Part 16 : Bukan Malam pertama

3K 40 8
                                    

Dilla POV

Sore ini aku berjalan bersama Lani melewati rerumputan di taman depan rumahku, masih mengenakan gaun dan riasan. Sehabis resepsi sungguh melelakan, tak bisa ku bayangkan lagi, badanku terasa mau ambruk.

"Seperti ini rupanya menikah! Capek sekali!" rengek ku sambil berpegangan erat di tangan Lani.

"Ini belum seberapa. Nanti malam kau harus bertahan dengan sikap suamimu!" jelas Lani.

"Emangnya kenapa?" tanyaku yang tak mengerti.

"Aku nggak tau, pokoknya Suamimu akan lebih manja mulai sekarang!" jelas Lani.

"Oh gitu" jawabku singkat.

Kami langsung masuk kekamar Joardi, sungguh aku terkejut melihat kamar Joardi yang berubah drastis. Mulai dari riasan sampai prabotan di kamarnya ini.

"Wah ini bener kamar Joardi?" tanyaku.

"Iya" jawab Lani.

Aku melirik setiap bagian kamar, melihat secara detail riasan yang terpasang. Bunga mawar merah sudah berserakan di mana mana, mulai dari di kasur, meja, bahkan lantai. Tak hanya itu di setiap meja di kamar ini di berikan lilin aroma terapi yang membuat kamar terasa sangat wangi. Saat memasuki kamar mandi suasana berbeda pun mulai terasa, seketika kamar mandi ini  memiliki Bath untuk berendam yang ukurannya lumanyan besar dan tak lupa di beri lilin aroma terapi juga.

"Sudah, kamu segera mandi saja!" kata Lani.

"Iya. Terima kasih ya!" kataku.

"Nih!" sesuatu di berikan oleh Lina.

"Apa ini? Hadiah?" kataku kegirangan.

"Cari tau aja sendiri! Aku cuman diberi tugas ngasih ini oleh suamimu! Oke, Bye" pamit Lani yang seketija menghilang dari pandangan ku.

Aku mulai membuka kado itu karena penasaran. Aku berharap itu adalah ponsel baru, tas, ataupun syal. Namun saat di buka sungguh ku terkejut melihat isinya adalah baju tidur. Bukan baju tidur biasa, tetapi baju tidur yang kurang bahan.

"Astaga, ini kan.... Ah gua lupa namanya!" kataku mencoba mengingat namanya.

"Baju tipis dan kurang bahan ini akan aku pakai malam ini?" tanyaku sendiri sambil menatap baju ini. Baju ini berwarna merah, lengan pendek sampai bahu, tetapi panjang sampai lutut, bajunya press dan sangat terbuka.

"Bisa kedinginan aku!" kataku.

Karena tak mau lama lama aku segera mandi dan bersiap sebelum Joardi masuk kekamar.

Joardi POV

Aku berjalan menuju kamarku, eh salah menuju istri tercintaku. Aku melepaskan dasi ku dan membuka 3 kancing mulai dari kerah. Berjalan dengan tersenyum senyum melewati lorong kamar.

"Udah dia buka belum ya hadiahnya?" tanyaku sendiri.

"Bagaimana penampilannya?" tanyaku kembali.

Aku segera masuk ke kamar, dan mendapati kamar begitu bersih, indah dan wangi layaknya kamar pengantin seperti biasanya. Ku lihat di bagian dekat lemari, gaun istriku yang di pakai saat acara resepsi telah tergantung. Ku dengar suara decikan air dari kamar mandi.

"Ternyata sedang mandi!" kataku dan langsung duduk menghadap langsung ke kamar mandi. Karena ingin aku melihatnya langsung saat keluar dari kamar mandi.

"Aduh, lama banget mandinya!" kataku kesal.

Ckleekkk

Pintu kamar mandi terbuka dan ku lihat kaki seseorang melangkah keluar kamar mandi dengan mengenakan gaun tidur yang ku berikan. Kutatap mulai dari kaki lalu sampai ke atas kepala, sungguh ku terkejut.

