Mungkin sebagian orang menganggap kisahku dan Johan itu hanya sebagai cinta monyet. Cinta sementara. Atau cinta anak ingusan atau apalah. Tapi untukku itulah cinta pertamaku. Itulah kali pertama aku mengenal cinta dan di kecewakan cinta. Tapi kisah cintaku ini tidak berakhir hanya disini. Cerita cinta ini masih berlanjut….
Sekarang satu tahun sudah berlalu, aku sudah lulus dari SMP dan melanjutkan ke sekolah lanjutan. Aku, Daniel, dan Vivi berpencar. Masing masing dari kami mengambil sekolah yang berbeda. Daniel masuk sekolah Khusus, Vivi melanjutkan ke SMEA, sedang aku masuk SMK Pariwisata.
Bertemu dengan teman teman baru dan mendapat suasana baru sangat membantu ku. Membantuku melupakan segala kenangan-kenangan yang tak ingin aku ingat lagi. Kenangan-kenangan tentang dia yang pernah mengisi hari-hariku dengan keceriaan. Hari-hari dimana dia menghiasiku dengan cinta dan mendandani ku dengan kasih sayang.
“Woiiiii ngelamun aja.... Ngapain Sya?” Sapa teman ku Samantha. Teman-teman ku di sekolah ini biasa memanggilku Sya atau Tash. Disini tak ada lagi yang menyebutku dengan sebutan Anna.
“Nggak…. Siapa yang ngelamun…. Ngak ngapa-ngapain kok….” Aku berkenalan dengan Samantha saat masih menjalani Masa Orientasi Siswa atau MOS. Karena ditempatkan digrup yang sama. Sejak saat itu kami menjadi teman akrab. Walau pun aku dan dia berbeda kelas, tapi saat istirahat atau saat pulang kami selalu sama-sama. “Ya udah cepetannnn…. Balik yukkk…. Laper nich” kata Samantha
“Ya udah…. Mau makan dulu gak di Majah Gada?”
“MG?? makan apa an…. Lu yang teraktir ya?”
“Dasar lu ye…. Mau nya di traktir mulu sich?”
“Ya iyalahhhh…. Secara gitu loch…. Makan diluar tuch Muuaaaahhaaalll” akhirnya aku dan Samantha pergi MG (biasa kami sebut dengan singkatan).
Sesampainya di MG aku berkata ke Samantha “Tha…. Lu duluan aja…. Sekalian pesenin gue makanan…. Gue mau ketoilet dulu ya….” Aku meningalkan Samantha dan setengah berlari kearah toilet
‘Brukkk’ aku menabrak seseorang
“Aduhhh maaf ya…. Saya lagi buru buru….. kamu nggak apa apa kan?” Tanya ku padanya.“I’m ok…. And you?” Tanya nya kepada ku.
"Gak apa-apa kok…. Maaf ya, permisi”
Jawabku setengah terburu. Aku langsung menuju toilet ‘wahhh lega rasanya…. Akhirnya keluar juga….. lumayan juga nahannya’ aku ngebatin sendiri.
Setelah selesai dengan masalah buang membuang yang harus dibuang (alahhhhh bahasanya ribet bener sich) aku segera ke Samantha. Tapi di tengah jalan kesana.
“Ann….. Annaaa” karena merasa ada yang memanggilku, aku menoleh kebelakang dan mencari sumber suara yang memanggilku.
“Anna…. Kemana aja loe?” Sumber panggilan itu mendekati ku. Setelah dia mendekat baru aku mengenalinya. Dia Novalina. Temanku waktu di Sekolah Dasar dulu. Kami satu bangku dulu.
“Eh Nova??? Gila…. Ada juga elo yang kemana aja…. Sekarang skul dimana?” sapaku pada nya. Akhirnya kami ngobrol sebentar dan berbasa-basi sebagai teman lama.
“Eh ya ampunnnn…. Gue lupa ngenalin ke elo…. Ini James…. Jass, ini Anasthasya…. Temanku waktu di SD dulu” Akhirnya Nova memperkenalkan kami.
“Anasthasya” seraya menjabat salam perkenalannya. “Nov… dia cowo lu ya” kata ku pada Nove sambil berbisik. Tiba-tiba Nova tertawa.
“Kok ketawa sich??? Orang gue nanya serius” kata ku setengah kesal.
“Ya iyalah…. Pasti gue ketawa…. Lah orang sodara gue dibilang pacar gue…. Gue juga mau sich dapet cowo kaya dia…. Secara gitu loch…. Ganteng…. Kenapa??? Naksir loe ye???” katanya setengah meledekku.
“Dasar lu ya… bisanya ngeledekkkk aja….”, jawabku
”Sebenernya tadi kita dach ketemu” Dia buka suara
“Oyahhh?? Ketemu dimana??” tanya Nova
“Tadi lagi ketoilet…. Kita bedua nggak sengaja tabrakan…. Sekalian nich aku mau Kasih ini kekamu” Jawabnya seraya memberikan sesuatu padaku.
Ternyata…. Dompetku…. Sebelum sempat aku bertanya. Dia melanjutkan kata-katanya “Tadi waktu tabrakan. Dompet kamu jatuh…. Karena kamu lagi terburu-buru, makanya kamu nggak liat dompet kamu jatuh... Tadi aku udah manggil-manggil kamu, tapi kamunya malah nggak dengar” penjelasan yang sangat akurat. Sehingga pertanyaan yang belum sempat terucap oleh ku terjawab semua.
“Ma… makasih ya….” Jawabku dengan setengah bingung.
“Ohhhh jadi begitu ceritanya…. Eh Ann loe sendirian??? Gabung aja yuk ama kita” Tanya Nova.
Tiba-tiba aku ingat sesuatu “Astaggggaaaa…. Ampun dech…. Gue lupa…. Temen gue nungguin gue…. Bisa jadi pangsit goreng dech nich gue….” Aku lupa kalau aku meninggalkan Samantha sendirian. “Nov…. loe mau gabung gak ama kita orang?” Tanya ku padanya.
“Kapan-kapan aja dech Ann…. Udah sana…. Ntar jadi pangsit goreng loe….” Jawabnya.
“Ya udahhh…. Gue kesana dulu ya…. Dahhh….” Setelah pamitan kemereka berdua, aku buru-buru menemui Samantha. Benar saja…. Hampir saja aku jadi pangsit goreng.
“Monnnyooonggggg….. gile bener…. Pipis loe tuch segentong ye…. Gue udah ampir bulukan nich nungguin loe….” dan bla bla blab la bla…. Tanpa memberikan ku kesempatan untuk menjelaskan terlebih dalu, dia sudah langsung menghujaniku dengan sejuta omelan.
“Maap…. maap….. tadi gue ketemu temen SD gue…. Makanya jadi lama” Jawabku. Setelah menjelaskan panjang lebar. Baru dia bisa menerimanya.
“Waahhhh ngasih penjelasan sama lu mah Tha… lebih ribet dari pada kasih penjelasan ke Mr. ubi”
Guru conver bahasa inggris disekolah ku. Mr. Lourent. Biasanya kami panggil dengan ubi. Mungkin karena bentuk tubuhnya yang tambun mirip dengan ubi. Atau mungkin juga karena dia suka makan ubi. Yang jelas julukan itu sudah ada sejak kami masuk sekolah itu. Dia terkenal dengan keangerannya sebagai seorang guru, dia selalu bertanya dengan sangat terperinci, sampai serinci rincinya.
Itulah sebabnya teman-temanku selalu berfikir seribu kali untuk berbuat ulah kalau pelajaran dia, bukan hanya takut sama orangnya, tapi juga males memikirkan alasan yang akan diberikan “Biarin aja…. Yang penting gue seneng bikin lu ribet…” jawabnya sambil tertawa….