James, sekarang ini hanya ada nama dia di hati ku, hanya dia yang selalu ada dihatiku, hanya ada dia di setiap mimpi indah ku. Setiap aku memejamkan mataku hanya wajahnya yang selalu terbayang olehku. Semuanya. Semuanya serba James.
Dia memberikan segala yang aku butuhkan, bukan dari materi, tetapi lebih dari itu. Dia memberikan cinta yang tulus padaku, dia memberikan kasih sayang yang tak pernah henti, dan dia memberikan perhatian yang aku perlukan.
Saat ini semua terasa indah bagiku, aku serasa sedang terbang diatas langit ke tujuh, menari bersama para bidadari dan para malaikat. Semuannya karena dia yang selalu menyelimutiku dengan kehangatan cinta dan selalu membelaiku dengan kelembutan kasih sayang.
Bahkan, kini aku tak merasakkan adanya neraka dirumahku. Padahal sebelumnya, aku selalu merasa berada dineraka saat berada dirumah, ya.... semuanya tak lepas dari pertengkaran pertengkaran orang tuaku yang aku dengar setiap hari.
Setelah pertengkaran kami tempo hari, hubunganku dengan James semakin erat.... ehemmm.... semakin mesra.... hari ini kami ada rencana untuk pergi ketaman bunga berdua.
Aku sangat menantika nantikannnya, sebentar sebentar selalu melirik kearah jam dinding dikelasku, berharap bel pulang sekolah cepat terdengar. Tapi.... ternyata masih lama sekali, secara.... sekarang baru mendekati bel istirahat pertama, yang artinya masih sekitar 4 jam lagi. Karena hari ini hari sabtu, makanya aku pulang lebih awal, jam 1 kurang lima belas menit. Kalau hari biasa aku bisa pulang sampai jam tiga sore. “Aduhhhh lama amat sich pulangnya!!!” keluh ku pada Samantha
“Gila loe ye.... orang baru masuk, dah ribut mau pulang”
“Biasanya ga berasa, tau tau dach mau pulang.... kok sekarang berasanya lama amat ya”
“Ya.... kalo ditungguin emang kaya gitu, emang loe mau kemana sich??? Sampe segitu berharapnya???”
“Biasalah.... Namanya juga hari sabtu.... apalagi kalo bukan.......” aku tak melanjutkan kata-kata ku, karena ku pikir Samantha pun pasti tau tanpa aku harus berpanjang lebar menjelaskanya. Satu demi satu pelajaran hari ini berakhir, dan akhirnya sampai juga pada jam pelajaran terakhir.
Bahasa Jepang. Ini pelajaran favoritku. Bukan hanya karena pelajarannya, tapi juga karena gurunya. Maklumlah.... Rata-rata guru di sekolahku itu WST atau PTW, alias Wanita Setengah Tua dan Pria Setengah Tua. Tapi berbeda dengan guru Jepang ku, dia masih muda, dan kalau menurutku, untuk ukuran pria asli indonesia dia termasuk manis. Hanya saja dia terlalu tinggi. Terkadang aku suka capek kalau ngobrol dengannya dalam keadaan berdiri, karena aku pasti harus mendongakkan kepalaku. Dan nilai-nilaiku termasuk bagus dalam pelajaran ini. Walaupun hanya sekedar “Sya lagi seneng nich Sensei”, atau “Sya lagi kesel tau” atau “Sya udah punya pacar” tapi dia satu-satunya guru yang bisa aku ajak curhat.
Tunggu punya tunggu, tanpa terasa dua jam pelajaran Jepang sudah berlalu. Dan saat-saat inilah yang sedang aku tunggu-tunggu. Dalam sekejap mata, aku langsung melarikan kakiku mengarah kekamar mandi sekolah ku untuk berganti pakaian, karena aku tau kalau James pasti sudah menungguku dibawah.
Dengan secepat kilat aku meluncur turun dari lantai empat sekolahku. Anehnya, aku tidak merasakan kelelahan seperti yang biasa aku rasakan kalau menuruni tangga dengan buru-buru saat aku harus mengantar sesuatu keruang guru.... emmm.... Mungkin karena aku sedang mengejar cintaku kali ya, makanya rasa lelah itu tidak terasa.
Aku melesat menuju parkiran sekolahku, dan menemukan sebuah sedan biru sudah menanti didepan gerbang sekolahku, aku langsung menghampirinya. “Hai Koh... dach lama ya nunggu nya?” tanya ku setengah berbasa basi dengan si pengendara mobil tersebut, yang tak lain dan tak bukan adalah James.