"Eh kenapa pakai sweeter?" tanyaku saat melihat istriku memakai baju sweeter hitamnya namun bawahnya gaun tidur yang aku berikan.

"Dingin!" jawabnya dan langsung duduk di dekat ku.

"Yaaahh kamu!" kataku kesal.

"Udah sana mandi, Ayah!" kata Dilla.

"Ayah? Aku masih Ayah kamu?" protesku.

"Eh maksudku, suamiku!" jawab Dilla.

"Terlalu formal!" protesku.

"Terus apa dong? Om?" kata Dilla.

"Jangan lah. Panggil sayang aja!" kataku.

"Sayang?" Dilla terkejut.

"Iya, S...A...Y...A...N...G ! Sayang..." kataku mengeja mengajari Dilla.

"Oke, sayang Joardi" jawab Dilla.

Aku berdiri dan mengambil handukku dan langsung masuk ke kamar mandi. Mandi dengan terburu buru karena takut, jika Dilla akan langsung tidur. Aku membuka pintu kamar mandi dan tidak mendapati Dilla dikasur, tetapi di dekat lemari.

"Ini baju untuk kamu!" katanya sambil memberikan kaos putih dan celana pendek sampai bawah lutut.

Saat memberikannya ia terus melihat ke arah tubuhku yang tidak tertutup sehelai kain pun kecuali bagian bawah. Mungkin ia terpesona eelihat dada bidang suaminya ini.

"Kenapa?" tanyaku sambil tersenyum.

"Eh... Enggak kok!" katanya gugup.

"Sini! Mau pegangkan?" tanyaku sambil meletakkan tangannya di dadaku. Tiba tiba mukanya menjadi merah dan ia langsung menatapkannya ke arah yang lain, tak mau menatap wajahku.

"Badan kamu masih basah!" katanya sambil menarik tangannya, namun kekuatanku lebih kuat dan dapat menahannya.

Ku tarik ia sedekat mungkin dengan ku kini badannya sungguh sangat dekat denganku, ia melihat wajahku dan kucium pucuk kepalanya. Wangi yang sangat memikat dari tubuhnya itu, namun aku tahu bahwa ia belum siap untuk semuanya.

"Aku tahu kok kamu belum siap?" kataku saat melepas peganganku dan ia mulai duduk di kasur sambil mengambil selimut.

"Iya aku memang belum siap!" jawabnya dengan nada yang rendah.

"Tidak masalah jika belum malam ini, aku akan menunggumu sampai kau datang sendiri bagai kupu-kupu yang mendekati bunga!" jelasku.

"Terima kasih!" jawabnya.

"Iya,  jika kamu mau tidur silahkan!" kataku mengalah dan segera memakai pakaianku. Saat aku selesai dan berbalik, sudah ku lihat ia yang sudah memejamkan mata sambil tidur menyamping membelakangi arahku tidur.

Aku langsung mengunci pintu kamar dan naik ke kasuk dimana tempat posisi ku tidur. Ku hadapkan tubuhku kearah tubuhnya dan mengelus rambut panjangnya itu. Aku pun segera tertidur sambil menghadap ke arahnya tidur.

Dengan mata yang belum terpejam penuh ku melihat Dilla berbalik arah dan mulai menatapku. Ku kagetkan ia yang sedang menatapku dengan membuka mata. Saat ia terkejut ia mulai berpura pura tidur kembali.

"Kenapa? Kamu boleh menatapku sangat lama, karena sudah tak ada halangan. Aku suamimu dan kamu istriku" kataku.

"Boleh. Baik!" katanya dan mulai menatapku dengan manisnya.

"Iya, istriku yang cantik!"

Sebelum tidur kami saling bertatapan dan saling memuji satu sama lain, lalu tak lama Dilla pun tertidur dan aku ikut ter tidur.

Kebahagiaan itu mudah di dapat, saat keduanya setuju. Dengan hanya saling menatap, kebahagiaan itu pun sudah datang.

🌙🌙🌙

My Father Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang