18

17.3K 1.5K 4
                                    

Yang terlihat jahat belum tentu di dalamnya jahat.


~*~

Hari ketiga Hana berada di Kuil Suci, sosok Bina yang merupakan dayang setianya sedang menyiapkan beberapa sarapan untuk dirinya.

"Selamat pagi Nyonya, apa tidur Anda nyenyak?" tanya Bina.

"Ya..." lirih Hana menatap keluar jendela.

Hana turun dari tempat tidur mendatangi Bina yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.

"Kira-kira kapan waktu berdoa kembali di mulai?" tanya Hana.

"Seperti yang sudah terjadwal kan, pagi ini kita sudah bisa ke sana, lalu... Untuk Nyonya Danyi, sepertinya dia ingin bertemu dengan Anda Nyonya."

"Nyonya Danyi?"

Dengan ragu Bina mengagumkan kepalanya, mungkin saat pertemuan terakhir mereka, Danyi masih penasaran dengan identitas Hana yang sebenarnya.

"Ada di mana dia sekarang?" tanya Hana.

"Saat ini beliau sedang berada di ruang doa Nyonya," jawab Bina.

"Baiklah, mari kita ke sana," ajak Hana.

~*~

Hana dipagi itu terlihat sangat cantik saat dia mengunakan sebuah gaun berwana biru muda, membuat dirinya terlihat lebih muda dari umur yang sebenarnya, rambutnya yang panjang tergulung dengan rapi membuat dia terlihat seperti wanita anggun.

"Selamat pagi nyonya Hana," sapa Pendeta Renesa.

"Selamat pagi Pendeta Renesa," balas Hana ramah.

Pendeta Renesa menundukkan kepalanya saat dirinya tak sengaja bertemu dengan Hana di lorong menuju ruang doa.

"Apa Anda ingin ke ruang doa Nyonya?"

"Iya... Pendeta Renesa."

"Kalo begitu, mari kita jalan bersama ke sana," ajaknya.

Hana tersenyum saat pendeta Renesa mengajak dirinya berjalan bersama dengan Bina dan beberapa orang yang ada dibelakangnya.

Pintu ruang doa terbuka saat Hana serta yang lainnya masuk ke dalam ruangan itu, tidak seperti diawal dia berkunjung ke kuil Suci, kali ini Hana seperti mendapatkan sebuah kehormatan dari banyak orang terlihat sekali dengan banyaknya orang yang menundukkan kepala ke arah dirinya.

"Selamat pagi Nyonya Hana," sapa Danyi menundukkan kepalanya.

"Apa tidur anda nyenyak Nyonya?" tanya Hana yang sudah duduk dikursi miliknya.

"Berkat arahan dari Anda, saya sudah bisa tidur dengan nyenyak Nyonya."

"Benarkah? Baguslah jika kau bisa tidur dengan nyaman," balas Hana ramah.

Hana tersenyum ke arah Danyi, tak lama mereka mengobrol sosok Pendeta Agung masuk ke dalam ruang doa, Hana serta semua orang yang ada di sana secara bersamaan langsung berdiri dari duduknya untuk memberi salam pada Pendeta Agung.

Melihat pendeta agung yang sudah berdiri dihadapan mereka membuat Hana kembali teringat dengan ucapan dari pendeta agung kemarin.

Jika kau ingin kembali ke dunia mu, maka kau harus mati.

Hana menyatukan tangannya saat pendeta agung mulai membacakan doa untuk mereka, dengan mata yang tertutup rapat, Hana merasakan sebuah angin kencang menyerbu wajahnya disaat Pendeta Agung sedang membacakan doa untuk mereka.

Ibu Untuk Erin "Sudah Terbit"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang