Part 13 : Bukti

1.2K 27 50
                                    

Lani POV

Sore yang sejuk karena siang dan malam tadi yang berterusan hujan, mungkin karena merasakan kesedihan dari kisah cinta Joardi dan Dilla. Aku bergegas keluar rumah untuk menemui kekasihku, Novan.

Sampailah aku di parkiran rumah Novan, dan kulihat dari kejauhan kekasihku itu tengah berenang sore. Aku langsung menemuinnya dan mengatakan yang sebenarnya ke pada Novan.

"Van!" teriakku memanggil Novan.

"Lani! Ngapain ke sini?" tanya Novan.

"Dilla perlu bantuan kita sekarang!" jelasku.

"Dilla kenapa?" tanya Novan panik. Karena Novan telah menganggap Dilla sebagai adiknya sendiri.

"Ini semua gara gara sahabat lu itu!" jelasku saat duduk di kursi taman rumah Novan.

"Zahwan?" tanya Novan.

"Iya, Zahwan pura pura ke tabrak sama om Joardi! Terus sebagai gantinya ia mau Dilla nikah sama dia!" jelasku.

"Nikah? Dilla mau nikah ama Zahwan?" tanya Novan.

"Iya, karena Dilla ingin menyelamatkan orang yang ia cinta!" jelasku dengan nada yang semakin rendah.

"Cinta? Joardi orang yang Dilla cintai? Ayahnya sendiri?" kata Novan memastikan.

"Aku juga nggak ngerti, tapi kita harus menyelamatkan hidup Dilla dulu baru kita tanya yang sebenarnya!" jelasku.

Setelah menjelaskannya kepada Novan, dia langsung bersiap siap dan ingat pada suatu kejadian sebelum kejadian tabrakan antara Zahwan dan Joardi itu. Dimana Novan saat itu sedang bersama Zahwan yang sedang kecewa besar karena di tolak oleh Dilla. Zahwan pergi ke Club dan minum banyak sekali disana dan hampir tak sadarkan diri. Oleh sebab itu kami segera pergi ke ke sana untuk mencari buktinya.

Kami sampai di sebuah club yang didatangi Zahwan pada malam sebelum ke jadian itu, yang ketaknya sangat tak jauh dari lokasi kejadian kecelakaan itu berlangsung. Saat kami masuk dan bertanya tidak ada yang menjawab yang sejujurnya dan rekaman CCTV disana pun telah hilang pada kejadian itu.

"Pasti Ayah nya Zahwan yang telah menghilangkan bukti ini!" keluhku.

"Jika kita tidak ada bukti, sulit untuk menyatakan bahwa Zahwan memang bersalah karena mengingat sebelumnya pak Joardi telah mengaku bahwa ia saat itu sedang mengantuk!" jelas pak Rabinar, pamannya Novan yaitu seorang polisi.

"Ah, kacau!" teriak Novan.

"Lihat itu!" kataku menunjuk CCTV yang berada di gedung seberang yang dapat melihat kejadian pada malam itu.

Kami langsung kesana, dan bertanya kepada pemilik gedung itu. Lalu kami dibolehkan untuk mengeceknya, namun rekaman CCTV disana pun telah di kacaukan oleh ayahnya Zahwan.

"Aduh, bagaimana ini! Jika hari ini kita tidak dapat menemukan bukti bahwa Zahwan memang bersalah, maka Dilla besok akan menikah!" jelasku.

"Pernikahan nya besok?" tanya Novan terkejut.

"Iya!" jawabku.

"Kalau begitu biar aku saja yang urus segalanya, kamu pulang saja dengan pamanku!" jelas Novan.

"Baik, tapi kamu harus janji untuk menyelamatkan Dilla" kataku.

"Iya, aku berjanji!" jawab Novan.

Aku pergi meninggalkan Novan di dekat club itu. Sedangkan aku di antarkan pulang olah pamannya Novan.

Novan POV

Aku segera mengecek ponselku dan berharap tebakanku benar. Ternyata benar, saat berada di club Zahwan memposting sebuah foto dimana ia sedang di club. Bukti yang baik namun tak cukup kuat untuk melawan ayahnya Zahwan.

Aku pun memutuskan untuk pergi menemui Zahwan yang saat ini pasti sangat bahagia karena besok ia akan menikah. Aku mendatangi rumahnya, dan terlihat Novan sedang minum minum di dekat kolam rumahnya.

"Wan!" panggilku.

"Novan!" jawab Zahwan yang masih setengah sadar.

"Selamat ya! Kamu akan menikah dengan adikku besok!" kataku sambil memeluk Zahwan.

"Kamu setuju?" tanya nya.

"Jelas lah! Aku percaya kalau adikku akan bahagia jika menikah denganmu!" kataku.

"Kamu memang sahabat terbaikku! Mau minum?" tanya Zahwan.

"Nggak wan! Bagaimana bisa Dilla setuju?" tanyaku.

"Mudah!" kata Zahwan singkat.

"Ya bagaimana? Bukannya Dilla selama ini benci denganmu?" kataku.

"Gini..." Zahwan menceritakan yang sebenarnya dari awal kejadian sampai akhir kajadian.

"Kamu cerdas Wan!" pujiku.

"Iyalah, Zahwan.... Hahahaha" jawab Zahwan.

Aku hanya ikut tertawa, bukan karena keberhasilan Zahwan tetapi keberhasilanku untuk menipu Zahwan yang tengah mabuk ini. Aku akan berpura pura menjadi apapun asal Dilla tidak jadi menikah dengan laki laki tidak benar ini, walau aku tahu bahwa Zahwan adalah sahabat ku sejak kecil.

Aku berjalan keluar dari rumah Zahwan setelah mengantarnya ke kamar karena sudah tak sadarkan diri. Aku berjalan sambil tersenyum senyum seperti orang gila karena ucapan dari Zahwan sudah ku rekam.

"Tunggu!" seseorang mencegahku.

"Eh, om Bayanara" kataku karena melihat orang yang menghentikan ku adalah ayahnya Zahwan.

"Ngapain kamu kesini?" tanyanya.

"Saya cuman mau ngucapkan selamat kepada Zahwan!" jelasku.

"Jangan bohong kamu! Penjaga geledah dia!" teriak Bayanara.

"Apa apaan ini om!" teriakku panik karena takut rencana ku berantakan.

Namun gagal, penjaga pak Bayanara dapat mengmbil ponselku yang sudah merekam segala bukti dari pengakuan Zahwan sampai foto club malam tadi. Aku sungguh kecewa dengan diriku sendiri karena semua bukti telah diambil.

"Dasar kamu!" teriak Bayanara dan langsung menghajarku.

Lalu ia lempar ponselku ke lantai sampai pecah, berhamburan berkeping keping. Pak Bayanara hanya tertawa karena buktinya telah hilang, ia pun mengusirku dengan kasar dari rumahnya ini.

"Bagaimana ini! Buktinya telah hilang!" batinku kesal.

"Dill, maafkan aku karena tidak bisa mencegah pernikahanmu dengan Zahwan" kataku kecewa dan berjalan pergi meninggalkan halaman rumah Zahwan.

Aku pulang dengan bingung dan kecewa, karena bukti telah hilang dan bingung dari mana lagi aku dapatkan buktinya lagi. Dan terus berharap supaya ada keajaiban untuk menggagalkan pernikahan Zahwan dan Dilla besok.

"Bagaimana nasib Dilla, jika besok ia jadi menikah ?"

🌙🌙🌙

My Father Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang