Tepat tengah malam disaat dirinya telah selesai menulis harinya, Hana beranjak dari tempat duduknya untuk menyimpan buku miliknya di tempat yang tidak mungkin dijangkau oleh penghuni Istana walau itu pelayan sekali pun.
"Hari yang melelahkan, banyak hal yang tidak terduga hari ini," ucap Hana yang baru saja menghembuskan nafas kasar.
"Kau baik-baik saja kan Nak di sana?" tanya Hana mengelus perutnya.
Hana berjalan kembali keluar ruangan dengan sedikit perut yang dia majukan karena merasa susah untuk melangkah, ini sudah masuk bulan keempat dalam kehamilannya, dan Hana merasa sangat senang saat mengetahui bayi yang dia kandung terus berkembang.
"Kau di sini rupanya."
"Yang Mulia?" pekik Hana terkejut.
"Ini sudah sangat malam, dan kamu belum tidur? Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan?" tanya Ian.
Hana terkejut saat mendapatkan sosok Ian sudah berdiri didepan ruang bacanya dengan mengunakan piama berwarna biru malam.
"Sebenarnya saya tidak bisa tidur, makanya Saya jalan ke sini, Yang Mulia," jawab Hana.
Tidak mungkin dia bilang pada Ian, bahwa dia baru saja menulis hariannya, bahkan rahasia yang Ian tidak tau tentang dirinya pun telah dia tulis rapi di sana.
Ian menghembuskan nafas kasar, dirinya maju selangkah agar bisa lebih dekat dengan Hana, Hana tersenyum saat tangan Ian terulur mengelus rambutnya dengan pelan.
"Jika kau tidak bisa tidur, kenapa kau tidak mendatangi ku? aku terkejut saat masuk kamar mu, kau tidak ada di sana," ucap Ian.
Hana tersenyum mendapatkan sentuhan lembut dari Ian, dia sedikit iri pada Hana kenapa Ian yang begitu istimewa ini sangat sayang pada Hana, bahkan dirinya dengan sabar mau saja menuruti apa yang dimau Hana.
"Ini sudah malam, tidak bagus untuk wanita hamil sepertimu tidur terlalu larut," ucap Ian.
"Ayo... Malam ini aku akan menemanimu untuk tidur," ajak Ian, Hana hanya diam saat Ian sudah menarik tangannya menuju kamar miliknya.
~*~
Hana membuka matanya secara perlahan saat cahaya matahari masuk ke disela-sala korden, menyinari wajahnya.
"Selamat pagi..." sapa Ian tersenyum.
Hana menatap wajah pria yang saat ini sedang terduduk dengan telanjang dada, wajah Hana seketika memerah saat melihat wajah Ian yang begitu tampan dengan perut yang begitu seksi dimatanya.
"Selamat pagi Yang Mulia," balas Hana.
"Kau terlihat sangat cantik jika baru bangun."
Hana tersenyum mendapatkan pujian dari Ian, sedikit dirinya merasa bersalah pada Ian, dia jadi bertanya-tanya bagaimana jadinya jika Ian tau bahwa dirinya ini bukanlah Hana yang sebenarnya, apakah Ian akan tetap mencintainya? atau sikap Ian akan berbeda saat dirinya mengetahui hal ini.
"Bangunlah kita akan sarapan bersama," ajak Ian.
Hana langsung menganggukkan kepalanya, dirinya beranjak dari tempat tidur dengan dibantu oleh Ian.
"Selamat pagi Yang Mulia," sapa para pelayan di sana.
Semua para pelayan di sana terkejut saat mendapatkan sosok Ian ada di kamar Hana dengan mengunakan piama yang memperlihatkan dadanya.
"Bersihkan ini semua, kami akan sarapan di ruang makan," perintah Ian.
"Baik Yang Mulia," jawab mereka serempak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Untuk Erin "Sudah Terbit"
FantasiHana dikenal baik dan ramah terhadap anak kecil itu sebabnya dia berkuliah jurusan pendidikan PAUD. Selain jadi guru PAUD, Hana juga suka membaca novel, namun ada satu novel yang berhasil membuat hatinya sakit, yaitu Novel yang berjudul Mother's lov...