Hana berjalan di temani Bina serta satu pria yang tadi menyapanya sedang memandu mereka menuju ruang Pendeta Agung.
"Kalo boleh tau apa alasan beliau memanggil saya?" tanya Hana pada pria itu.
"Nanti juga Nyonya akan tau, sebentar lagi kita akan sampai, jadi mohon bersabarlah," ucapnya tersenyum.
Hana dan Bina kembali diam saat pria itu terlihat enggan untuk menjawab pertanyaannya.
"Ini ruang Pendeta Agung, silahkan masuk Nyonya," ucapnya ramah.
Bina dan Hana terdiam saat melihat sebuah pintu yang begitu tinggi dan megah, pria itu tersenyum membukakan pintu untuk Hana, namun disaat mereka ingin masuk, pria itu dengan tersenyum membentangkan tangannya dihadapan Bina bermaksud hanya Hana saja yang boleh masuk ke dalam.
"Apakah Anda bisa menunggu di luar saja Nyonya?" tangannya tersenyum.
"Tidak apa-apa Bina, tinggalkan saja aku," ucap Hana pada Bina.
"Baiklah Nyonya, jika terjadi sesuatu pada Anda, segeralah panggil Saya, Saya akan menunggu Anda di luar," jawab Bina menundukkan kepalanya.
Hana langsung menganggukkan kepalannya ke arah Bina sebelum akhirnya dia masuk ke dalam ruang Pendeta Agung.
Dari dalam ruangan Hana bisa melihat ada sosok pria yang sedang terduduk disebuah sofa dengan ditemani beberapa kudapan diatas meja.
"Apa Anda memanggil Saya Tuan?" tanya Hana yang sudah mendekat.
"Owh... Kau sudah datang? Duduklah."
Hana duduk disebuah sofa yang berhadapan dengan pria itu, wajah Hana terlihat datar saat melihat pria itu, yang begitu santai menikmati tehnya walaupun, matanya sedang tertutup kain putih.
"Bagaimana kabar anda Nyonya?"
"Saya baik-baik saja Tuan, terima kasih telah bertanya," jawab Hana.
Pria itu tersenyum mendengar jawaban dari Hana, dirinya kembali menaruh cangkir tehnya keatas meja.
"Apa Nyonya tidak mau bertanya sesuatu pada saya?" tanya Pendeta Agung.
Hana terdiam memahami arah pembicaraan Pendeta Agung, seperti yang sudah dirumorkan bahwa penyihir yang paling kuat di Rosemord adalah pendeta agung, bukan hanya sihir saja namun Pendeta Agung juga bisa melihat masa depan yang mungkin saja akan terjadi.
"Jika Saya bertanya masalah Saya? Apakah Anda bisa menjawabnya?" tanya Hana.
Pria itu tersenyum, "jika Saya sendiri saja tidak tau apa yang ingin Nyonya tanyakan, lantas bagaimana bisa Saya menjawabnya."
"Ah... Anda benar..." gumam Hana.
Hana terdiam cukup lama memikirkan apakah tidak apa-apa jika dia bertanya masalah ini pada Pendeta Agung, ditambah lagi apa mungkin Pendeta Agung akan percaya dengan apa yang sudah dia ucapkan.
"Terjebak didalam tubuh seseorang, dan dituntun untuk berperan layaknya orang yang sama, apakah begitu sulit Anda jalankan Nyonya?"
Tubuh Hana membeku saat mendengar ucapan dari Pendeta Agung, sepertinya Pendeta Agung sudah tau maksud dari dirinya datang ke sini.
"Apakah Anda sudah tau bahwa Saya bukan Hana yang asli?" lirih Hana.
Pria itu kembali tersenyum mendengar ucapan dari Hana,"Mau itu asli atau bukan, tidak ada urusannya dengan Saya."
"Maksud anda?" tanya Hana.
"Seperti yang sudah saya liat, sebenarnya nyonya Hana Rosemord sudah lama mati, semenjak dirinya mendapatkan fitnah dari Permaisuri terdahulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Untuk Erin "Sudah Terbit"
FantasiaHana dikenal baik dan ramah terhadap anak kecil itu sebabnya dia berkuliah jurusan pendidikan PAUD. Selain jadi guru PAUD, Hana juga suka membaca novel, namun ada satu novel yang berhasil membuat hatinya sakit, yaitu Novel yang berjudul Mother's lov...