21

17.1K 1.5K 6
                                    

Teryata di balik sosok yang kuat dan tegar, terdapat hati yang rapuh di dalam

~*~

"Yang Mulia," lirih Hana menatap Ian.

Berapa kali Hana mengedipkan matanya saat sosok Ian yang begitu serius menatap wajahnya, ini aneh kenapa Ian bisa berada di sini yang dia tau saat ini Ian sedang berada di Istana mengurus beberapa dokumen bersama dengan Adam ajudannya, tunggu... Jika dia kembali mengingat, terakhir dia sadar saat berada di taman Kuil Suci bersama para Nyonya Duchess.

"Hana apa kepalamu terasa pusing? Atau kau merasakan sakit? katakan saja," tanya Ian.

Hana terdiam menatap wajah Ian yang terlihat khawatir, dirinya kembali duduk merasakan ada rasa nyeri dikepalanya.

"Apa yang sudah terjadi Yang Mulia? Kenapa Anda bisa ada di sini?"

Ian duduk dihadapan Hana, dengan wajah yang terlihat sedih, jujur Hana tidak tau kenapa Ian bisa ada di sini, dengan tampang yang terlihat khawatir.

"Aku datang ke sini, saat pihak Kuil Suci mengirimkan kabar soal dirimu yang terkena racun," jawab Ian.

"Apa! Racun?" pekik Hana membesarkan matanya.

"Iya... Dan ini sudah dua hari kau tertidur, aku sendiri bingung saat kau tak juga kunjung bangun," ucap Ian menundukkan kepalanya.

Hana terdiam melihat wajah Ian, jika dia kembali mengingat dengan perkataan Hana dari sini dia bisa menilai bahwa cinta Ian ke Hana hanya sebatas obsesi saja.

"Apa Anda sebegitu takutnya jika Saya tidak sadar?" tanya Hana.

"Apa maksud mu Hana?"

Hana menarik nafas kasar mungkin ini belum saatnya dia tau lebih banyak tentang perasaan Ian, jujur Hana masih penasaran dengan kelurga Pervis, kenapa pihak kekaisaran melakukan penyerangan terhadap keluarga Hana yang saat itu merupkan bangswam kelas kedua, dimana gelar bangsawan ini berada dibawah dari Duke.

"Tidak apa-apa lupakan saja Yang Mulia, kalo boleh Saya tau, kenapa Saya bisa tidur selama 2 hari?" Tanya Hana.

Ian terlihat enggan untuk menjawab pertanyaan dari Hana, membuat Hana yang melihat wajah Ian menjadi penasaran, sepertinya ada sesuatu yang Ian sembunyikan darinya.

"Hana..."

"Iya Yang Mulia," jawab Hana.

"Tolong jangan marah..." ucap Ian mengepalkan tangannya.

Hana bingung dengan arah pembicaraan Ian, kenapa juga Ian meminta dirinya untuk tidak marah, apakah Ian ada berbuat salah dengannya.

"Yang Mulia sebenarnya apa yang telah terjadi?"

Ian mengepalkan tangannya dengan kuat, ini mirip seperti kejadian 8 tahun yang lalu, saat dirinya ingin mengatakan pada Hana bahwa dirinya telah mengandung anak mereka, alih-alih melihat wajah Hana yang penuh kebahagiaan, dirinya malah mendapatkan kebencian dari Hana, bahkan saat kejadian itu Hana sama sekali tidak mau bertemu dengannya.

"Di dalam sini... Ada nyawa yang sudah 3 Minggu hidup," jawab Ian menyentuh perut Hana.

"Apa?" tanya Hana mengulang.

Hana terdiam cukup lama saat Ian masih menyentuh perutnya yang terlihat rata, bagai disambar petir, Hana langsung menatap wajah Ian dengan mata terbuka lebar.

"Apa... Saya sedang mengandung?"

Dengan berat hati Ian menganggukkan kepalanya, membuat Hana secara spontan langsung menyentuh perutnya yang masih terlihat rata.

Ibu Untuk Erin "Sudah Terbit"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang