Posisi tidur kami tidak berubah hingga pagi menjelang. Rasya tetap tertidur pulas dalam pelukanku.
"Baru saja, Mas mau membagunkan mu." Arah pandang ku mulai teralih kepada Mas Rijal. Sejak kapan dia bangun. Sedari tadi atau baru saja.
"Ayo sholat tahajjud sama-sama, Mas mau ambil wudhu terlebih dulu." Setelah mengatakan hal tersebut, Mas Rijal segera bangun dan pergi melesat menuju kamar mandi.
Dengan sangat hati-hati, aku mencoba bangun. Tapi tanpa aku sadari ternyata Rasya memegang baju ku dengan erat. Aku tersenyum melihatnya, mungkin dia tahu bahwa aku akan pergi. Ternyata, dalam keadaan tidak sadar seperti ini Rasya sudah menerima ku. Semoga saja ini akan menjadi langkah yang lebih baik lagi.
"Dek, bunda mau sholat dulu." Sebagian orang pasti akan menganggap ku sedikit aneh. Masa berbicara dengan orang yang sedang tidur. Tapi, aku hanya mengikuti kata hati ku. Dan benar saja tidak menunggu waktu lama dia sudah melepaskan baju ku.
Segera kuambil sebuah guling untuk Rasya. Dan lihat saja, dia tidak terganggu sama sekali. Tidurnya tetap pulas.
Melihat Mas Rijal yang baru saja keluar dari kamar mandi. Aku segera pergi menggantikan dirinya. Air, pada jam segini memang terasa lebih dingin. Bukan dingin yang menyebabkan kita ingin kembali masuk kedalam selimut. Tapi dingin yang membuat badan kita segar.
Setelah selesai berwudhu aku segera keluar dari kamar mandi. Ku lihat di sana Mas Rijal sedang membaca Al Qur'an. Tepat dibelakangnya sudah tergelar sejadah berwarna coklat. Tidak ketinggalan diatasnya terdapat mukena biru milik ku.
Aku segera berjalan menuju kearahnya, lalu segera ku kenakan mukena biru itu. Mas Rijal mengakhiri tadarus nya. Dan kami pun melaksanakan sholat sunah tahajjud bersama.
***
Aku keluar dari kamar saat azan subuh berkumandang. Bukan tanpa alasan, biasanya Rasya akan terbangun jika waktu subuh tiba. Menurut Mas Rijal sudah seperti alarm alam Rasya akan bangun dengan sendirinya pada saat tersebut.Mas Rijal sendiri sudah mulai mengajarkan kepada Rasya mengenai kewajibannya. Maka dari itu sebelum dia bangun aku sudah harus pergi. Semoga saja dalam waktu dekat ini kami bisa sholat berjamaah bersama.
Selesai melaksanakan sholat subuh, aku segera pergi menuju dapur. Tapi, belum sampai sana aku berpapasan dengan Mas Rijal. Sepertinya, Mas Rijal pun akan pergi ke sana.
"Ada yang mas butuhkan ?" Akhirnya aku pun bertanya kepadanya.
"Bun, minta tolong buatkan susu Rasya!" Jika sudah memakai panggilan bunda, jelas saja Rasya ada diantara kami. Seperti biasa dia akan bersembunyi dibalik leher ayahnya.
"Baik Mas, Mas tunggu di kursi saja !" Mas Rijal pun berjalan menuju kursi tersebut. Dan aku segera pergi membuatkan susu untuk Rasya.
***
Aku berjalan menuju kursi yang ditempati Mas Rijal. Segelas susu untuk Rasya dan secangkir teh untuk Mas Rijal. Untuk masalah teh hanya inisiatif ku saja. Sebenarnya tadi Mas Rijal tidak meminta apa-apa."Bun, bisa minta tolong di bawa ke ruang kerja. Ayah mau sekalian menyelesaikan laporan." Aku berjalan mengikuti Mas Rijal.
Sesampainya di sana aku segera meletakkan nampan di atas meja. Mas Rijal sedikit kesusahan membawa setumpuk laporan dan laptopnya. Aku segera berjalan menuju kearahnya, dengan segera aku membantunya.
Inilah yang terkadang membuat ku menangis. Melihat Mas Rijal yang bekerja dengan Rasya yang tetap dalam gendongannya. Sejak Rasya mengalami trauma, pekerjaan Mas Rijal berpindah ke rumah. Setiap pagi, sekertaris nya akan datang ke rumah. Membawa laporan baru atau membawa laporan yang sudah ditandatangani oleh mas Rijal.
Andai saja, trauma yang dialami oleh Rasya sudah sembuh. Pasti Mas Rijal akan bekerja dengan normal. Andai saja Rasya mau bersama ku, disaat seperti ini pasti Mas Rijal akan lebih berkonsentrasi dalam pekerjaannya.
"Cepat sembuh sayang" bisik ku.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Bunda [TERBIT]
ChickLit{Novel Tersedia di shopee jaksamedia dan rrains.store} Sebagian besar part telah di hapus, hanya 1-14 saja yang tersedia. Mungkin kisah ini akan terdengar klise di telinga kalian. Bukan cerita tentang turun ranjang atau sejenisnya. Hanya cerita tent...