Lembar Lima : Hunting Foto

185 40 0
                                    

• • •

Hari demi hari, sudah lewat dua minggu lebih setelah berbicara perihal tugas seni rupa murni. Soal mozaik juga kelompok Alia sudah menyelesaikannya empat hari yang lalu.

Tepat hari ini sepulang sekolah, mereka —seluruh anggota kelompok seni setuju untuk mengerjakan seni fotografi. Entah tema apa yang akan mereka usung.

Kini mereka sudah berada di alun-alun kota yang kebetulan berdampingan dengan sungai. Dengan diiringi suara mesin perahu, gelombang air dan beberapa suara tawa bincang warga sekitar mengisi keheningan di antara mereka yang sibuk mengambil beberapa foto.

"Habis dari sini, ke mana?" tanya Azka.

"Ke jembatan aja, kan deket dari sini," jawab Ezra.

Sedangkan Alia, Felivia dan Rian duduk di pinggiran sungai dengan kaki yang dibiarkan berayun menyentuh air sungai. Sembari menunggu kelima temannya yang sedang hunting foto.

"Jadi pengen naik perahu, bayar berapa sih?" tanya Feli.

"Nggak tau," jawab Alia.

"Kata temen gue sepuluh ribu," sahut Rian.

"Itu perorangan apa rombongan?" tanya Feli lagi.

Rian mengedikan bahunya, "Kurang tau juga."

"Gue malah ga dibolehin sama bunda gue naik perahu. Dia takut gue tenggelam soalnya gue ga bisa berenang," ujar Alia.

"Gue juga ga bisa berenang, tapi emak gue mah bodo amatan anaknya mo kelelep apa ngga," sahut Feli.

"Belajar berenang dulu kalo gitu, baru naik perahu," ujar Rian.

"Kelamaan." celetuk Alia.

Sedetik kemudian pun mereka saling diam. Hanya ada suara jentikan kamera Jidan tak jauh dari mereka bertiga. Bukan soal atmosfer canggung, tapi lebih ke memilih untuk menyimak ketenangan daerah pinggiran sungai.

"Al, Fel, Ian! Ayo ke jembatan, foto-foto di daerah sini udah dapat lumayan banyak. Hari juga makin sore," ujar Sara.

Alia, Felivia dan Rian pun menyanggupi diri untuk berdiri. Merelakan melepaskan ketenangan pinggiran sungai kota.

"Liat dong foto-fotonya," pinta Alia ketika mereka berjalan menuju tempat parkir. Jidan yang merasa terpanggil karena ia yang satu-satunya pemilik kamera pun menoleh dan mengulurkan kameranya yang masih bergantung di lehernya.

Alia menggeser tubuh sedikit lebih dekat untuk melihat layar kamera. Jidan menggeser satu per satu foto yang sudah mereka ambil.

"Bagus semua fotonya, ini orang yang lagi mendayung boleh tuh dimasukkin ntar ke festival," ujar Alia.

"Iya, sama anak kecil yang lagi pada terjun mo berenang. Kan ada ceritanya," sahut Azka.

"Emang apa ceritanya?" tanya Ezra.

"Ceritanya mereka mau berenang," sahut Raka.

Rian pun sedikit tertawa, "Govlok!" umpatnya.

"Ya ga salah juga sih." ujar Sara.

Mereka pun menggelengkan kepala tak habis pikir sembari tertawa kecil.

"Eh fotoin gue dong!" pinta Ezra yang sudah siap di dua meter di depan teman-temannya dengan gaya yang absurd.

Ckrek!

"Sip, ntar malem resmi jadi stiker whatsapp," ujar Raka yang baru saja mengambilnya lewat kamera ponsel.

"Jangan anjir, aib gue udah ratusan bertebaran. Jangan ditambah lagi, Ka! Salam damai indonesiaku aja, Ka." ujar Ezra yang sedikit melemah meminta Raka menghapusnya.

ANDAI : PARK JEONGWOO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang