21

4.1K 320 24
                                    

"Kita dipertemukan kembali dengan alasan yang tidak masuk akal, tetapi aku menikmatinya. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama?"

♡♡

"Ravael! Ini cobain dulu," ucap Zanetha sambil mengejar Ravael yang hendak masuk ke kamarnya. Ia menyodorkan sepotong kue bolu kukus cokelat yang tadi mereka buat bersama.

Ravael menggeleng cepat. "Lo aja yang makan. Gue kenyang,"

"Cepett ini cobaiinn..! Enaakk kok enak," 

"Gue gak suka dipaksa,"

"Tapi lo suka maksa orang kan? Makanya jangan maksa orang kalo gak mau dipaksa. Dasar si keras kepala," sahut Zanetha kesal.

Ia pun menjinjitkan kakinya dan langsung memasukkan sepotong kue itu ke mulut Ravael. "Gimana? Ayo kasih nilai,"

Kalo boleh jujur, rasa kue itu jauh lebih lezat daripada penampilannya. Ternyata Zanetha cukup mahir memasak, seperti Livia. Dalam hati Ravael pun tersenyum senang menikmati hasil masakan mereka.

Ravael mengangguk. "Lumayan," jawabnya.

"Lumayan?! Ini udah enak bangett menurut gue! Ah lidah lo seleranya terlalu tinggi,"

"Ya enak," jawab Ravael lagi dengan gengsinya.

Zanetha langsung tersenyum lebar sambil bertepuk tangan kecil. "Akhirnya lo akuin juga kalo bikinan gue enak!"

"Itu bikinan gue juga," tambah Ravael tidak mau kalah.

"Lo aja cuma bantu seperempatnya, gue yang bikin sendirian!"

Ternyata menyenangkan juga memasak untuk orang lain. Zanetha pun mulai berpikir untuk ingin memasak makanan untuk Ravael lagi.

Setelah Ravael menghabiskan sepotong kue itu, Zanetha dengan malu - malu akhirnya bertanya, "Gue boleh tau makanan favorit lo gak?"

"Enggak." Hanya satu kata itu jawaban Ravael tetapi cukup menyebalkan untuk Zanetha, untungnya ia sudah terbiasa.

Zanetha menghembuskan nafasnya perlahan, mencoba untuk tetap sabar. "Kalo makanan yang lo gak suka?"

"Pikir aja sendiri,"

"Lo kira gue dukun?! Mana bisa gue nebak - nebak makanan yang lo gak suka,"

"Kalo gitu coba aja jadi dukun," tambah Ravael. Benar - benar manusia satu ini tidak pantas  disebut manusia. Apakah ia tidak bisa lebih lembut dan berperikemanusiaan sedikit saja?

Untuk mengalihkan amarah Zanetha, akhirnya ia pun mencoba mencairkan suasana lagi. "Kalo gue gak suka acar. Gue gak ngerti kenapa banyak orang yang suka acar, kayak bentuknya aja udah gak menarik. Apalagi acar yang di cheese burger gitu gak enak bangeett!"

Ravael hanya manggut - manggut, bahkan pandangannya tidak fokus pada Zanetha. Ia terlihat tidak peduli dengan apa ucapan Zanetha barusan. 

Sekeras apapun usaha Zanetha untuk bersikap baik dan akrab pada Ravael, sepertinya hanya akan sia - sia. Ia sudah kehabisan cara, setidaknya Zanetha berhasil untuk menghalangi Ravael pergi malam ini.

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang