19

4.1K 320 32
                                    

"Kamu pantas bahagia. Kembali ke pelukannya hanya akan membuatmu senang sementara dan berakhir dengan luka yang sama."

♡♡

Kriinnggg.. Kriinggg...

"Akhirnyaaa pulang juga..! Gue udah gak tahan daritadi cuma ngeliat angka - angka semua," keluh Zanetha sambil menggeliat di kursinya.

"Sok pusing ngeliat angka, emang lo perhatiin pelajaran? Daritadi aja tidur," sahut Audy sambil tertawa.

Kemudian Jihan menyadari Tiara sudah keluar kelas dengan sangat cepat. Ada apa dengan gadis itu belakangan ini?

"Tiara cepet banget pulangnya, gak pamit juga sama kita," ujar Jihan sambil memakai tas sekolahnya.

"Oh iya, kok dia udah gak ada di kelas? Buset mirip jelangkung kelakuannya," sahut Audy.

"Muka lo tuh mirip jelangkung!" ucap Zanetha pada Audy.

Zanetha buru - buru menggendong tasnya. "Gue juga pulang duluan ya. Gak enak kalo ditungguin Ravael," ucapnya.

Jihan dan Audy mengangguk. "Hati - hati ya di jalan! Jagain pangeran ganteng gue," teriak Audy pada Zanetha yang langsung berlari keluar kelas.

Brug!

Tubuh Zanetha tertabrak cukup kencang dengan.. Ravael LAGI? Memangnya di dunia ini tidak ada manusia lain kah?

"Aw!" pekik Zanetha sambil mengusap tubuhnya yang terasa sakit.

Ravael memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. "Mang Awan bakal dateng telat, mobilnya gak sengaja nabrak gerobak pinggiran. Nanti gue kabarin kalo dia udah dateng,"

"Lo sekarang mau kemana emangnya?" tanya Zanetha.

"Apa urusan lo?"

Zanetha memutar bola matanya. Mengapa sulit sekali untuk Zanetha mencoba akrab dengan laki - laki angkuh ini? Harus butuh kesabaran berapa banyak lagi?

Lalu tanpa banyak omong, Zanetha menarik lengan Ravael. Mereka berjalan cepat melewati sepanjang koridor sekolah.

"Lo bawa gue kemana sih?" tanya Ravael ketus. Ia merasa Zanetha tidak sopan seenaknya menarik - nariknya seperti hewan peliharaan.

"Udah diem aja."

Ravael dan Zanetha tidak peduli meskipun banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Ketika Zanetha berada di dekat Ravael, ia sudah tidak lagi merasa takut apapun.

"Oke udah sampe!" ujar Zanetha sangat antusias. Ia tersenyum lebar pada Ravael.

Sebenarnya Ravael masih tidak mengerti apa yang akan mereka lakukan. Zanetha hanya membawanya ke depan gerbang sekolah. Ravael berkecak pinggang menatap Zanetha yang terlihat seperti tidak menyukai ide Zanetha.

Zanetha menyengir tidak berdosa. "Lo harus temenin gue jajan makanan pinggiran. Setuju?"

"Pinggiran? Gak mau,"

"Gue gak nerima penolakan. Itu kan jurus yang lo pake waktu maksa gue ke pesta? Sekarang lo harus nurutin kemauan gue! Titik."

Ravael geleng - geleng kepala melihat Zanetha yang mulai seenaknya padanya. "Gue gak suka makanan pinggiran kayak gitu. Kotor," jawabnya.

"Kotor? Lo gak boleh ngomong kayak gitu ih! Beneran ini tuh enaakk bangett, lo harus cobain dulu sebelum komentar, Ravael,"

"Intinya gue gak mau."

"Daripada kita diem aja berdiri disini nunggu Mang Awan kan? Mending lo temenin gue jajan,"

"Gak mau. Beli aja sendiri," sahut Ravael dengan keras kepalanya yang seperti batu.

21 DAYS TO GET HURT [AKAN TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang