MARI BERLATIH !

7 0 0
                                    

Siang hari, cahaya matahari menyinari gelapnya setelah malam, menyuluh ke ruangan terbuka, terik dan kelembaban udara yang rendah, berkisar antara tiga puluh sampai tiga puluh enam derajat Celcius. Tampak air yang tergenang diatas aspal yang panas. kau tertipu, itu adalah ilusi fatamorgana. Siang ini benar-benar panas, tidak hanya cuaca di luar tapi juga kepala beserta isinya. Saat papan tulis dipenuhi angka, juga kejenuhan memenuhi seluruh tubuh...

Ding... dong... ding... dong...

"Baiklah, karena waktunya habis, mungkin kita lanjutkan Minggu depan. Hati-hati di jalan ya, Selamat siang." Kata Bu uswah selaku guru matematika, kemudian beranjak keluar dari kelas murid menjawab salamnya.

"Huffftt... selesai juga pelajaran yang memuakkan ini... ngerti kaga?! Apa yang disampaikannya tadi?"
Tanya Dava meregangkan otot

"Hmmm... Tidak."
Jawab Kazuo, sambil mengemasi bukunya.

"idih nih anak, pas pelajaran, fokusnya udah kayak late game, eh hasilnya malah gak ngerti."

"Walaupun kita tidak suka pelajaran itu, setidaknya kita menghargai guru dengan berpura-pura memperhatikan penjelasannya."

"Bodo ah, hari ini kosong gak?

"Aku kemarin ada janji sama Ghali, dia ngajak ke Dojo yang di dekat sekolah. Mau ikut?"

"Ghali? Ngapain ke Dojo?"

"Mau masak, pengen jadi koki."

"Ntar juga kepala lu yang gua jadiin geprek. Hehehe"

"Pastinya untuk latihan beladiri, kenapa nanya lagi sih?"

"Hah?! Bukannya lu di rumah juga belajar beladir~"

"Hei, yang tidak berkepentingan harap keluar, nona mau bersihin kelas nih."
Seketika Tasya memotong obrolan mereka berdua, berlagak seperti ibu yang mau mengeksekusi anak dengan sapu.

"Hei, calm down. Jangan galak-galak gitu dong. Tapi cocok juga sih, mirip Rem Re:Zero. hahahaha..."

"Eh sembarang kalo ngomong, lu kira gue ga tau apa?! Itu kan tokoh animasi yang pelayan itu kan?!"

"Hahaha... Ayo Kazuo, kabuuuurr!"
Ledek Dava dan segera kabur menarik Kazuo.

"Tasya, maaaaf..."
Teriak Kazuo perlahan suara itu menghilang semakin jaraknya menjauh.

🍃

Sore Jingga. Matahari senja hampir terbenam di ufuk barat. Langit berwarna jingga. Genangan air pancur taman memantulkan warna Jingga. Bangunan-bangunan kota terlihat Jingga. Pasir yang dipijak berwarna jingga. Gumpalan awan putih terlihat
kemerah-merahan, jingga. Orang-orang berlalu-lalang dalam kesibukan di sepanjang tepi jalan.

"Tapi lu di rumah bukannya juga latihan boxing dengan ayahmu?"

"Kalau boxing saja tidak cukup, aku berencana mengikuti Jiu Jitsu... Misalnya ada yang menyerangku dengan teknik penguncian, setidaknya aku dapat melepaskannya. Dan menurutku, teknik penguncian itu sangat fatal dan berbahaya."

"hmmm... Okelah kalau gitu, aku duluan pulang bro. Hati-hati! Awas menginjak semut."

Merekapun berpisah di arah jalan berbeda dengan tujuan masing-masing.

Kazuo yang sedang berjalan melewati taman. Orang-orang berlalu lalang mengenakan seragam yang sama dengannya, baju putih, celana panjang abu-abu, juga berbagai bentuk tas sesuai dengan selera mereka. Ya, mereka murid satu sekolah dengan Kazuo, yang juga pergi-pulang melintasi jalan taman. Tak lupa Kazuo menyapa melihat tiap siswa-siswi yang berpapasan dengannya. Melambaikan tangan, tersenyum.Meneruskan langkah. Tentu saja kazuo sudah mengenali warga daerah di situ, sebagaimana meieka mengenalnya.

Sekejap lepas dari kesenangan mengamati taman tadi, Kazuo mencoba menyisir rambut hitam lemasnya dengan jari-jari
tangan. Tidak terasa, mungkin sudah lebih dari liga kali dia mematut penampilan dalam lima empat menit terakhir. Ia sampai dan segera masuk ke dalam Dojo...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A SILENT HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang