga ini, tapi anehnya dia yang paling kurus.
"Separoh ya gue makannya, hih."
Suara batuk kembali terdengar nyaring dari kamar Gamma. Semalaman kesadarannya timbul dan tenggelam akibat gatal di tenggorokannya. Karena frustasi, ia bangun dan keluar dari kamar mengambil gelas berisi air, kemudian duduk di meja makan.
"Lo makan sembarangan ya Gam?" selidik Sierra curiga. "Awas radang tenggorokan."
Satu gelas air tandas mengguyur tenggorokan Gamma, lumayan bisa mengurangi gatal menyebalkan di sana.
"Enggak, gue gak makan aneh-aneh." jawabnya dengan suara serak.
"Mau sarden gak?" tanya Delta yang sedang sibuk mengiris bumbu untuk sarapan sarden kalengnya.
Gamma hanya mengangguk, malas untuk bersuara. Ia berdiri mengambil handuknya bergegas ke kamar mandi.
"Mandi Gam?" tanya Sierra.
"Iya, kenapa? Mau ke kamar mandi juga? Uhuk." sumpah, batuk ini menyebalkan, Gamma semakin terganggu karenanya.
"Enggak, lo mau mandi yakin? Pake air anget gih, Delta sama Mas Alpha juga tadi mandi pake air anget." ujar Sierra yang khawatir. "Gue panasin airnya ya?"
"Gak usah Ra, sengaja, biar gak ngantuk, mau lanjut nugas lagi soalnya gue abis ini." jawabnya jujur.
Masih ada waktu untuk menyelesaikan tugas mekanika fluidanya sebelum deadline, lagi pula hari ini ia ada kelas pagi, akan lama nantinya jika menunggu air hangat untuk mandi.
Tidak lama, Nayara keluar dari kamar, anak perempuan itu berjalan menuju dapur. "Masak apa Bang Del?"
Delta mengangkat kaleng sarden yang sudah kosong sambil mengaduk ikan olahan itu di wajan. "Mau?"
Nayara mengangguk sembari menggosok matanya.
"Cuci muka gih Nay." titah Sierra yang sedang menyiangi sayur bayam.
"Eh iya, roti keju Nay ada di tas ya. Semalem Kak Sierra yang beliin."
"Oh, iya, makasih Bang." ujar Nayara sambil mengusap mukanya dengan handuk kecil usai ia basahi. "Mas Alpha di kamar mandi ya?"
"Bukan, si Gamma."
Baru Sierra menyebutnya, lelaki itu keluar dari kamar mandi dengan handuk terlilit di badannya yang gemetar kedinginan. Ia berlari kecil menuju kamarnya. Melihat seudara laki-lakinya itu kedinginan, Sierra berinisiatif membuat teh hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skeletons
Historia CortaThey said 'blood is thicker than water', but for us, the skeletons are stronger than diamond.