Selama seminggu ini dia terus berusaha untuk menghubungiku, dia mengirimkan berpuluh-puluh pesan setiap hari, dan mencoba menelpon ku ratusan kali selama seminggu ini. Tapi tak ada satu pun pesannya yang aku balas, dan tak ada satu telpon pun yang aku jawab.
Aku hanya sedang berusaha menenangkan pikiranku, aku hanya sedang berusaha mencari jawaban atas semua pertanyaanku. Mencari dan mencari. Tapi tak ada satu pun dari pertanyaan pertanyaan itu yang mampu aku jawab. Sampai akhirnya, aku mendapatkan sebuah SMS dari James yang mengatakan bahwa dia akan berangkat hari Rabu jam 4 sore, dan itu berarti…. Besok…
Kepalaku semakin berat. Sakit kepalaku semakin menjadi jadi ‘apa yang harus aku lakukan sekarang?? Bagaimana ini?? Aku belum sempat mengatakan apapun kedia…aku… aku harus bagaimana??.... Jo…. tolong aku Jo…apa yang harus kulakukan??’ tanpa sadar batinku menyebut nama itu lagi. Karena selama ini dia lah yang selalu mendengarkan semua keluh kesahku. Karena selama ini, walau pun aku mencoba melupakan dirinya dengan seribu cara, tetap saja aku tak mampu melupakan dia.
Dan karena selama ini, walau pun aku telah merajut seribu kenangan yang baru dengan James, tetap saja aku tak mampu menghilangkan sejuta kenanganku dengan dia. Aku tak mampu melupakan apapun tentang dirinya.
Semakin lama sakit dikepalaku tak dapat aku tahan. Aku melangkahkan kakiku dengan lebih cepat, agar aku bisa lebih cepat sampai dirumah, tapi aku tak mampu melangkah lebih cepat dari langkah kakiku sekarang ini. Tak lama kemudian semuanya menjadi gelap, dan aku sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi.
Saat aku membuka mataku, aku sudah berada disebuah ruangan yang terang. Aku memandang sekelilingku, pandanganku menjelajah setiap sudut ruangan putih itu. Ada seseorang yang duduk disamping ku. Dia terbangun ketika tangan ku menyentuhnya.
Dia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya “Kamu sudah bangun Ann” kata pria itu. Aku mengangguk pelan dan bertanya padanya dimana aku berada.
“Kamu dirumah sakit. Tadi kamu pingsan waktu ada di MG. Waktu itu aku lihat kamu di MG, trus waktu aku mau samperin kamu, eh…. Kamunya malah pingsan. Aku kaget banget. Trus aku minta tolong satpam buat bantuin aku ngangkat kamu kemobilku…. Trus aku bawa dech kamu kesini” jelasnya panjang lebar.
Aku mengamatinya dan sedang mengingat-ingat sesuatu. Tapi aku tak mampu mengingatnya. Aku hanya merasa, aku pernah bertemu dengan dia, tapi aku tak tahu dimana. “Kok kamu liatin aku begitu???” tanya nya.
“Maaf ya, jadi ngerepotin kamu. Tapi maaf…. Kita pernah ketemu dimana ya?” tanyaku. Dan dia tertawa mendengar pertanyaanku
“Ya ampunnnn Ann! Masa kamu lupa sama aku??? Aku George, teman kamu waktu les di LBA batu datar dulu. Masa kamu dach lupa sich sama aku??? Baru juga sebentar di tinggal ke Amrik” dia masih tertawa. “Muka kamu kalo lagi mikir gak berubah ya, masih kocak kaya dulu” lanjutnya yang masih disertai dengan tawa.
“Ohh iya iya… aku ingat. Aduhhh makasih ya George, baru ketemu lagi sudah nyusahin” kataku sedikit berbohong. Aku masih belum bisa mengingat dia dengan jelas. “Eh iya…. Trus apa kata dokter??? Aku bisa pulang ga sekarang??” tanyaku
“Dokter cuma bilang kalo kamu sadar suruh kasih tau ke dia…. Aku panggilin dia dulu ya” dia meninggalkan ku sendiri.
Aku hanya bisa berharap, kalau aku bisa pulang saat ini juga. Aku gak mau nginap disini. Jangankan untuk dirawat disini, untuk melihat teman atau kerabat yang di rawat dirumah sakit pun aku benci melakukannya. Karena aku benci dengan rumah sakit. Karena terlalu banyak orang orang yang ditinggalkan oleh orang yang mereka sayang atau mereka cintai ditempat ini. Karena untukku rumah sakit seperti stasiun kereta api, yang menjemput penumpang untuk diberangkatkan menuju suatu alam yang berbeda. Alam kematian.