Epilog : Andai Sudah Selesai

277 49 14
                                    

• • •

Sudah lewat enam hari sejak Alia mendapati sebuah mimpi yang terasa begitu nyata. Kini Alia pun sudah melakukan aktivitasnya seperti hari biasa tanpa memikirkan mimpinya terus menerus.

Cklek

Pintu kamarnya terbuka lebar, "Kak, ayo turun. Ada kakaknya mama, budenya kamu." ujar bundanya. Alia pun bangun dari kasurnya dan mengekori sang bunda hingga tiba di ruang tamu. Tak lupa mencium tangan sang bibi.

"Hara mana, Bude?" tanya Alia.

"Masih di luar, masang kaca spionnya yang lepas."

Alia pun keluar dan benar saja, kini sosok Harayyan sedang sibuk memutar-mutar kaca spionnya untuk dapat terpasang kembali.

"Kaca spion lo kenapa?" tanya Alia.

Hara menoleh, "Gue sengaja lepas sebelah tadinya, eh ternyata ada polisi di jalan deket daerah rumah lo. Untung gue masih sempet lewat belakang,"

"Kebiasaan lo lepas kaca spion. Biar apa sih?"

"Gatau juga gue biar kenapa."

Alia pun duduk sembari menunggu Harayyan. Tiba-tiba lewat soal hal yang pernah ia mimpikan. Ia masih ingat bahwa Harayyan juga ada di dalam mimpinya sebagai sepupu Jidan. Tapi di sana sosok Harayyan terbilang sangat good looking, berbanding terbalik dengan kenyataannya. Iya, Harayyan yang ada di mimpi Alia adalah Haruto.

Seketika Alia tertawa kecil yang sontak membuat Hara menoleh, "Kenapa lu?"

Alia menggeleng, "Gapapa."

"Dih, gue jadi ngeri. Jangan-jangan lo ketempelan." Kalimat Harayyan yang barusan mampu mengundang tawa besar oleh Alia.

"Kagak sumpah!" ujar Alia tapi masih dengan diselingi oleh ketawanya.

"Tuhkan.." ujar Hara yang semakin ngeri.

Harayyan, di kehidupan nyata ia hanyalah seorang sepupu dekat Alia. Anak dari kakak bundanya Alia. Seseorang yang juga seumuran dengan Alia.

"Eh, udah ah. Ayok masuk!" ajak Alia. Mereka berdua pun masuk dan duduk di ruang keluarga, bergabung dengan adiknya Alia bernama Dimas yang sedang menonton televisi.

"Dim, hari minggu gak jalan-jalan?" tanya Hara.

"Enggak bang, ga ada yang ngajak jalan."

Hara pun melirik ja dinding yang berada di ruang tengah, "Abang yang ngajak mau ga?"

"Kemana emang?"

"Kemana aja, sekalian pas baliknya beli donat."

"Boleh!"

"Eh, gue titip juga dong. Cariin es boba ya." ujar Alia.

"Iya, kalo ketemu." jawab Hara.

Hara dan Dimas pun pamit ke ibunya masing-masing. Dan meninggalkan Alia sendiri.

"Duh, bosen.." monolog Alia.

Ting

Suara notifikasi dari ponselnya membuat ia bergegas mengecek. Di layar ponsel paling depan, terpampang chat dari tetangga rasa keluarga. Siapa lagi kalau bukan Sara?

Sara Tetangga
|P
|Al
|Nyobain kafe yang baru yok!
|Kagak jauh kok dari komplek rumah

Anda
Bolehhhh|
Dimananya?|
Kapan?|

Sara Tetangga
|Sore gimana?
|Kalo ga salah kafenya cuma beda empat komplek dari komplek kita
|Gimana bos?

Anda
Boleh aja|
Ntar gue tanya bunda duls|
Sekarang di rumah lagi ada bude gue|

ANDAI : PARK JEONGWOO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang