Lembar Satu : Masih Andai

403 67 2
                                    

• • •

Alia menghela napas.

Ia bangun dari kasurnya lalu duduk di pinggir jendela. Melihat pohon kelapa yang melambai-lambai jauh di sana. Hari ini matahari tidak begitu menyengat. Dari arah pantai, awan juga terlihat mengumpul membentuk warna kelabu.

Dalam hatinya berkata lagi, "Semoga aja seandainya gue ga sejauh yang gue andai."

"Keknya hari mau hujan," ujar Alia kemudian. Sara ikut menoleh, lalu berdiri.

"Gue pulang bentar ya, umi sama abi gue gak di rumah. Jadi, gue harus angkat jemuran dulu," ucap Sara. Alia mengangguk.

Alia dan Sara itu sudah sangat dekat. Banyak dari teman-temannya mengira bahwa mereka saudara. Padahal kenyataannya mereka hanyalah tetangga.

Iya, mereka sudah jauh lama berteman. Bahkan mungkin sejak dari dalam kandungan.

Klek

Pintu terbuka kembali, padahal belum lama Sara pergi. Bahkan mungkin jika dihitung-hitung, Sara belum sampai ke rumahnya.

"Kakak, aku pinjem laptopnya ya?" tanya adik laki-laki Alia.

Alia menoleh, "Buat apaan?"

"Aku mau nyalin anime di laptop Kakak ke flashdisk aku," jawab Dimas. Alia mengangguk, memperbolehkan.

"Oh iya, Kak, ntar malem beliin donat di perempatan alun-alun dong," pinta Dimas.

"Minta sama ayah, ayah kan lagi di luar. Dia juga baru pulang ntar maghrib," Dimas pun keluar dari kamar Alia.

Tik tik

Suara air dari langit sudah menginjakkan diri ke atap-atap rumah. Berdenting secara beruntun. Hari sudah gerimis halus. Tampak dari netra Alia, Sara berlarian kecil di bawah sana. Berselang beberapa detik, hujan pun deras. Alia bergegas menutup jendela dan beralih kembali ke atas kasurnya.

Ia pun segera menutupi diri dengan selimut bulu kesayangan.

Klek

Pintu pun terbuka lagi, membawa Sara kembali.

"Umi abi lo pulang jam berapa?" tanya Alia.

Sara duduk di kursi belajar Alia, "Gatau, katanya tempat kondangannya sih lumayan jauh. Mana ada tiga undangan lagi. Mungkin nanti sore udah balik," jawab Sara.

"Ra, kalo mau tidur ambil kasur lipat di kamar dimas aja. Soalnya hujan gini enaknya tidur, Ra." Sara pun mengangguk. Lekas ia mengambil kasur lipat yang dimaksud di kamar Dimas, adik laki satu-satunya Alia.

Bersamaan dengan gemercik hujan, mata Alia pun mulai sayup-sayup. Hal yang selalu Alia lakukan ketika hujan adalah memutar lagu sekeras mungkin. Karna dengan hujan, semua suara berubah jadi bungkam.

Kala menggulir tiap-tiap playlist lagunya di aplikasi hijau hitam, netra Alia menangkap satu playlist yang ia buat kala ketika ia menangis keras dulu. Tentu saja seisinya lagu galau semua.

Klek

Bertepatan Sara masuk, jari Alia pun menekan kata 'putar' di ponselnya.

Malam Sepi - Yura Yunita.

Kesekian menit, mata Alia pun tertutup perlahan-lahan dalam keributan dentingan hujan dan alunan melodi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kesekian menit, mata Alia pun tertutup perlahan-lahan dalam keributan dentingan hujan dan alunan melodi.

"Kau dimana? Bisakah kita bertemu?"

"Kau dimana? Bisakah kita bertemu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ANDAI : PARK JEONGWOO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang