© rougannu, All Right Reserved.
Meant To Be
Hari sabtu yang berbahagia, sabtu yang tenang biar meriah. Semua orang tengah dilanda gugup, menanti sang bintang utama berjalan di atas karpet merah sesuai pesanan bintang utama lainnya. Bintang utama yang meminta sepertinya dilanda gugup seribu kali lipat daripada yang tengah ditunggu.
Pintu utama yang dihias hingga terlihat gagah akhirnya dibuka, menampilkan kekosongan yang semakin membingungkan. Pria itu, si bintang utama yang menunggu, sangat khawatir. Apa ia ditinggal pergi oleh bintang utama yang ditunggu?
Tetapi ternyata tidak! Bintang utama yang ditunggu akhirnya datang juga. Cukup mengagetkan melihat keadaannya. Tetapi tidak apa, selama bintang utama wanitanya datang, si pria sudah cukup bersyukur.
Semua yang tadi dilanda gugup berangsur tenang melihat wanita itu ngos-ngosan seperti kehabisan nafas. Sepertinya ia berlari untuk datang kesini.
"Maaf semuanya! Maaf sekali aku harus berlari dan memotong gaunku, tadi ada suara teriakan di luar ruang rias, ternyata ada yang berusaha mencelakai petugas katering! Jadi mau tidak mau aku sedikit memberinya pelajaran terlebih dahulu, hehe.." gadis itu pun menggaruk tengkuknya malu.
Hah .. kegugupan semua orang sirna, setidaknya tidak sampai seorang pria yang cukup berumur di depan sana berdeham untuk mengkode agar bintang utama wanita tidak usah bertingkah dan cepat menyusul ke depan.
Wanita itu meraih tangan pria paruh baya yang tersenyum haru dan membawanya berjalan bersama ke depan sana. Hingga hampir sampai puncaknya, pria paruh baya yang tak rela itu harus melepaskan tangan gadis kecilnya. Pipinya yang sedikit basah dialiri air mata berganti dengan senyuman lebar ketika sadar gadis kecilnya menyelipkan permen lolipop kecil seperti saat ia memberikan hal yang sama saat gadis kecil itu menangis.
Beralihlah bintang utama wanita kepada bintang utama pria yang akhirnya saling bergandengan tangan. Tak pernah disangka mereka akan sampai pada jenjang ini.
Keduanya mengucapkan janji suci, kalimat sakral yang sepertinya tak bisa mereka ungkapkan untuk kedua kalinya. Air mata lolos, bukan dari wanitanya, tetapi dari sang pria.
Ketika prosesi telah berjalan lancar, mereka kembali mengobrol menetralkan suasana.
"Jadi mempelai wanita, bagaimana bisa kamu memotong gaun di hari pernikahanmu yang sakral ini?" tanya si pria dengan menyisipkan nada candaan.
Yang disebut mempelai wanita tertawa, "Maaf ya mempelai pria-ku, memang terkadang ada beberapa hal yang tak terduga namun harus berjalan. Lihatlah manfaatnya, tadi aku tidak sama sekali kesusahan untuk berjalan, ah leganya." dia menghela nafas seolah membuang penat.
Pria itu mengusak kecil rambut bersanggul si wanita, "Lisa-Lisa . . huh, bagaimana bisa aku harus menghabiskan sisa hidupku dengan gadis bar-bar sepertimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EUPHORIA •|• SERIES OF LISA'S ONESHOT PT. II
FanfictionEuphoria /eu·fo·ria/ /éuforia/ n perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan Lisa dan kisah-kisahnya. [PT. II] [ONESHOT] 🏅#1 - lisaxboys © 2021, rougannu.